Relationship : Cheating

2.8K 194 82
                                    

Wonwoo sudah pulih, hanya saja dia belum bisa melakukan hubungan intim atau kegiatan berat lainnya. Tapi dia mulai sudah masuk kuliah, meskipun awalnya sempat ditentang oleh Mingyu.

Tapi Wonwoo tetaplah Wonwoo, gadis yang keras kepala dan sulit untuk di nasehati.

Kini dia sedang bersama dengan Myungho di pelataran kampus, menunggu jam mata kuliah ketiga. Mereka berdua duduk lesehan di rerumputan hijau yang ada dihalaman samping fakultas.

Keduanya tengah sama-sama menikmati semilir angin diciptakan oleh pepohonan yang berjajar disekeliling taman itu. Menjadikan lokasi itu sejuk dan terhalang dari sinar matahari langsung.

"Won." panggil Myungho memecah keheningan diantara keduanya.

"Hem." jawab Wonwoo.

"Lo, gimana perasaan Lo setelah aborsi?" tanya Myungho hati-hati.

Wonwoo sedikit bergeser untuk bersandar pada pohon disampingnya, dia sejenak menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Myungho.

"Perut Gue rasanya keram, terus area vagina jyga rasanya enggak nyaman soalnya Gue pilih kuretase¹." jelas Wonwoo.

"Bukan itu."

Wonwoo lagi-lagi menghela nafasnya, mengerti arah pertanyaan Myungho, "Gue enggak ngerti sama perasaan Gue sendiri. Mungkin Gue ngerasa lega?"

Myungho memandang Wonwoo dengan alis yanv bertaut, "Lega?"

"Lega karena setidaknya anak itu enggak akan seperti Ibunya, tumbuh tapi tidak pernah diinginkan. Ya, setidaknya Gue enggak bunuh dia sebelum jaringan tubuhnya terbentuk sempurna." tutur Wonwoo semakin tak bisa membuat Myungho mengerti dengan jalan pikirannya.

"Lo tega? Bunuh janin itu yang merupakan darah daging Lo sendiri?"

"Udah deh, kenapa bahasannya ini mulu. Yang lakuin aborsi kan Gue, dan yang Gue bunuh juga anak Gue kan." keluh Wonwoo, pasalnya pasti selalu ada bahasan mengenai masalah aborsinya ditiap percakapan.

Wonwoo pusing dan bosan mendengarnya. Kenapa semua orang terus menghakimi dan memojokkan Wonwoo atas apa yang sudah dia lakukan?

"Kalo Lo enggak mau hamil, terus kenapa Lo enggak berhenti main, Won?"

"Karena Gue enggak bisa berhenti." jawabnya seolah tiada beban.

"Ya kalo gitu Lo bisa pasang alat kontrasepsi, atau gak, pake pengaman kan?"

"Gue enggak nyaman."

Myungho mendengus melihat bagaimana Wonwoo selalu memanggapi masalah itu dengan santai. Seolah bahwa membunuh janinnya sendiri adalah yang biasa. Seolah dialah yang paling berhak untuk janin itu, dia yang berhak memutuskan apakah janin itu akan terus tumbuh atau harus mati.

Tapi Myungho sungguh tak habis pikir, ini bahkan bukan pertama kalinya tapi Wonwoo bersikap santak bahkan setelah dua kali membunuh janinnya.

Myungho tiba-tiba meriah tangan Wonwoo dan menggenggamnya, membuat gadis itu menoleh dan memasang wajah bingung atas raut wajah Myungho yang penuh kekhawatiran.

"Gue takut, Won." lirih gadis Seo itu.

"Takut kenapa? Jun ngapain Lo?"

Pegangan pada tangan Wonwoo terasa mengerat, "Gue takut hamil."

Wonwoo semakin mengernyitkan keningnya, "Takut hamil?"

Myungho mengangguk, "Jun hampir tiap malem ngajak main dan selalu ngeluarinnya didalem."

"Pengaman? Kalian pake pengaman kan?"

Myungho menggeleng, "Jun enggak pernah mau pake pengaman."

Wonwoo mulai menghadapkan seluruh tubuhnya pada Myungho, "Kapan terakhir kalian main?"

RELATIONSHI(T)PTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang