Re(a)lationship : Grateful To Have You

2.5K 220 41
                                    

Hahh, baru saja pagi ini Seungcheol menapakkan kakinya di pintu keluar halaman belakang rumahnya, dia sudah disuguhi pemandangan yang membuatnya memekik menahan nafas.

"Sayang."

Tak habis pikir dengan perempuan yang resmi menjadi istrinya 2 tahun yang lalu itu. Halaman belakang rumahnya tampak sibuk oleh orang-orang yang Seungcheol sewa untuk menghias halaman belakang rumahnya.

Namun, dia justru terkejut oleh istrinya yang ikut andil dalam menata dan bolak balik kesana kemari. Pasalnya sang istri kini tengah dalam kondisi hamil besar, kehamilannya sudah menginjak usia 8 bulan dan dalam hitungan minggu mungkin istrinya akan segera melahirkan.

"Kamu ngapain?!" tegur Seungcheol seraya merebot pot bunga kecil yang tengah dipeluk oleh istrinya itu.

"Ya aku mau ngontrol pekerjaan mereka lah." jawab Jeonghan sang istri.

"Ya kalau mau ngontrol tuh kamu sambil duduk aja, jangan ikut angkat-angkat apalagi bolak balik kesana kemari." omel Seungcheol, "Kamu tuh harus inget, Yang. Itu lho liat perut kamu udah besar gitu, kasian juga baby kamu bawa banyak gerak gini."

Jeonghan merotasikan bola matanya seraya salah satu tangannya dia gunakan untuk mengelus perut buncitnya. "Justru aku harus banyak gerak apalagi jalan, biar nanti pas lahiran jadi gampang."

"Tapi enggak kayak gini, Yang. Aku khawatir lho." ucap Seungcheol.

Jeonghan yang awalnya memasang wajah kesal karena pekerjaannya diganggu, seketika tertawa melihat ekspresi memelas suaminya. Pria yang menikahinya 2 tahun yang lalu itu, sebenarnya ingin marah atas kelakuan Jeonghan yang aktif kesana kemari dengan perut buncitnya, tapi dimata Jeonghan justru ekspresi itu menggemaskan.

"Kamu tuh mau punya anak bukanya jadu keliatan kayak bapak-bapak, malah jadi gemoy gini sih, Cheol?" ujar Jeonghan menguyel gemas pipi suaminya.

Seungcheol mencebik, dia meletakkan pot bunga yang tadi dia rebut dari Jeonghan, lalu menepis tangan kurus sang istri dari pipinya.
"Aku marah lho ini, kenapa malah dikatain gemoy." protes pria itu.

"Ya emang kenyataannya kamu, gemoy Cheol. Jangan sok menggemaskan gitu deh, nanti anak aku kalah lucunya sama kamu." ucap Jeonghan terus tertawa menggoda suaminya.

"Terserah, ayo balik ke kamar."

"Mau ngapain? Aku bosen dikamar terus." rengek Jeonghan.

"Yang, ini perut kamu udah sebesar ini lho. Baby bisa sewaktu-waktu aja lahir, jadi kamu siap-siap gitu dikamar aja." jawab Seungcheol.

Jeonghan mendesis atas ucapan konyol suaminya, "Enggak gitu konsepnya." Ucap Jeonghan.

Meskipun dengan wajah kesal, Jeonghan tetap menuruti ucapan suaminya. Dia melangkah memasuki rumah dengan dibuntuti oleh sang suami.

Rumah sederhana dua lantai itu, adalah hadiah dari Seungcheol untuk istrinya. Sebagai hadiah pernikahan mereka, sehingga begitu mereka resmi menikah, keduanya langsung pindah ke rumah itu.

Jeonghan awalnya ingin memiliki rumah didekat taman pemakaman mendiang Ibunya, tapi dengan segala pertimbangan, dia akhirnya hanya bisa nurut kepada Seungcheol. Sebab, Hwaseong bukan tempat yang tepat untuk mereka membangun rumah, pasalnya semua aktivitas mereka berpusat di Seoul.

Mereka menikah 2 tahun yang lalu, setelah Seungcheol lulus dan menjadi Direktur diperusahaan keluarganya. Memang percuma Seungcheol memilih jurusan teknik geologi, karena pada ujungnya, pekerjannya justru berada dibidang manajemen dan akuntansi.

Seungcheol memang sempat menolak, tapi karena kondisi kesehatan Ayahnya yang menurun. Ditambah lagi dengan posisinya yang harus menafkahi Jeonghan, mau tak mau dia menerima kekuasaan yang Ayahnya berikan.

RELATIONSHI(T)PTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang