Re(a)lationship : Regret

2.4K 204 57
                                    

4 tahun berlalu sejak hari dimana dia terbaring lemah di rumah sakit, dalam keadaan yang hampir sekarat. 4 tahun yang lalu juga saat dia melakukan hal bodoh yang sulit untuk dimaafkan.

Dan 4 tahun ini juga dia berjuang dan terus berharap, bahwa apa yang selama ini dia buang begitu saja dapat kembali. Penuh perjuangan juga air mata. Infeksi yang diakibatkan oleh riwayat aborsi, kebocoran rahim, juga seks bebas yang dia lakukan dulu, telah berdampak pada kondisi rahimnya sekarang. Dia kesulitan untuk memiliki anak.

Hingga pada 2 bulan yang lalu, akhirnya apa yang 4 tahun ini dia idamkan terwujud. Dia kembali hamil.

Wonwoo tak henti memandangi perut ratanya dengan senyum merekah, tangannya pun tak berhenti mengelus perutnya. Menyapa sang calon buah hati yang baru berusia 9 minggu.

"Sebentar lagi Papa pulang, kita siapkan makanan untuk Papa ya." ucapnya ceria mengajak bicara sang calon buah hati.

Dia beranjak menuju dapur, menyiapkan segala macam masakan untuk suaminya yang tengah bekerja disalah satu lembaga industry perminyakan dan gas.

"Akh." Wonwoo sejenak menghentikan acara memasaknya saat merasakan sakit dibagian perutnya. Tapi ketika rasa sakitnya berangsur hilang, dia kembali melanjutkan acara masaknya.

"Kenapa perutku sering sakit? Panggul dan bagian leher juga." keluh Wonwoo yang semenjak masa kehamilan dia sering mengalami rasa sakit dibagian tertentu dan berangsur membaik.
"Sehat-sehat diperut Mama ya, sayang."

Suara pintu terbuka, Wonwoo semakin melebarkan senyumnya dan mematikkan kompor. Dia melangkah keluar dapur untuk menghampiri suaminya.

"Selamat datang Papa Gyu." sambutnya dengan penuh keceriaan.

Mingyu tersenyum dan langsung menangkap tubuh sang istri yang berhambur ke dalam pelukannya.

"Gimana hari ini? Sakitnya masih tiba-tiba muncul?" tanya Mingyu usai Wonwoo melepaskan pelukannya.

Wonwoo mengangguk lalu mencebik, "Kamu belum sapa Baby Kim."

Astaga, semenjak hamil Wonwoo berubah 180 derajat. Menjadi lebih ceria, sering tersenyum, dan selalu tampak bahagia serta semangat.

Mingyu jongkok mensejajarkan kepalanya dengan perut sang istri.
"Hallo calon anaknya Papa, gimana hari ini? Kamu sehat-sehat kan? Mama gak ngelakuin hal aneh-aneh kan?"

Wonwoo mendengus mendengar pertanyaan Mingyu yang terakhir, tapi Mingyu justru malah tertawa kecil. Sungguh istrinya banyak berubah 2 bulan ini, dan itu membuat Mingyu lega dan bersyukur.

Pasalnya, semenjak pendarahan yang Wonwoo alami 4 tahun yang lalu, ada diagnosis bahwa Wonwoo akan kesulitan hamil dalam jangka waktu dekat. Sebab kebocoran serta infeksi pada rahimnya akan menghambat proses pembuahan.

Selama 4 tahun itu Wonwoo menjadi pendiam, banyak melamun, meskipun selalu terlihat baik-baik saja dihadapan Mingyu. Namun, Mingyu tahu kesedihan istrinya itu.

Dia menikahi Wonwoo 1 bulan pasca Wonwoo selesai dengan observasi rahimnya. Mingyu awalnya ingin menunda untuk memiliki anak, sesuai dengan saran dokter. Tapi Wonwoo tak pernah mau menunda.

Perempuan itu ingin segera memiliki anak. Dia ingin menebus kesalahan pada ketiga calon anaknya dengan menjadi ibu yang baik. Namun, harapan Wonwoo sulit untuk terwujud.

Dia terus menantikan janin tumbuh dirahimnya, tapi tak kunjung hadir. 4 tahun lamanya dia menantikan sosok calon buah hati, hingga dia mengusulkan beragam cara untuk bisa segera hamil, termasuk bayi tabung. Tapi Mingyu menolak, bahkan dokter kandungan pun tak menyarankan itu.

Wonwoo hampir putus asa, apalagi keluarga Mingyu pun yang mendesak ingin memiliki cucu. Wonwoo pernah menyarakan untuk Mingyu menikah lagi, supaya bisa memiliki anak. Tapi justru malah menghadirkan pertengkaran hebat diantara mereka.

RELATIONSHI(T)PTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang