"tidak ada yang dapat menghancurkan besi selain karatnya sendiri
tidak ada yang dapat menghancurkan manusia selain pikirannya sendiri."
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
🌼🌼🌼Selamat membaca 📖💚
••••••
"Ada yang salah dengan saya?" tanya Arga ketika sedari tadi Rara terus menatapnya.
Rara menautkan jari tangannya gugup, "eh, e-enggak ada gus."
"Tidak ada yang ingin ditanyakan?"
"Tentang apa gus?"
"Punya banyak pertanyaan?"
Rara berpikir ragu apa ia harus bertanya langsung ke gus Arga perkara yang ia lihat semalam, "Emm mau tanya satu hal, boleh nggak, gus?" pintanya ragu-ragu.
Arga mengangguk mengiyakan, karena sejatinya wanita itu paling tidak bisa menahan rasa penasarannya walaupun informasi yang ia dapatkan dapat menyakiti hatinya, itu tidak masalah daripada ia harus mati karena penasaran.
"Semalam gus Arga...," untuk melanjutkan ucapan nya saja rasanya Rara tidak mampu.
"Semalam saya kenapa?" Arga menatap Rara dengan alis terangkat.
"Rara liat di pasar malam," lanjutnya menunduk, tidak mau melihat ke arah Arga.
"Yakin itu saya?"
Rara seketika mengangkat pandangannya, ia mengangguk, "Rara liat jelas kok."
"Padahal semalam saya nggak kemana-mana," kata Arga menyandarkan tubuhnya di kursi yang di sediakan di taman belakang rumah seraya menatap lurus ke arah gadis di hadapannya.
"Bukan gus Arga? Terus yang Rara lihat siapa?" Rara menautkan alisnya bingung.
"Mungkin yang kamu liat itu Abang saya dan istrinya."
"Abang? Kok rara baru tau kalau gus Arga punya Abang yang wajahnya mirip gus Arga."
"Dia jarang disini," balas Arga.
Rara menunduk malu, berarti yang ia lihat semalam bukan gusnya, mana semalam dia sempat berpikir macam-macam tentang Arga.
"Kata Rafa mata kamu tadi pagi sembap. Nangis?"
Rara gelagapan di tempatnya,"dasar mulut ember!"- batinnya kesal. Abangnya memang tidak bisa di percaya.
"Enggak, Rara nggak nangis emang dasarnya aja mata Rara gitu kalau bangun pagi," jawab Rara mengelak.
"Cemburu?" Tanya Arga mengabaikan jawaban Rara.
Rara langsung mengangguk tapi seketika ia tersadar dan menggeleng "eh e-enggak ya, Rara nggak cemburu!" Jawaban itu justru membuat Arga tersenyum tipis.
"Pandai berbohong," ucap Arga menyodorkan buku di tangannya ke Rara.
"Rara nggak bohong!"
Arga menaikkan alisnya, "buktinya?"
Rara mengerucutkan bibirnya sebal, "iya deh, iya! Rara ngaku, Rara cemburu," ujarnya membuang muka. "Tapi wajar Rara cemburu, kan Rara suka sama gus Arga," sambungnya.
"Kok bisa suka?"
"Ya abisnya gus Arga berdamage banget, gimana nggak Rara suka," jawabnya ceplas-ceplos.
Jawaban itu justru membuat Arga tertawa. Satu hari saja gadis ini tidak bertingkah apa bisa? Sepertinya jawabannya semua orang sudah tau, ya tentu saja tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKAL ABADI (TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA)
Narrativa generale"Gus Arga!" Panggil Rara. "Devan Ra!" Ia sangat tidak suka jika Rara memanggilnya dengan sebutan Arga seperti kebanyakan orang. "Gus Devan," panggil Rara sekali lagi. "Kenapa?" Tanyanya "Gus Devan bisa jelek dikit nggak sih?" Devan menaikkan sebe...