☁Duapuluhtujuh

2.8K 351 43
                                    

"Sederhana saja ya Allah kuatkanlah hatiku untuk tetap sendiri sampai nanti bertemu dengan dia yang benar-benar untukku".











🌼🌼🌼

Selamat membaca📖 💚

•••••

Malam ini Rara duduk termenung di balkon Kamarnya. Menatap kesal handphone miliknya yang sedari tadi berbunyi.

Dret!
Dret!
Dret!

Rara mengeram frustasi, ingin rasanya ia melempar benda tersebut  dari atas balkon dan jatuh berkeping-keping di bawah sana, tapi jika ia melakukannya maka kemungkinan besar ia tidak akan di belikan handphone lagi.

Dret!
Dret!
Dre...!

Dengan perasaan kesal yang sudah tidak bisa ia tahan, Rara mengambil benda pipih itu dan menggeser tombol hijau, "udah Rara bilang berkali-kali, Rara nggak bisa ketemu anda!" Tegasnya dengan nada yang jauh dari kata santai.


"Mba deng...,"

"Assalamualaikum."

Rara seketika mematung ketika mendengar suara itu, ia melihat nama orang yang baru saja menghubunginya GUSNYA RARA.

"Mampus!"-batinnya. Rara merutuki dirinya sendiri, perasaan tadi yang menghubunginya nomor tak di kenal mengapa cosplay menjadi gus Arga.

"Masih di sana?" Suara Arga membuat Rara kembali mendekatkan handphone itu di telinganya.

"Eh i-iya, wa'alaikumussalam gus."

"Ayah ada?"

Rara mengangguk cepat seakan-akan Arga bisa melihatnya, "ada gus."

"Abi mau bicara sama Ayah."

Rara tersenyum masam, "kok nggak nelpon di handphone Bunda aja?"

"Nomornya nggak aktif."

Rara mengangguk paham, "Handphonenya Rara bawa ke Ayah dulu, jangan dimatiin ya gus."

"Ya."

***

"Ayah!" Panggil Rara ketika menuruni tangga.

Ayah yang sedang menyaksikan acara tv menoleh, "iya?"

"Abi mau bicara sama Ayah," ucap Rara menyodorkan handphonenya ke Ayah dan ikut duduk di sofa.

Ia mengambil keripik yang ada di atas meja dan mengemilnya. Hanya dalam waktu beberapa menit, ia berhasil menghabiskan satu toples keripik tersebut.

"Buat gue mana?" Tanya Rafa yang baru datang seraya menatap toples kosong bekas keripik tadi.

Rara menyengir, "udah habis, Abang beli aja lagi."

"Banyak makan tapi badan gitu-gitu aja," ejek Rafa.

Rara melotot tidak terima.

Bruk!

Bantal sofa di tangannya mendarat sempurna di kepala Rafa, ia paling sensitive jika ada orang yang membahas badannya.
"Rasain, makanya jangan bahas-bahas badan Rara!" Ujarnya menatap sinis Rafa yang mengusap-usap kepala.

"Kan fakta," teriak Rafa berlari menghindar dari amukan Rara.

"Abang!"

"Abang, Adik jangan teriak teriak!" Teriak Bunda dari dapur.

"Rara, Bunda," seru Rafa dari atas tangga.

Rara menggeleng tidak terima, "Abang, Bunda. Dia ngejek Rara!" Balasnya tidak mau kalah.

"Kalau nggak diem Bunda buang kalian berdua." Ucapan Bunda membuat Rara dan Rafa seketika diam.

Rara kembali berjalan ke sofa menghampiri Ayah yang sudah kembali dari luar.

Ayah tersenyum menatap Rara.

Rara mengerutkan dahinya bingung "Ayah kenapa?" Tanya Rara.

"Besok Rara sekolah?" Tanya Ayah mengabaikan pertanyaan Rara.

Rara mengangguk, "iya dong, kan tadi absen."

Ayah mengangguk mengerti, "besok pulangnya harus cepat jangan singgah-singgah."

"Emang ada apaan sih yah?" Tanya Rara tidak mengerti dengan maksud Ayahnya. "Ada sangkut pautnya sama Abi tadi?" Ayah mengangguk dan itu semakin membuat Rara penasaran.

"Ceritain ke Rara dong."Rara mengerjap-ngerjapkan matanya menatap Ayah.

Ayah menggeleng, " besok nanti kamu tau sendiri."

Rara menurunkan bahunya lemah, "Penasaran," ujarnya membuat Ayah terkekeh. "Nanti Rara nggak bisa tidur," lanjutnya.

"Ada apa nih?" Tanya Bunda dengan membawa susu coklat untuk Ayah.

"Bundaa, bujuk Ayah dong biar ngasih tau rahasianya ke Rara."

Bunda menatap Ayah bingung, rahasia apa yang di maksud Rara. Tapi sedetik kemudian Ia mengangguk paham.
"Bunda nggak ikut-ikutan ya," ujar Bunda berjalan ke dapur.

Ayah mengelus pelan kepala Rara, "nanti besok aja." Ayah berdiri dan melangkahkan kakinya meninggalkan Rara yang cemberut.

***

Rara kembali mengambil kertas soal untuk kesekian kalinya, tugas yang di berikan Arga benar-benar menyiksa batinnya.

Ia melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 11 : 00, tapi ia sama sekali tidak mengantuk. Biasanya ia akan tidur di bawah jam 10 tapi itu tidak berlaku untuk malam ini.

"Sepertinya gus Arga punya dendam pribadi ke Rara," gumamnya menatap miris soal kali ini yang menurutnya lebih susah dari sebelumnya. "Ini nggak ada di materi," lanjutnya seraya membolak-balikkan materi yang sudah ia tulis.

Dengan perasaan dongkol, Rara meletakan kertas itu di atas meja, lalu beranjak meninggalkan meja belajarnya. Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya sebelum tidur.

Setelah selesai dengan rutinitas mencuci wajahnya. Rara berjalan menuju kasur king sizenya, tempat ternyaman para kaum rebahan.

Rara tersenyum senang ketika selesai mengirimkan pesan ke Arga.

Rara_ptri
Selamat malam gus😊.

Rara meletakan handphonenya di atas nakas dan mulai menjelajah ke alam mimpi.

Sampai sini aja dulu, See u.





KEKAL ABADI (TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang