"Carilah mereka yang dapat menerimamu dengan baik, tidak perlu memaksakan diri untuk disukai orang lain".
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
🌼🌼🌼Selamat membaca📖 💚
•••••
"Bunda," rengek Rara seraya memeluk erat Bunda.
Mereka yang ada di ruang tamu tertawa melihat tingkah Rara yang sama sekali tidak mau melepas pelukannya dari Bunda.
"Rara masih mau sama Bunda." Rara menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Suami kamu udah nunggu tuh dari tadi," ujar Bunda menunjuk Arga yang berdiri di samping Ayah.
"Harap di maklumi ya, Nak," bisik Ayah di telinga Arga.
Arga mengangguk, ia mengerti.
"Nanti kalau ada waktu, Bunda sama Ayah pasti jalan-jalan ke rumah kalian," kata Bunda.
"Serius ya, Bunda. Nanti ke rumah Rara?" Bunda mengangguk, lalu menuntun Rara ke depan.
"Devan, Ayah titip Rara. Sekarang tanggung jawab Ayah berpindah kepada kamu, jaga dia sepenuh hati. Jika dia melakukan kesalahan jangan pernah bermain kasar apa lagi sampai memukul nya, ajari dia dan bimbinglah sesuai dengan kemampuan kamu. Ayah percaya kepada mu." Ayah menepuk bahu Arga.
Arga mengangguk mantap. " Insha Allah, Yah. Devan akan menjaga nya sebisa mungkin." Ayah tersenyum, mereka berjalan menyusul dua wanita tercinta mereka.
"Ingat ya, Rara jangan nakal. Patuhi apa yang suami mu ucapkan jika itu bernilai baik, jangan pernah membangkang kepadanya. Mengerti?" Rara mengangguk. Ia mengambil tangan Ayah dan Bunda lalu menciumnya diikuti devan.
Rara menatap Ayah dan Bunda dari jendela mobil, ia melambaikan tangannya.
Arga menoleh menatap Rara yang terus melihat ke arah rumahnya, walaupun mobil sudah jalan. Arga memegang tangan istrinya menggunakan tangan kirinya. "Jangan sedih, nanti kita sering ke rumah Bunda."
Rara mengangguk membuat Arga tersenyum seraya menarik Rara ke dalam pelukannya. Ia mengelus rambut istrinya seraya fokus menyetir, takut jika mereka menabrak sesuatu.
Tepat di lampu merah, Arga menoleh menatap wajah istrinya. "Ternyata tidur," gumamnya tersenyum tipis.
"Saya sakit ketika melihat kamu menangis," bisik Arga.***
Ketika sampai di rumah baru mereka, Arga menatap wajah damai Rara yang sedang tidur. Ia tidak tega jika harus membangunkannya, dengan gerakan hati-hati ia mengangkat Rara ke dalam gendongannya.
Arga berjalan masuk ke dalam rumah setelah tadi agak kesusahan menekan tombol kode pintu dengan kondisi menggendong Rara.
Arga berjalan menaiki satu persatu anak tangga, kamar mereka ada di lantai atas. Rara yang memilihnya kemarin, karena Arga sempat memberinya penawaran, antara kamar atas atau bawah dan dengan semangatnya, Rara memilih kamar lantai atas. Alasannya, agar ia bisa menikmati suasana malam yang tenang dari atas balkon.
Setelah membaringkan Rara di kasur dan menyelimutinya. Arga kembali turun ke bawah untuk mengambil koper di bagasi mobil.
***
Rara terbangun karena mencium bau-bau sedap entah dari mana asalnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya menatap sekeliling, kamarnya berwarna hijau, kenapa bisa berubah menjadi putih
"ini di mana?" batinnya bertanya. Matanya menangkap bingkai foto yang berisikan dirinya dan Arga dengan pakaian pengantin.
Dengan gerakan cepat, Rara menyingkap selimut dan berjalan ke arah pintu. Dia baru ingat bahwa dirinya tertidur ketika di mobil dan sekarang suaminya di mana?
Semakin Ia menuruni tangga, hidungnya semakin mencium bau sedap masakan. Ia berjalan ke sana kemari. "Ini dapurnya di mana sih."
"Kak Devan, ini dapurnya di mana?!" Saking tidak bisa menahan kekesalannya, Rara berteriak seraya melirik ke sana kemari. Dari arah belakang, Arga muncul dengan spatula di tangannya
"Ngapain teriak-teriak, Ra. Hm?"
"Hehe maaf, habisnya Rara kesal nggak tau dapurnya di mana,"balas Rara.
Arga tersenyum tipis, ia menarik Rara menuju dapur.
"Kak Devan masak apa? Kok baunya harum." Rara menatap heran Arga yang hanya tersenyum.
Dengan gerakan cepat, Arga memindahkan nasi goreng yang sudah ia masak ke dalam satu piring. "Nasi goreng ala suami kamu sudah jadi." Arga meletakan nasi goreng itu di depan Rara.
"Kakak yang masak?" tanyanya menatap nasi goreng itu dengan binar bahagia.
Arga menganggukkan kepalanya, membuat Rara tertawa.
"Coba." Arga menyuapkan satu sendok nasi goreng itu ke mulut Rara.
Rara mengunyah nasi goreng itu dengan perasaan campur aduk, antara tidak percaya bahwa itu buatan suaminya.
Arga menatap Rara dengan penasaran. "Nggak enak yah?"
Rara menggeleng pelan seraya memeluk erat suaminya. "Rara malu," ujarnya.
Arga mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa malu?"
"Masakan Kakak lebih enak dari pada masakan Rara----" jawab Rara tidak mau menatap Arga.
Arga mengangkat dagu Rara, "Jangan berkata seperti itu, belajar menghargai usaha sendiri. Masakan kamu nanti harus saya orang yang pertama mencobanya,"
"Dan saya yakin masakan istri saya adalah masakan terbaik kedua setelah masakan Umi," lanjutnya, membuat Rara salah tingkah.
"Makan lagi."
"Kakak juga makan," balas Rara menyuapi Arga. Dengan senang hati, Arga menerimanya.

"Seseorang yang saya cintai selamanya dan seterusnya , semoga Allah Menjaganya"
-Devan Argatha@Wattpadpepyfebrianti_
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKAL ABADI (TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA)
Ficção Geral"Gus Arga!" Panggil Rara. "Devan Ra!" Ia sangat tidak suka jika Rara memanggilnya dengan sebutan Arga seperti kebanyakan orang. "Gus Devan," panggil Rara sekali lagi. "Kenapa?" Tanyanya "Gus Devan bisa jelek dikit nggak sih?" Devan menaikkan sebe...