☁Duapuluhenam

2.8K 349 28
                                    

"Sabar dulu, Rencana Allah adalah sebaik baiknya. Perbanyak saja do'a dan perbaiki ibadahnya"














🌼🌼🌼

Selamat membaca 📖💚

•••••

"Bang, Rara izin ke toilet dulu ya," ucap Rara dengan suara pelan, "Rara nitip tas," lanjutnya.

Rafa mengangguk, "selesai dari toilet langsung kembali ke sini jangan kemana-mana," pesan Rafa, takut jika Rara berkeliaran di sekitaran pesantren. Karena pesantren baru ini terbilang luas, bagaimana jika sampai Rara tersesat.

Rara mengangguk dan berlari ke toilet. Di depan toilet juga ada beberapa wanita yang sepertinya menunggu teman mereka.

"Permisi," kata Rara ketika kumpulan wanita tersebut memenuhi jalan.

Mendengar suara Rara mereka menoleh

"Eh, kak Rara ya?" Tanya salah satu di antara mereka.

Rara mengangguk, seraya menatap bingung gadis di hadapannya itu.

Menyadari tatapan bingung Rara wanita itu tersenyum. "Sinta kak, Anak walinya gus Arga," ujar Sinta seraya menyodorkan tangannya di hadapan Rara. "Gus Arga sering cerita tentang Kakak," lanjutnya membuat Rara tersentak kaget.

Seketika ia mengurungkan niatnya masuk ke dalam toilet. "Rara pinjem temannya ya? Sebentar aja." Mereka mengangguk, dengan cepat Rara menarik tangan Sinta ke salah satu bangku yang tidak jauh dari toilet tersebut.

"Gus Arga sering cerita tentang Rara? Maksudnya gimana?"

Sinta tersenyum ramah melihat Rara, "Kalau Kak Arga sering di rumah pasti bahasnya nggak jauh-jauh dari Kakak."

"Tadi manggilnya gus Arga?" Tanya Rara bingung dengan gadis di hadapannya.

"Sinta sepupuan sama Kak Arga, kalau di pondok atau lagi sama teman-teman Sinta manggilnya gus Arga tapi kalau di rumah manggilnya Kak Arga," jelas Sinta.

Rara menganggukkan kepalanya paham, dia baru mengetahui satu fakta lagi.

"Kak Rara lucu," terang Sinta tertawa kecil. Rara tersenyum malu, "Sinta dengar dari Umi, katanya gus Arga jadi guru privatnya Kak Rara ya," lanjutnya, Rara mengangguk.

"Pernah marah nggak kak kalau dia lagi ngajar?"

Rara menggeleng  "enggak, Rara nggak pernah liat gus Arga marah."

"Wah demi apa? Di pondok dia kejam banget, jarang ngomong bisa di bilang dingin banget," seru Sinta antusias.

Rara menatapnya tidak percaya, "seriusan?"

"Serius kak beneran, Sinta nggak bohong. Banyak santri yang takut sama dia." Sinta memelankan nada bicaranya ketika melihat Arga melintas tidak jauh dari tempat mereka duduk. "Kalau dia nggak dingin sama Kakak, berarti kak Rara istimewa," lanjutnya membuat kedua pipi Rara memanas.

Rara paling tidak bisa seperti ini, "yasudah deh, ayo kembali ke sana lagi," ujar Rara berdiri. Sinta mengangguk dan ikut berdiri.

KEKAL ABADI (TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang