“biarkan aku dan tuhanku saja yang mengetahui seberapa besar rasa kagum ku pada salah satu hamba nya”
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
🌼🌼🌼Selamat membaca 📖💚
••••
Senin, pukul 07 : 00
Di lokasi tempat dilangsungkannya akad nikah, sudah ramai dipenuhi orang-orang. Hari ini adalah hari dimana Arga akan mengucapkan janji suci di hadapan bapak penghulu dan calon Ayah mertuanya, dan hari ini ia akan resmi menjadi suami dari Rara Noviantika Putri.
Entah sudah ke berapa kalinya Arga menarik nafas dalam. Acara sudah berlangsung sekitar tiga menit yang lalu. Kini tiba acara selanjutnya di mana Arga akan mengucapkan janji sucinya.
"Saudara Arga apakah anda sudah siap?" Tanya Bapak penghulu, Ia mengulang pertanyaannya sebanyak tiga kali untuk meyakinkan Arga agar ia tidak gugup.
Melepaskan putri kesayangannya ke tangan lelaki yang sudah ia percayakan untuk menjaga dan menuntun putri nya ke jalan yang lebih baik lagi. Ayah raka menatap wajah Arga yang di dalamnya tidak ada keraguan sedikit pun. "Saudara Devan Argatha Rimba Bin Davian Adhitama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putriku, Rara Noviantika Putri Binti Raka Raditya Putra dengan maskawin emas logam mulia 50 gram, uang 50 tujuh juta lima ratus ribu Rupiah, dan seperangkat alat shalat TUNAI!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Rara Noviantika Putri Binti Raka Raditya Putra dengan maskawin tersebut Tunai," ucap Arga hanya dengan satu tarikan nafas. Berkali-kali Ia mengucapkan kalimat syukur di dalam hatinya.
"Bagaimana para saksi, sah?!" Ucap penghulu.
"Sahhh!" Teriak para tamu undangan.
Rara yang masih ada di dalam kamar seketika meneteskan air matanya, ia tidak menyangka bahwa ucapannya kemarin adalah do'a baginya.
Fana tersenyum senang seraya mengusap bahu Rara, "cieeee sahabat polos gue udah jadi bini orang," godanya.
Rara tersenyum masih dengan air mata yang tidak hentinya turun.
"Jangan nangis dong."
"I-ini nangis bahagia tau," balas Rara.
"Hhhh iya-iya, ayo keluar." Fana menarik pelan tangan Rara.
Ketika mereka keluar, semua pasang mata menatap Rara yang sangat cantik dengan gaun putih serta hijab panjang dengan warna senada dengan gaunnya. Arga menatap Rara lekat, "Masha Allah" kalimat itulah yang pertama kali keluar dari mulut nya.
Rara dengan langkah pelannya menghampiri Arga dan berdiri tepat di hadapan orang yang baru saja mengucapkan janji suci di hadapan Ayahnya.
Dengan perlahan Arga menyentuh pucuk kepala Rara yang kini sudah sah menjadi istri nya.
Rara yang baru pertama kali di sentuh yang bukan mahram seketika menampilkan raut tegang, dengan perasaan gugup ia mengamini doa-doa di dalam hatinya.
Selesai berdoa, dengan tangan gemetarnya, Rara mencium tangan Arga. Ia sudah hafal dengan apa yang akan ia lakukan karena seminggu yang lalu Bunda sudah memberi tahukan padanya.Arga merasakan tangan Rara begitu dingin. Ia paham betul bahwa gadis kecil yang sudah menjadi istrinya ini sangat gugup, dengan mendekatkan bibirnya di telinga Rara. "Jangan gugup zaujati," Bisik Arga, lalu mendaratkan ciumannya tepat di kening Rara.
Rara yang mendapat serangan tiba-tiba seketika membeku, rasanya ia ingin pingsan. Ia tidak mampu, ini terlalu mengejutkan.
kini acara yang selanjutnya, yaitu bacaan surah Ar-Rahman yang di hadiahkan Arga untuk istrinya. Dengan wajah tenangnya Arga meraih mic dan mulai membacakannya.
Lantunan surah Ar-Rahman yang dibacakan Arga sangat merdu, semua tamu baik itu Anak-anak remaja sampai Ibu-ibu menatap Arga kagum termasuk Rara. Sekali lagi ia meneteskan air mata tidak menyangka bahwa gus tampan dan sholeh itu sudah menjadi suaminya.
Arga tersenyum menatap Rara, di balas senyuman juga oleh Rara. Untuk ke sekian kalinya, Arga jatuh cinta kepada gadis polos itu.
"Idaman banget ya, beruntung sekali gadis itu."
Suara Ibu-ibu itu tertangkap indera pendengaran Rara. Ia tersenyum, dia memang beruntung bahkan sangat beruntung.
Selesai melantunkan surah Ar-Rahman, Arga mendekatkan dirinya ke Rara, "siap untuk di bimbing?" Bisik Arga lagi dan lagi.
Rara mengangguk ragu, "Insha Allah siap gus nya Rara," balas Rara tersenyum lebar menatap wajah Arga.
Arga ikut tersenyum dan mengelus pucuk kepala Rara yang di balut hijab.
Semua wanita yang hadir seketika mengigit jari mereka. Iri? Sudah pasti iya, Siapa yang tidak iri ketika melihat orang yang selalu menjaga kesucian dirinya dipertemukan dengan seseorang yang juga selalu menjaga pandangannya.
Jodoh itu adalah cerminan diri, ingin yang terjaga?maka harus menjaga.
_
Ngaku aja, siapa² yang senyum2 sendiri🙂✌
See u💗
(JANGAN LUPA BESOK PUASA ARAFAH!) 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKAL ABADI (TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA)
Fiksi Umum"Gus Arga!" Panggil Rara. "Devan Ra!" Ia sangat tidak suka jika Rara memanggilnya dengan sebutan Arga seperti kebanyakan orang. "Gus Devan," panggil Rara sekali lagi. "Kenapa?" Tanyanya "Gus Devan bisa jelek dikit nggak sih?" Devan menaikkan sebe...