11. Pergi ke desa

371 71 11
                                    

Dongju menahan bibirnya agar tidak tersenyum terlalu lebar. Dia sudah menanam semua bibit tanaman yang dia punya dan tumbuhan-tumbuhan itu sudah tumbuh hanya dalam sekejap. Mata Dongju menatap berbinar pada lahan bersih yang sudah terisi tanaman didepannya.

Mungkin jika dia menyiram tanaman ini dengan air ajaib itu lagi, maka tanaman-tanaman ini akan tumbuh lebih cepat dan juga berbuah lebih cepat. Dengan begitu, Dongju bisa menjualnya dan menjadi kaya dengan lebih cepat juga.

“Hehehehe…” Karena terlalu senang, Dongju tanpa sadar tertawa.

“Apa kau yakin dia tidak apa-apa?” Junseo bertanya pada Geonhak yang tengah mengangkat sebuah batang kayu.

Tubuh kekarnya memperlihatkan urat-urat yang menonjol dan dihiasi oleh bulir-bulir keringat sehingga tubuhnya terlihat berkilau. Dia melihat ke arah Dongju yang berada di kebunnya sambil tertawa tertahan dengan ekspresi yang menyeramkan.

Geonhak melihat kaki pemuda itu dan seketika berubah rileks karena kaki Dongju masih menyentuh tanah.

“Tidak apa-apa.”

“Hihihihihi….” Lagi-lagi Dongju tertawa membuat Junseo hampir melompat ke punggung Geonhak.

“Ka-kau yakin dia baik-baik saja?!” Junseo mengekor kepada Geonhak yang berjalan dengan kayu ditangannya.

“Kau ini kenapa?” Tanya Seongsik yang tengah memasang kerangka atap pada Junseo yang berjalan berantakan.

Pria tan itu melihat ke atas, “Ti-tidak ada!”

Seongsik memasang wajah malas dan melanjutkan pekerjaannya. Ketika membuat atap rumah, sehubungan dengan iklim di Korea, maka atap dibuat menggantung agar bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan kondisi musim. Kerangka atap terbuat dari kayu dan akan ditutupi oleh ilalang. Bahannya mudah didapat dan murah. Tetapi poin minusnya adalah terlalu cepat rusak.

Sementara Seongsik berurusan dengan atap, Harin mengurus bagian dapur. Dongju berkata dia ingin dua tungku dari tanah liat. Sebenarnya, Harin tidak terlalu paham akan hal ini, karena tugasnya hanya membuat rumah bukannya peralatan didalamnya. Tetapi Dongju dengan sukarela memberi arahan bagaimana cara membuat tungku dari tanah liat dengan baik. Dan Harin yang memang sangat suka belajar hal-hal baru tentu saja menerima saran Dongju.

Geonhak meletakkan kayu yang baru saja ia angkat ke dekat Gwanghyun yang sedang membuat rangka lantai. Untuk lantai, Dongju ingin kayu kualitas baik yang tidak menyerap air dan kotoran. Pemuda itu sudah menyiapkan bahannya, Gwanghyun hanya perlu memasangnya. Pria itu melakukan pekerjaannya dengan tekun dan tidak banyak bicara. Dia dan Geonhak adalah kombinasi kutub, karena memiliki kepribadian yang hampir sama.

Mereka berlima bekerja dengan giat, apalagi Harin. Ini adalah langkah awal dari usahanya. Dia berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan rumah ini, ditambah ini adalah rumah temannya, Geonhak. Meskipun dia agak ragu, karena desain rumah yang Dongju inginkan agak berbeda dengan desain rumah biasanya.

Hampir tengah hari, mereka berlima berhenti bekerja dan memilih istirahat. Geonhak yang terakhir kali keluar dari rumah hampir jadi miliknya dan Dongju. Dan ketika matanya tak menangkap sosok Dongju dimanapun, dia hampir meraung. Tetapi tidak jadi, karena Dongju tiba-tiba muncul dari semak disamping rumah.

Harin yang memperhatikan hal itu hanya bisa memberi pandangan datar kepada pria itu. Sekarang, Geonhak sedang menghampiri Dongju yang tengah melepaskan rambut panjangnya yang tersangkut di sebuah ranting pohon. Harin menyesal melihat adegan mesra-mesraan didepannya.

“Darimana?” Geonhak dengan lembut melepaskan helai rambut milik Dongju yang terlilit pada ranting pohon.

“Mencari harta.” Dengan tidak sabaran, Dongju malah menarik kuat rambutnya hingga patah dan kulit kepalanya sekarang terasa sakit.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang