45. Amarah

180 36 14
                                    

Dongju tidak tahu mengapa, tapi ia merasa sangat gelisah belakangan ini. Dia ingin segera melihat kiosnya yang berada di ibu kota, rasanya sangat tidak nyaman banginya hanya berdiam diri dan menerima perlakuan menyenangkan Geonhak padanya.

Dia terlihat melamun ketika makan malam dan hal itu sama sekali tidak luput dari pandangan Geonhak yang sedang menuangkan sup ayam ke dalam mangkuk kecil untuk diberikan kepada Dongju.

“Ada apa?” tanya Geonhak pada akhirnya sambil menyodorkan mangkuk kecil berisi sup ke depan Dongju yang termenung.

Bola mata Dongju bergerak ke arah Geonhak, “Aku ingin ke kios.”

Mendengar hal itu, Geonhak menggeleng cepat, “Masih musim dingin. Kau akan sakit.”

Dongju cemberut ketika mendengar hal itu, dia mengalihkan wajahnya dari Geonhak sambil menggerutu.

“Hanya melihat saja tidak boleh. Pelit.” Gumam Dongju pelan saat akan meminum supnya.

Tentu saja Geonhak mendengar gerutuan itu, dia hanya tersenyum tipis dan memakan makanannya.

Tetapi tentu saja, bukan Dongju namanya jika ia tidak membangkang dan memberontak. Dia berdebat dengan Geonhak sampai pria itu memijat kepalanya pusing. Karena Dongju mengancam akan melarikan diri dari rumah jika Geonhak tidak mengijinkannya melihat kios.

“Salju masih turun, lagipula apa yang akan kau lihat disana?”

“Aku tidak peduli! Jika kau tidak mau, aku akan pergi sendiri, aku akan mengajak Bora bila perlu!” Dongju memasang wajah sengit yang terlihat lucu di mata Geonhak.

Lihat ini, siapa dulu yang bersikeras tidak mau memelihara Bora? Sekarang Dongju malah ingin mengajaknya berkeliaran di pasar, padahal dulu ia memarahi Geonhak karena ingin mengajak hewan itu keluar dari rumah.

“Kita bisa melihatnya ketika musim semi nanti.”

Dongju menghentakkan kakinya yang dibalut kaos kaki tebal ke lantai yang di lapisi karpet dari bulu binatang. “Aku tidak mau musim semi, aku mau sekarang!”

Geonhak hampir tertawa. Dongju terlihat seperti kelinci yang marah. Di tambah dengan pipinya yang hampir jatuh, dia semakin menggemaskan di mata Geonhak.

“Kita akan pergi saat musim semi tiba.” Putus Geonhak pada akhirnya. Dia tidak mau mengambil resiko, Dongju baru saja pulih. Geonhak berjuang keras untuk memenuhi makanan bergizi bagi pemuda itu. Dia tidak ingin merasakan sensasi tubuh Dongju berubah dingin di tangannya lagi.

Tentu saja Dongju tidak akan mengalah. “Hanya melihat saja, oke? Aku akan tetap di kereta dan memakai mantel tebal. Kau boleh memelukku setiap saat, aku hanya ingin melihat saja. Dari jauh juga tidak apa-apa.”

Bujukan seperti ini bisa membuat Geonhak hampir mati. Karena saat ini Dongju bergelayut manja di lengannya dengan mata membola besar. Rupanya tidak hanya Dongju yang marah menakutkan bagi Geonhak, Dongju yang seperti ini lebih menakutkan baginya. Karena saat ini Geonhak ingin membawa tubuh pemuda itu di lengannya dan melemparkannya ke tempat tidur. Akan tetapi, Geonhak sudaj berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu pada Dongju sebelum dia pulih seutuhnya dan Dongju setuju akan hal itu.

Geonhak terlihat berpikir, haruskah ia menyetujui hal ini? Tawaran boleh memeluk Dongju setiap saat sangat menggiurkan, lagi pula hanya melihat dari jauh saja bukan?

“Baiklah. Hanya sebentar saja.” Geonhak akhirnya menyerah.

Mata Dongju berbinar bahagia dan ia memakan makanannya dengan gembira. Pemuda itu tersenyum dengan pipi menggembung penuh dengan makanan. Sebuah senyum simpul terlukis di bibir Geonhak saat melihatnya. Geonhak akan melakukan apapun agar Dongju bahagia seperti ini.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang