46. Puncak kemarahan

182 40 15
                                    

Selama perjalanan menuju rumah, wajah Dongju terlihat sangat tegang. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi matanya memerah dan rahangnya mengeras. Matanya tak lepas dari pemandangan putih di luar sana.

 Banyak hal yang berkeliaran di kepala Dongju saat kni, tetapi yang paling dominan adalah menghancurkan Hyungsik. Dongju tidak memiliki dendam berarti pada Hyungsik sebenarnya, tetapi tindakan Hyungsik yang satu ini benar-benar tidak bisa ditoleransi lagi.

Mungkin Dongju akan menahan diri agar tidak sampai menghilangkan nyawa pria itu. Dan tentu saja siapapun yang terlibat dalam hal ini tidak akan lepas begitu saja dari tangan Dongju. Dia akan membalas mereka semua, membuat mereka menyesal sudah bermain-main dengannya.

Sejak awal Dongju bukanlah orang baik. Dia hanya akan bertindak sesuai dengan tindakan orang padanya. Jika seseorang baik padanya maka ia akan sepuluh kali lebih baik kepada orang itu. Dan begitu juga sebaliknya. Jika seseorang jahat pada Dongju, maka ia akan sepuluh kali lipat lebjh jahat pada orang itu.

Selain licik, Dongju sebenarnya memiliki simpati yang terbatas. Emosi semacam ituhanya akan ada kepada orang-orang yang baik padanya.

Gigi Dongju bergemeletuk keras. Dia ingin segera melampiaskan kemarahannya yang membara ini. Bahkan sensai dingin dari salju yang masih tebal terlihat tidak mempengaruhi Dongju yang terbalut dalam pakaian indahnya.

Sementara Geonhak hanya diam saja sambil memperhatikan wajah dingin milik Dongju. Dia juga sebenarnya marah, tetapi dia lebih khawatir dengan kondisi tubuh Dongju. Dia juga tidak mengajak pemuda itu berbicara sekarang, karena Geonhak tahu bahwa saat ini Dongju sedang emosi.

 Dia sebenarnya ingin memeluk Dongju dan menciumi kepala dan kening pemuda tersebut. Mengatakan bahwa ia akan membawa mayat-mayat Hyungsik atau entah siapa namanya itu yang berani membuat pasangannya menangis. Geonhak akan mencuci kaki Dongju dengan darah orang-orang sialan itu jika perlu. Apapun akan ia lakukan agar Dongju merasa puas.

Tetapi Geonhak tidak ingin memperkeruh keadaan, jadi dia hanya diam memperhatikan raut wajah tegang dan penuh dendam milik Dongju.

Sampai tiba-tiba kereta berhenti. Kening Dongju berkerut dalam dan kemudian ia mendengar suara kuda yang banyak. Dongju terkejut dan langsung keluar tanpa sempat dihentikan oleh Geonhak.

Pria itu terlihat gelagapan saat Dongju berjalan keluar tiba-tiba. Dia segera menyusul pemuda itu dan dihadapkan dengan sekitar lima puluh orang bar-bar berkuda. Mereka terlihat seperti berandalan dan tukang jagal. Dengan luka dan badan besar serta pakaian yang berantakan meskipun ini adalah musim dingin.

Changmin dan Dongil segera melompat ke depan Dongju dan memasang wajah siaga. Geonhak pun sama, wajahnya yang memang sudah minim ekspresi tidak banyak berubah. Tetapi pupil matanya mngecil ketika melihat sosok yang ia kenal dengan jelas di antara orang-orang gelandangan ini.

“Hyungsik.”gumam Dongju berbahaya.

Sebuah seringai terlukis dengan jelas di bibir Hyungsik ketika mendengar suara itu. Dia menatap Dongju yang dilindungi oleh Changmin, Dongil dan Geonhak dari segala sisi.

Ah kecantikan rapuh ini selalu membuat Hyungsik bersemangat untuk menghacurkannya.

Hyungsik tidak suka ketika seseorang memandang rendah dirinya. Seperti Dongju yang terlihat sangat rapuh bagai kertas, tetapi masih saja memandang rendah padanya, meskipun posisinya saat ini jauh lebih tinggi dari Dongju.

“Halo.” Ucapnya dengan pandangan meremehkan. “Apa kau suka hadiah dariku? Aku harus rela menahan udara dingin demi meyelesaikan hadiahnya. Seharusnya kau suka, hahahaha!”

Gelakan tawa menjijikkan itu benar-benar membuat telinga Dongju sakit.

“Kau akan menyesal sudah mencari masalah denganku.” Kata Dongju dengan pandangan datar dan raham mengeras.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang