18. Monster sebenarnya

319 62 23
                                    

“Bagaimana?”

“Ada orang-orang yang datang untuk merusak kios tadi malam dan aku menakut-nakuti mereka.” Jawab Sungmin sambil memakan buah jeruk yang diberikan oleh Dongju padanya. Anak itu lalu berjalan pergi untuk menurunkan sayuran dari gerobak.

Mendengar penjelasan Sungmin, mau tak mau sebuah senyuman terukir di bibir Dongju. Sudah dia duga hal itu akan terjadi. Pelakunya tidak lain adalah pemilik toko Choi. Mungkin jika Dongju tidak memiliki kemampuan  meramalkan nasib buruk atau bahasa modernnya negative thingking kepada setiap orang, dia akan menangis pilu karena kiosnya hancur pagi ini. Dan melihat bagaimana pemilik toko Choi kini menggigit jarinya, membuat Dongju tersenyum sinis.

“Inikah bahaya yang kau maksudkan?” tanya Geonhak pada Dongju yang masih tersenyum sinis.

“Benar sekali.”

Geonhak mengangkat alisnya, Dongju bisa memprediksi bahwa hal ini akan terjadi, apakah Dongju bisa meramal?

“Bagaimana bisa tahu?”

Ada nada keraguan dalam pertanyaan Geonhak dan Dongju tidak menyalahkan hal itu. Dia berbalik dan menatap tepat pada mata Geonhak.

“Kau pernah dengar jika mata adalah jendela seorang manusia? Jika kau melihat tatapan yang seperti ingin memakanmu hidup-hidup, apakah kau berfikir dia ingin menjadikanmu teman?” Dongju kembali melihat ke depan dan berdiri membelakangi pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

Geonhak terdiam ketika mendengar kata-kata Dongju. Dia bahkan tidak boleh menatap mata orang dulu, jadi dirinya sebenarnya tidak bisa membaca orang melalui mata saja.

“Seseorang akan membenci kita karena ingin bertahan hidup. Seperti itulah dunia ini, jadi kau harus senantiasa berjaga bahkan ketika tidur.” Ujar Dongju datar. Dia teringat suatu hal dimasa lalu.

“Tetapi bagaimana kau bisa tahu, dia akan merusak kios?” tanya Geonhak lagi.

“Mudah saja. Kemana mata menyorot paling tajam, itulah target utamanya.”

Dongju mengatakannya dengan begitu santai. Dan melihat pemilik toko Choi yang masuk ke tokonya dengan gusar membuat ia kembali tersenyum.

Geonhak benar-benar tidak menyangka bahwa Dongju memiliki pemikiran seperti itu. Pria itu menatap punggung kurus milik Dongju, dia merasa bahwa yang berdiri dihadapannya ini bukanlah Dongju yang ia kenal. Sangat berbanding terbalik.

Dongju dulu adalah tipe pendiam, lemah lembut, anggun dan dingin. Sedangkan sekarang, Geonhak bisa berkata bahwa Dongju adalah seorang yang tidak bisa ditebak dan dilabeli. Ah, tidak. Dongju suka uang dan makanan. Pemuda itu akan selalu membeli banyak makanan ketika akan pulang. Sangat berbeda karena Dongju biasanya akan makan secukupnya.

Geonhak menyukai keduanya. Baik yang pendiam maupun yang cerewet. Mungkin saja Dongju mengalami pencerahan ketika terjatuh ke dalam sungai.

“Kau sangat cantik.”

Dengan terburu, Geonhak mengalihkan perhatiannya pada Pakgo yang telah berdiri didepan Dongju. Raut wajahnya berubah dingin dan berbahaya. Seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Perlahan, Geonhak bangkit dan berdiri melingkupi tubuh Dongju.

Pakgo tidak memperhatikan pria itu, dia malah fokus dengan Dongju yang sama sekali tidak menanggapi kata-katanya. Kali ini dia datang sendiri.

Seluruh wajah Dongju tidak luput dari perhatian Pakgo. Bagaimana bulu mata itu bergerak turun ketika Dongju melakukan pengecekan terhadap sayuran-sayurannya, bagaimana pipinya bersemu merah karena sinar matahari dan bagaimana bibir indah itu terbuka ketika Dongju berbicara. Dia benar-benar terpukau dengan pemuda didepannya ini. Tidak pernah ia sangka bahwa dia akan terpesona dengan seorang pemuda yang baru ia lihat kemarin.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang