43. Penghiburan

195 40 8
                                    

Geonhak memeluk tubuh Dongju dengan erat. Dia tidak mengerti mengapa Dongju masih saja pingsan seperti ini padahal dia sudah sangat melindungi pemuda itu. Apa yang harus dia lakukan agar Dongju aman dan sehat?

Dengan perlahan, Geonhak membaringkan tubuh lemah Dongju ke atas kasur. Dia membelai wajah terpejam itu lembut dan penuh kasih sayang. Dia hanya pergi sebentar dan Dongju sudah seperti ini.

Geonhak menerima ramuan obat dari Bibi Han dan membantu memasukkannya ke dalam mulut Dongju. Pemuda itu terbatuk dan cairan berwarna hijau gelap itu merembes keluar dari sudut bibirnya.

Bibi Han beranjak untuk mengambil kain bersih akan tetapi Geonhak segera menyeka bibir Dongju menggunakan lengan pakaiannya. Dia kemudian menenggak ramuan obat tersebut dan menundukkan kepalanya. Bibirnya bertemu dengan bibir Dongju dan dengan sebuah ciuman, ramuan obat itu masuk ke dalam tubuh Dongju dengan sempurna.

Tangan Geonhak menyeka bibirnya yang memiliki sensasi pahit dan obat Dongju. Ia kembali menatap sendu pada pasangannya itu.

Bibi Han kembali dengan kain bersih di tangannya, tetapi dia tidak memberikannya pada Geonhak karens ramuan obat telah habis dan Dongju sudah bersih. Wanita itu hendak mengundurkan diri, tetapi suara berat dari Geonhak menghentikannya.

“Kenapa dia bisa seperti ini?”

Tangan Bibi Han saling meremat satu sama lain. Dia menunduk sopan. “Saudara kembar Tuan datang kemari, Tuan.”

“Apa yang dilakukannya pada Dongju?” suara itu dalam dan terdengar berbahaya.

“D-dia berkata ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Tuan Dongju. Dia meminta agar berbicara berdua dan Tuan Dongju setuju. Saya bersama pekerja lain menunggu di luar dan tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ketika anda datang, kami berniat untuk memanggil Tuan Dongju, saat itulah Tuan pingsan dan saudara kembar Tuan Dongju tidak terlihat dimanapun.” Bibi Han menunduk semakin dalam karena merasa bersalah atas apa yang menimpa Dongju.

Geonhak terdiam setelah mendengar hal itu. Dongmyeong tidak akan datang untuk hanya sekedar bertamu. Dia pasti membicarakan hal penting kepada Dongju. Tapi apa yang mereka bicarakan?

Apa yang Dongju dengar hingga ia kehilangan kesadarannya seperti ini?

“Bibi boleh pergi.” Ujar Geonhak tanpa mengalihkan pandangannya pada Bibi Han.

Wanita itu menunduk sekali lagi dan segera meninggalkan kamar Dongju.

Geonhak meraih tangan lemas milik Dongju dan menggenggamnya erat. Dia mengecup punggung tangan itu penuh kasih sayang secara berulang kali.

Matanya yang tajam menatap sendu pada wajah damai milik pasangannya itu. Tangan Dongju dalam genggamannya ia bawa ke pipinya dan tangan lainnya mengelus pipi lembut Dongju.

“Istri, apa yang harus kulakukan agar kau tidak kesakitan?”

“Apa yang harus kulakukan agar kau tetap sehat tanpa harus meminum obat-obatan ini?”

Geonhak berhenti sebentar dia tersenyum tipis sekali dengan tangan yang masih mengusap pipi Dongju.

“Katakan sayang, apa yang harus kulakukan agar kau tetap disini bersamaku, hm?”

••||••

Son Dongmyeong menatap aliran sungai besar didepannya. Sungai ini memiliki arus yang deras dengan kedalaman yang lumayan. Airnya tidak jernih melainkan berwarna sedikit kehijauan.

Manik almondnya memancarkan aura sendu. Dia mengingat saudaranya yang sebenarnya bukan saudaranya.

Son Dongju berbeda dengannya. Anak itu benar-benar bukan manusia. Sementara dirinya adalah manusia. Ibunya sebenarnya mengharapkan anak perempuan untuk mewarisi ilmu miliknya. Akan tetapi yang ia dapatkan adalah dua anak lelaki kembar. Seorang pria tidak bisa menjadi dukun seharusnya, akan tetapi Son Dongmyeong dan Son Dongju adalah pengecualian. Gender mereka bukanlah halangan, karena kekuatan mereka tidak main-main. Mereka adalah produk hasi bersatunya manusia dengan kekuatan alam.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang