Dongju bangun dengan rasa sakit yang teramat menghantam kepalanya. Desis rasa sakit keluar dari mulutnya ketika ia mencoba bangkit dari tidurnya. Setelah menetralkan rasa sakit di kepalanya, Dongju memandang lurus ke dinding kamarnya.
Dia ingat tadi malam, dia dan pekerjanya membuat acara perayaan kecil-kecilan dan Dongju sangat senang akan hal itu. Karena akhirnya dia bisa merasakan alkohol juga dan kini dia tidak meminumnya sendiri.
Dongju terdiam cukup lama untuk mengumpulkan nyawanya yang saat ini sedang melayang tidak terkendali. Setelah beberapa menit, dia mulai melihat sekitarnya dan melihat pakaiannya yang telah berganti. Sepertinya Geonhak yang menggantikannya. Membayangkan tubuhnya telanjang di hadapan Geonhak membuat Dongju menepuk jidatnya malu. Dia tidak mau mabuk lagi. Dia tidak mengingat jika dirinya hampir membuat Geonhak hilang kendali. Dongju tidak ingat juga bahwa dirinya sudah merangkak ke pangkuan pria itu.
“Tuan,”
Bibi Han memasuki kamar Dongju dengan sebuah nampan di tangannya. Wanita itu meletakkannya di meja dan duduk di samping Dongju yang masih terduduk di atas tempat tidurnya.
“Makanlah ini, tuan. Agar rasa mualnya berkurang.”
Dihadapan bibi Han, Dongju memasang wajah memelas. Tubuhnya otomatis menjadi manja dan dengan sukarela menerima suapan yang bibi Han berikan. Bibi Han tersenyum samar ketika Dongju memakan sup yang ia buat dengan perlahan. Tuannya ini selalu menunjukkan dirinya yang kuat, tetapi kini dia seperti anak kecil yang sedang bermanja-manja.
“Dimana Geonhak, bi?” Tanya Dongju ketika dia telah menghabiskan makanan yang bibi Han beri.
“Tuan Geonhak masih beristirahat di kamarnya, tuan.”
“Benarkah? Sudah pukul berapa ini?” Dongju memiringkan kepalanya. Tidak biasanya Geonhak bangun begitu lama.
“Tuan Geonhak terlalu mabuk. Dia bahkan muntah terus menerus.”
Dongju melotot ketika mendengar kata-kata bibi Han. Apakah separah itu? Seingatnya, dia hanya memberikan segelas kecil soju saja pada pria itu. Sepertinya toleransi Geonhak memang kelewat rendah akan alkohol.
“Apa bibi sudah memberikan sup ini juga untuknya?” Tanya Dongju sambil memijat kepalanya. Dia jadi merasa bersalah.
“Sudah tuan. Tetapi sepertinya, tuan Geonhak tidak memiliki tenaga untuk sekedar mengangkat kepalanya.” Jelas bibi Han sambil membereskan nampan yang dia bawa tadi.
Dongju menghela nafas. Seharusnya dia tidak memaksa Geonhak meminum minuman beralkohol itu. Tetapi, dia benar-benar tidak menyangka jika keadaannya akan separah ini.
Akhirnya, Dongju bangkit dari posisinya dan berjalan menuju kamar Geonhak. Dia tertegun ketika melihat pria yang berstatus sebagai suaminya itu terbaring dengan wajah pucat dan keringat dingin membasahi wajahnya. Dongju mengambil posisi duduk disamping Geonhak yang langsung membuka matanya ketika merasakan kehadiran pemuda itu.
“Pusing…”
Mata Geonhak menyorot sendu pada Dongju yang menyentuh keningnya.
Dongju tidak menjawab. Tetapi rasa bersalah menggerogoti dirinya. Dia menyeka keringat dingin yang membasahi kening Geonhak dan pria itu menjatuhkan wajahnya di telapak tangan Dongju. Dia lalu menutup matanya setelah menyamankan pipinya di telapak tangan milik pasangannya itu.
Sebuah perasaan aneh melintas di hati Dongju ketika kening pria itu mengerut tidak nyaman. Kulit Geonhak terasa dingin di telapak tangannya. Dongju diam dengan posisi tangannya yang masih menangkup pipi Geonhak. Keningnya berkerut juga ketika detaj jantungnya tiba-tiba bertambah cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [LeeOn]
FanfictionSon Dongju adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tradis...