Kepala Dongju masih terasa berputar ketika ia membuka matanya. Dia berharap bahwa yang dia rasakan kemarin hanyalah sekedar mimpi dan kali ini dia sudah ada di rumahnya. Tetapi harapannya hancur ketika ia melihat sekelilingnya. Sialan, Dongju jadi ingin menangis.
Dongju menyingkirkan kain lusuh yang menyelimutinya. Matanya memandang sekitar seksama. Gubuk ilalang yang kecil dan hanya diisi oleh barang-barang dari kayu dan ruas-ruas bambu. Dongju menduga bahwa itu adalah perabotan makan dan perabotan dapur lainnya. Dengan perlahan, Dongju bangkit dari tempatnya berbaring. Tak lupa ia melipat kain lusuh tadi dan meletakkannya kembali di atas kasur ilalang. Lantai gubuk ini masih dari tanah. Dongju mengagumi kakinya yang terlihat sangat cantik ketika bersentuhan dengan lantai tanah tersebut. Apakah dia ternyata berubah menjadi wanita?
Pria itu melihat sekeliling lalu dengan agak malu menyentuh dadanya sendiri. Datar. Ternyata dia tetap menjadi laki-laki di kesempatan kedua ini. Tetapi ia masih kurang yakin. Tanpa melihat sekeliling, Dongju mengangkat pakaian panjangnya untuk melihat bagian bawahnya.
"Istri?"
Hari ini, Dongju ingin meminta agar Tuhan mencabut nyawanya kembali. Posisi mereka sangat amat canggung dengan Dongju yang mendongak tetapi masih dengan pakaian terangkat dan pria berotot kemarin yang berdiri diam sambil melihat Dongju dengan pandangan bertanya.
Dongju batuk canggung. Wajahnya panas karena sangat malu. Bibirnya ia gigit kuat karena hal ini adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Baik yang pertama maupun yang kedua. Dengan perlahan, dia menurunkan pakaian panjangnya. Dan meneliti pria asing di depannya.
"Ekhem! Kau ini siapa?" Tanya Dongju tanpa sadar.
"Aku? Kim Geonhak. Suamimu."
"Hah?"
Dongju memasang wajah bodoh ketika mendengar jawaban dari pria di depannya. Pria itu memijat pangkal hidungnya sembari bertolak pinggang. Apa-apaan ini? Kenapa dia memiliki suami, bukankah seharusnya dia memiliki istri?
"Sebentar. Apa maksudmu suami?"
Pria asing di depan Dongju mengangkat alisnya, "Kita sudah menikah. Apa kau lupa?"
Pria bernama Geonhak itu melihat Dongju yang kini memegangi kepalanya dengan ekspresi terkejut. Apa batu di sungai merusak otak istrinya ini?
"Tunggu... Aku perlu memproses semua ini." Dongju berjalan sembari memegangi kepalanya yang tidak bisa memproses informasi yang baru didapatnya. Ia melewati Geonhak yang menyingkir dari hadapannya.
Tanpa tau arah, Dongju berjalan sembarangan hingga bertemu dengan sebuah pintu kayu. Dongju membuka pintu tersebut dan kini menganga melihat pemandangan didepannya. Gunung besar yang terlihat sangat dekat. Dibawahnya masih dipenuhi oleh pohon-pohon besar dan juga tumbuhan-tumbuhan liar. Dongju memang tinggal dekat dengan gunung dulu, tetapi gunungnya tidak sebesar ini. Apalagi pekarangan gubuk ilalang ini juga sangat tidak terurus. Hanya sedikit bagian di sekitar gubuk yang bersih dari tumbuhan liar.
Melihat keadaan ini, Dongju tidak yakin dia berada di dunia yang seharusnya.
"Ada apa denganmu, istri? Apakah kepalamu masih sakit?"
Pertanyaan Geonhak itu malah membuat kepala Dongju semakin sakit. Sambil berjalan seperti orang tua, pria itu berjalan melihat sekeliling. Dia mencoba memperhatikan ada apa saja di sekitar sini. Geonhak mengikuti langkah kaki di depannya. Melihat cara berjalan Dongju, pria itu merasa asing. Karena biasanya, Dongju akan berjalan sangat anggun sembari menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya sendiri. Mengapa sekarang Dongju berjalan seperti orang tua sambil memegangi kepalanya dan satu tangan menopang pinggang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [LeeOn]
أدب الهواةSon Dongju adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tradis...