09. Hanya punya satu sama lain

435 79 37
                                    

Dongju menarik rumput yang luput dari perhatiannya kemarin dengan kasar. Pemuda itu melemparnya sembarangan dan memasang wajah kusut. Dia berdiri dan meraih sebatang kayu dan juga batu. Dia sedang kesal saat ini. Matanya memandang sinis ke arah Geonhak dan yang lainnya yang sedang bekerja.

Sialan, apa mereka mengejek dirinya dengan memamerkan otot-otot itu? Dongju berjongkok sembari mengorek tanah menggunakan kayunya. Meski sedang kesal, dia tetap melakukan pekerjaannya sepenuh hati. Saat ini ia sedang menyiapkan lahan untuk menanam cabai, besok ia akan melanjutkan menyiapkan lahan untuk tanaman yang lain.

Geonhak tidak memperbolehkan dia untuk ikut membantu Harin dan yang lainnya. Dengan alasan, nanti dia terluka, nanti berkeringat, nanti kelelahan, nanti tertimpa batu, nanti kotor, nanti rambutnya rusak, nanti mati sekalian.

Dongju tidak terima. Baru kemarin ia berdebat dengan Geonhak, hari ini pria itu juga sudah membuatnya kesal. Jika bukan karena malu kepada Harin dan yang lainnya, Dongju pasti akan tetap memaksa ikut membantu. Dan lagi, Harin dan Junseo setuju bahwa ia tidak boleh ikut membantu. Sepertinya mereka menganggap Dongju ini begitu lemah. Awas saja nanti, Dongju akan buktikan dirinya kuat.

Tetapi tak lama, Dongju meringis sedih dan iri ketika Geonhak membuka pakaiannya. Dongju menangis dengki ketika melihat otot perut yang tersusun rapi itu. Dia memang tidak bisa dibandingkan dengan Geonhak.

Dongju membuang wajahnya dan melanjutkan kegiatannya. Sebenarnya untuk menanam cabai, dibutuhkan lahan yang harus sudah diberik pupuk kompos sebelumnya. Pembibitan tanaman ini juga harus dilakukan secara terpisah. Bibitnya harus disemai terlebih dahulu dan sekitar satu bulan kemudian baru bisa dipindahkan ke lahan tanam. Dongju sudah melakukan penyemaian beberapa hari yang lalu. Maka dari itu dia saat ini sedang mempersiapkan lahan untuk tanaman itu.

Sebenarnya jika dipikir-pikir, memang lebih baik dirinya tidak ikut membantu Harin agar ia bisa menanam bibit-bibit tanaman miliknya. Tetapi tetap saja Dongju kesal. Dia bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Geonhak dan yang lainnya. Pemuda itu terus menyiapkan lahan tanamnya tanpa mempedulikan Geonhak. Bahkan ketika pria itu sudah berdiri dibelakangnya.

“Tidak istirahat?”

Dongju berjalan jongkok tanpa berdiri dan menjauh dari Geonhak. Dia masih kesal dan dia janji tidak akan mudah luluh pada Geonhak.

Melihat Dongju yang tidak menjawabnya dan malah bergerak menjauh, Geonhak terdiam.

“Kau marah kepadaku?”

Bukannya menjawab pertanyaan Geonhak, Dongju malah mengorek tanah didepannya secara brutal, hingga membuat Geonhak merasa bersalah.

Pria itu berjalan pergi meninggalkan Dongju. Melihat Geonhak yang sama sekali tidak membujuknya, Dongju menjadi semakin kesal. Dia membuang wajahnya dan mendecih tidak suka.

Sedangkan Harin dan yang lainnya hanya bisa menonton bagiamana Dongju yang membelakangi Geonhak dan Geonhak yang pergi menjauh entah kemana. Biasa, perkara dalam rumah tangga.

Tidak ada yang berani mengajak Dongju bicara karena dilihat dari gerakan pemuda itu yang begitu brutal, dia sedang marah. Dan Harin tentu saja tidak mau repot-repot ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Tidak peduli itu temannya atau bukan. Biarkan saja dia menyelesaikan masalahnya sendiri.

Dongju marah dan memaki dalam hati. Bibirnya ia kerucutkan dan tanah dibawahnya menjadi pelampiasan. Tetapi lama kelamaan, dia mulai khawatir karena Geonhak tak kunjung kembali. Apa dia terlalu kekanak-kanakan?

Dengan ragu, Dongju memalingkan wajah untuk melihat apakah Geonhak sudah kembali. Rupanya pria itu belum kembali. Mata Dongju bergerak untuk mencari pria itu tetapi ketika matanya bertemu dengan Harin, pemuda itu membuang wajahnya. Dia malu.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang