15. Hewan peliharaan

309 70 13
                                    

Dongju menguap lebar selama perjalanan menuju pasar. Dia masih mengantuk sedikit meski sudah tidur dengan baik tadi malam. Pemuda itu membuka rincian pengeluaran dan pendapatannya setelah berjualan selama satu minggu. Pasar selalu buka setiap hari karena memang pasar itu adalah satu-satunya pasar yang ada di daerah ini. Ada sekitar lima desa dan juga para pembeli dari luar. Cukup ramai meskipun lebih banyak penjual kecil.

Kali ini pun dia dan Geonhak berangkat setelah menyelesaikan rutinitas mereka dengan baik. Pria itu duduk disampingnya dengan tenang sembari mengendalikan sapi yang menarik gerobak mereka. Teringat soal gerobak, Dongju ingat bahwa hari ini dia harus membayar sewa. Pemuda itu lalu memasukkanmya ke dalam daftar.

Hari yang melelahkan baginya tetapi berkat air ajaib, dan uang serta makanan yang akan dia dapat nanti, Dongju rasa tidak selelah itu.

Setelah sampai di pasar, seperti biasa Geonhak dan Dongju menyiapkan kios mereka. Sudah banyak orang yang menunggu. Tidak heran karena Dongju sekarang menjadi buah bibir di pasar ini. Karena sayurannya yang berkualitas tinggi tapi harganya murah, karena kiosnya, karena wajahnya dan karena Dongju sudah mengambil pelanggan beberapa penjual.

Dongju sudah bisa menduga hal ini sebenarnya, tidak peduli apapun yang dia lakukan, pasti ada pembenci.

Ketika dihadapkan dengan saingaan, ada tiga tipe manusia. Pertama, orang yang berusaha menaikkan kualitas dagangannya atau mengubah streginya, kedua, orang yang pasrah saja terhadap saingan yang dia hadapi. Dan yang ketiga, orang yang malah membenci saingan tersebut. Dan Dongju sangat yakin, pria setengah baya yang kini memasang raut benci padanya adalah tipe yang ketiga.

Dongju tidak merasa bersalah sedikitpun. Manusia melakukan segala hal untuk bertahan hidup. Dan dia juga sedang melakukan itu, dia adalah pedagang. Pedagang melakukan segala cara agar dagangannya laku dipasaran. Saingan pasar adalah hal yang biasa dan sebagai pedagang yang cerdas, seseorang harus mampu membuat produk yang lebih baik dari pesaingnya. Bukannya malah membenci saingannya. Orang-orang busuk. Dongju harus berhati-hati pada orang-orang ini.

“Ku lihat bisnismu sangat lancar.”

“Ah, selamat sore, paman.” Dongju tersenyum ramah pada seorang pria tua yang menghampirinya.

“Selamat sore. Ada sisa kue beras, apakah kau mau?” tawar pria itu pada Dongju yang langsung berbinar cerah.

“Tentu saja paman! Aku akan memberikan sayuran ini sebagai gantinya.” Dongju dengan semangat menyiapkan sayuran untuk paman itu.

“Kau ini memang sangat pandai membuat orang suka padamu.”

“Hahaha, paman Ahn bisa saja.” Dongju menerima beberapa kue beras dari tangan paman Ahn.

“Tolong naikkan sayurannya ke atas gerobak paman Ahn, ya.” Ujar Dongju pada Geonhak yang tengah menaikkan barang mereka juga.

Geonhak mengangguk dan segera mengangkat sayuran itu lalu memasukkannya ke dalam gerobak paman Ahn.

“Hohoho, baik sekali anak muda. Hati-hatilah dijalan, jangan lupa nikmati kue berasnya, ya~”

Dongju melambaikan tangannya kepada paman Ahn yang sudah menggerakkan gerobaknya meninggalkan pasar yang masih agak ramai.

Paman Ahn adalah pria tua yang hidup sendiri, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya pergi merantau ke kota tapi tidak pernah kembali. Dia berjualan makanan ringan khas Korea di pasar ini, Dongju sering membeli makanan ringan kepada pria itu karena itulah mereka saling kenal. Paman Ahn orang yang baik, dia selalu tersenyum ramah pada setiap orang dan makanan ynag ia jual juga sangat enak. Belakangan ini dia sering memberi makanan yang tidak terjual habis pada Dongju secara gratis dan Dongju akan memberikan sayurannya kepada pria tua itu. Awalnya paman Ahn menolak, tetapi Dongju itu sangat keras kepala dan penuh taktik hingga membuatnya menerima pemberian pemuda itu. Paman Ahn adalah satu diantara wanita dan pria yang sudah akrab dengan Dongju. Dia selalu berusaha untuk memiliki banyak kenalan agar kegiatan perdagangannya lancar.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang