42. Kebenaran

214 43 15
                                    

“Sialan, apa kau gila?! Aku harus melihat kios!” Dongju menunjuk tidak terima pada Geonhak yang berdiri kekar di depannya.

“Tidak. Istri di rumah saja.” Putus Geonhak sepihak tanpa berniat membiarkan Dongju pergi ke ibu kota.

“Aku harus melihat kios dan perkembangannya!”

“Biar aku saja.”

Dongju mencibir, “Memangnya kau mengerti apa?!”

“Sudah minggir sana!” Tanpa menghiraukan Geonhak, Dongju berjalan melewati pria itu begitu saja menuju kereta hingga dia dihentikan oleh sebuah lengan kekar yang melingkari pinggangnya.

“Apa—HEY!” Dongju berteriak tidak terima ketika dirinya diangkat begitu saja oleh Geonhak.

“Lepaskan aku, dasar gila!” tangan Dongju memukul tubuh Geonhak asal yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap pria itu.

Geonhak tetap membopongnya masuk ke dalam rumah. Dibalut dengan kain lembut kualitas terbaik, Dongju duduk diam dia ruang tamu. Di depannya ada berbagai macam makanan dan juga buah-buahan segar. Sebentar lagi musim dingin akan berakhir, dan akan segera memasuki musim semi. Selama musim dingin, biasanya kios tidak buka terlalu lama. Selain karena cuaca, hanya sedikit orang yang datang untuk membeli sayuran di musim dingin. Tentu saja itu mempengaruhi penjualan. Hampir seminggu setelah ia bagun dari tidurnya yang lumayan panjang, dirinya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan berat apapun. Dia hanya diam, makan, tidur, minum obat dan tidur lagi.

Dongju mengerti ke-khawatiran Geonhak, tetapi sungguh dia sudah baik-baik saja. Dia tidak akan sakit lagi. Geonhak sekarang bahkan menghindari kontak fisik berlebihan yang mengarah ke seksual dengannya. Hanya saja pelukan dan kecupan di keningnya semakin bertambah banyak.

Tergantung dengan kepribadian Dongju, dia bukanlah seseorang yang bisa berdiam diri saja. Dia ingin berkerja, dia tidak bisa seperti ini. Saraf di tubuhnya gatal jika tidak bergerak.

Dengan Bora di sampingnya, Dongju merengut tidak terima. Geonhak sudah pergi dengan kereta kuda bersama dengan pekerja yang lain. Tinggal dirinya sendiri dengan Bibi Han yang siap melayani kebutuhannya.

Bora membungkus Dongju dengan tubuhnya yang berbulu. Tubuhnya melingkari Dongju terlihat seperti induk serigala yang melindungi anaknya dari udara dingin.

Bibi Han berdiri di belakang Dongju dan tidak menghiraukan tuannya yang menggerutu. Geonhak memang selalu menurut kepada Dongju, tetapi jika sudah sampai pada keputusan bulat seperti ini, Dongju bahkan tidak akan bisa melawannya. Dia seperti istri penurut yang mematuhi setiap perintah suaminya.

Sial. Dipikir-pikir, Dongju memang sudah menjadi istri dari pria itu. Dia sudah melakukan hal paling dalam dengannya, ya meskipun pada saat itu Dongju pingsan dan berujung koma. Dia benar-benar sudah mencapai dan memenuhi perannya sebagai istri.

Memikirkan hal itu, Dongju tidak bisa tidak merinding. Dia sepertinya sudah gila. Tangan halus milik Dongju bergerak meraih buah segar di depannya. Buah anggur yang tumbuh liar berwarna ungu. Buah berair itu memasuki mulut Dongju dan pemuda itu memakannya kesal.

Hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Sebelum Dongju dapat merespon, Bibi Han bergerak untuk membukakan pintu. Dongju menatap siapa yang datang dengan penasaran dan dia tidak bisa tidak terkejut saat melihat wajah Dongmyeong yang tengah membuka tudungnya.

“Bisa aku masuk?” Dongmyeong bertanya pada Dongju yang duduk di lantai dengan meja penuh makanan dan seekor serigala yang melingkarinya.

Bibi Han menatap Dongju juga meminta persetujuan. Dongju memasukkan buah anggur di tangannya ke dalam mulut, “Silahkan masuk.”

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang