22. Kesepakatan

297 56 19
                                    

"Kau yakin dia tidak menyadari keberadaan kita?"

"Ssttt! Pelankan suaramu!"

Bandit yang disewa oleh tuan Choi kini sedang mengikuti gerobak Geonhak dan Dongju. Keduanya baru saja selesai berjualan.

Ada empat orang pria berpakaian serba hitam dengan wajah yang ditutupi. Hanya mata dan jidat mereka yang terlihat. Mereka berempat bersembunyi dan mengikuti kereta didepannya dibalik rimbunnya pepohonan. Berusaha sebisa mungkin menekan aura keberadaan mereka.

Srek.

Otomatis tiga orang penguntit itu menoleh kebelakang dan menepuk jidat serentak ketika melihat temannya jatuh dan menimpa semak.

"Yang Heechan pelankan suaramu!" bisik salah seorang yang memiliki mata bulat.

Pria yang terjatuh bernama Yang Heechan itu menggaruk kepalanya sembari menunduk beberapa kali. Karena kejadian temannya yang jatuh, mereka jadi tidak fokus dan kehilangan jejak Dongju beserta Geonhak yang telah menghilang dibalik rimbunnya pepohonan. Dongju melakukan hal yang benar dengan membuka jalan kecil yang tersembunyi menuju rumahnya.

"Ini semua karena kau!" Tunjuk pria dengan mata bulat tadi pada Heechan.

"Tenanglah." Seorang pria lain mendekat pada yang marah tadi.

"Kau diam saja, Changmin. Ini bukan urusanmu." Pria bermata bulat itu masih marah.

Heechan dan satu orang lainnya hanya terdiam. Heechan merasa bersalah, sedangkan yang satunya tidak peduli. Dia kembali memperhatikan sekelilingnya untuk mencari jejak Dongju. Bahkan menajamkan pendengarannya hanya untuk mendengar auman serigala.

Tiba-tiba tubuh mereka berempat membeku dan ketakutan.

"Ini karena kau terlalu berisik, Jang Dongil." Pria yang menajamkan pendengarannya tadi melirik sinis pada pria bermata bulat yang kini sedang ditahan oleh Changmin agar tidak meledak.

"Diamlah, Hyungsik."

"Sudah-sudah, ayo kita cari mereka lagi." Saran Changmin berusaha melerai Dongil dan Hyungsik. Sementara Heechan hanya bisa berdiam diri ditempatnya dan menunggu apa yang akan diperintahkan oleh Changmin selaku ketua mereka.

"Jika kita gagal, maka musim dingin ini kita tidak akan makan apa-apa selain lobak beku." Ujar Changmin lagi tetapi nada bicaranya kali ini terdengar mengancam.

Jejak kaki terdengar disela-sela suara gerobak dan langkah kaki lainnya. Semak didepan mereks tiba-tiba bergerak dan seekor serigala hitam besar muncul. Mereka berempat hampir kehilangan jantung mereka dan segera pergi dari sana. Ini kedua kalinya mereka bertemu dengan serigala dan itu bukan pertanda yabg baik. Sepertinya biarlah mereka memakan lobak beku musim dingin ini daripada dicabik-cabik oleh serigala.

••||••

Dongju tidak dapat menahan senyumannya ketika melihat Bora sudah kembali. Dapat ia tebak para penguntit itu lari terbirit-birit ketika bertemu dengan hewan buas tersebut. Siapa yang tidak takut akan Bora yang bahkan belum sepenuhnya bertumbuh, tetapi sudah sebesar ini. Jika saja hewan ini tidak ia besarkan sedari kecil, Dongju mungkin akan bunuh diri saja jika bertemu dengannya.

"Aku bisa menghajar mereka." Geonhak tiba-tiba membuka suaranya saat Dongju sedang memandangi Bora.

Pemuda itu tidak menatap Geonhak, melainkan berjalan disekitar rumah. Dia diikuti oleh Geonhak dan juga Bora dengan patuh dibelakang.

"Tidak usah. Kita hanya perlu menakuti mereka." Ujar Dongju sambil memeriksa tanaman yang baru ia tanam kemarin.

Geonhak menatap Dongju dari belakang lalu melihat ke arah Bora yang menggoyangkan ekornya kesana-kemari. "Jika mereka mengganggumu, aku akan hukum."

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang