Mendekati hari perayaan Chuseok, rumah Dongju sangat sibuk. Sungmin dan Bibi Han berkutat dengan makanan dan minuman khas pada perayaan ini, para pekerja membersihkan pekarangan perumahan dan ada beberapa yang memetik buah-buahan disekitar rumah. Heechan menggigit buah persik ditangannya sembari menangkap buah yang dijatuhkan oleh Dongil dari atas pohon.
Dongju dan Geonhak telah pergi ke ibu kota, tepatnya kediaman keluarga Son. Mereka melakukan upacara khusus menyembah leluhur di sana. Karena bagaimanapun, Dongju tetaplah seorang Tuan Muda dari keluarga yang cukup berpengaruh itu.
Dongmyeong tidak mengatakan apa-apa begitu juga dengan Dongju. Keduanya bersujud beberapa kali didepan batu lambang keluarga dan setelah upacara berakhir, Dongju bersama Geonhak pulang begitu saja.
Didalam kereta, Dongju melihat catatan keuangan ditangannya. Sementara Geonhak memperhatikan apapun yang dilakukan pemuda itu. Pengerjaan kebun buah sudah selesai. Ada berbagai macam buah yang ditanam oleh Dongju bersama para pekerjanya. Air ajaib sangat membantu dalam hal ini. Sekarang pohon-pohon buah itu sudah siap untuk berbunga. Hampir seluruh tanah di sepanjang kaki gunung tempat Dongju tinggak ditanami dengan buah-buahan. Para pekerja sangat bersemangat dalam melakukan hal ini.
Dongju juga mengundang Harin beberapa hari yang lalu untuk memperbaiki rumah dan membangun kolam ikan di belakang rumah para pekerja, ada juga sebuah ruangan tidak berdinding yang dapat digunakan untuk bersantai.
Perayaan Chuseok di rumah Dongju berlangsung meriah karena ia juga mengundang beberapa orang tua dari desa. Sebenarnya ada perayaan bersama warga desa seperti yang diceritakan oleh Bibi Kim padanya, tetapi hal itu tidak terjadi karena rupanya banyak warga yang kembali ke kediaman leluhur mereka masing-masing. Para warga yang tidak memiliki kerabat hanya bisa merayakan Chuseok sendiri dan itu sangat sepi. Mereka sama seperti pekerja-pekerja Dongju.
Jadi ketika Dongju berkunjung ke pasar di desa pagi ini, sebelum ia pergi ke rumah keluarga Son, ia mengundang warga ini ke kediamannya.
Pertama kali menginjakkan kaki di kediaman Dongju bersama Sungmin dan Changmin, para warga desa tercengang melihat betapa luas dan indahnya kediaman pemuda cantik itu. Bahkan kehidupan para pekerjanya juga sangat sejahtera, mereka memiliki rumah masing-masing dan makanan yang melimpah ruah. Sayangnya para warga desa yang datang adalah orang tua jadi meskipun mereka ingin, mereka tidak bisa menjadi pekerja Dongju dikarenakan usia mereka yang sudah tua.
Meskipun begitu, warga desa turut senang akan keberhasilan Dongju. Anak itu bahkan telah membuka cabang di kota kerajaan, sungguh mengesankan. Andai saja mereka juga memiliki anak lelaki seperti pemuda itu.
Ketika Dongju dan Geonhak sampai di rumah, persiapan telah selesai dilakukan. Sebagian besar pekerja Dongju tidak memiliki keluarga dan leluhur, karena itulah mereka tidak pernah merayakan Chuseok, tetapi kali ini mereka merayakannya bersama dengan Dongju.
Ada banyak orang yang datang dan itu membuat Dongju sangat senang. Berbagai makanan khas Chuseok dikeluarkan. Mereka membuat api unggun besar di halaman rumah Dongju yang luas. Para warga desa memanggang beberapa ubi manis dan kentang. Mereka menari bersama dibawah sinar bulan purnama.
Bora tidak keluar karena Dongju takut dia akan menakuti para warga desa. Serigala itu bersembunyi di sudut gelap dan memperhatikan banyak orang didepannya. Dia terlihat menyedihkan.
“Kau minum terlalu banyak.” Tegur Geonhak pada Dongju yang mengisi gelas Soju nya lagi.
“Apanya yang terlalu banyak? Hari ini harus minum sampai kau muntah!” seru Dongju sambil menenggak minuman keras di tangannya.
Keningnya berkerut sedikit dan dia kembali tertawa bersama yang lain.
Geonhak hanya bisa menggeleng pelan sembari menopang Dongju yang sudah oleng kesana kemari. Tangan besarnya melingkari pinggang milik pemuda itu agar ia tidak terjatuh. Geonhak hanya memakan daging panggang, dia tidak menyentuh alkohol sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different World [LeeOn]
FanfictionSon Dongju adalah seorang petani sebatang kara yang tinggal di desa terpencil. Suatu hari, nasib sial menimpanya. Ia terpeleset dan tenggelam di sungai ketika sedang mencari ikan. Lalu ia terbangun di sebuah gubuk dari ilalang dengan pakaian tradis...