38. Jika kau pergi, aku akan menangis

303 52 13
                                    

Genggaman tangan Dongju mengerat terhadap cangkir ditangannya. Rambut panjangnya yang indah menjuntai panjang di garis pinggangnya. Bibi Han sedang menyisir rambut pemuda itu dengan lembut. Di depan Dongju adalah pemandangan aliran sungai kecil dan beragam tanaman hias serta buah di sepanjang alirannya. Matanya menatap seberang sungai yang telah ia ubah menjadi kebun buah.

Ada bermacam buah yang Dongju tanam. Mulai dari buah murah hingga buah mahal. Hampir seluruh wilayah pegunungan ini telah menjadi milik Dongju dan besok adalah hari dimana Dongju akan melegalkan hak tanah ini semua.

Angin musim gugur berhembus membelai wajah indah miliknya. Melihat bibir tuannya yang agak pucat, bibi Han bergerak cepat untuk menyampirkan mantel dengan bulu hewan di lehernya. Dongju sama sekali tidak bergerak ketika bibi Han melakukannya. Para pekerjanya semua sedang berada di kebun, selain yang ia tugaskan di pasar. Semuanya terlihat damai dan tentram.

Setelah Dongju memimpikan Dongju yang asli beberapa hari lalu, pemuda itu tidak datang lagi dalam mimpinya. Hanya sekali itu saja.

Rambut panjang milik Dongju diatur sedemikian rupa oleh bibi Han dan sebagai sentuhan akhir, wanita itu menusukkan sebuah tusuk rambut sederhana namun mewah. Desainnya begitu simpel dengan batang emas dan dua buah berlian yang menggantung di ujungnya.

Tusuk rambut ini adalah hadiah dari Geonhak untuknya dan sadar tidak sadar, Dongju selalu mengenakan semua hadiah yang diberikan Geonhak kepadanya. Berbicara tentang pria itu, manik Dongju terpaku pada Geonhak yang kini berjalan menghampirinya bersama dengan Bora tentu saja.

“Saya undur diri, Tuan.” Ujar bibi Han ketika Geonhak sudah dekat.

Bora dengan antusias langsung menempelkan tubuhnya di kaki milik Dongju dan jari-jari lentik pemuda itu membelai kepala Bora dengan lembut.

“Udara dingin.” Gumam Geonhak pelan saat melihat Dongju ditutupi oleh mantel berwarna putih.

“Aku tahu. Aku hanya ingin bersantai sebentar.” Dongju memberikan beberapa cemilan kecil kepada Bora dan hewan itu memakannya dengan senang.

Geonhak tidak menjawab tetapi meletakkan keranjang berisi buah strawberry liar didepan Dongju. Pemuda itu terkekeh kecil ketika melihatnya. Dasar pria romantis.

“Jika aku pergi jauh sekali, apa yang akan kau lakukan?” tanya Dongju tiba-tiba hinggs membuat Geonhak mematung.

“…Aku akan menunggumu hingga kembali.” Jawab Geonhak dengan mata yang terpaku pada wajah mulus Dongju.

“Jika aku tidak kembali?”

“Aku akan mencarimu hingga ketemu.”

Sebuah senyuman kecil terbentuk di sudut bibit Dongju, “Jika aku tidak mau kembali denganmu?”

Kali ini Geonhak terdiam. Kenapa Dongju tiba-tiba menanyakan hal semacam ini? Apa maksudnya dia tidak mau kembali dengan Geonhak?

“Aku…Aku akan menangis.” Cicit Geonhak pelan sembari menurunkan pandangannya.

Dongju melongo mendengar jawaban Geonhak.

“Hahahaha! Memangnya kau anak kecil? Astaga apa kau tidak malu pada tubuh berototmu itu?” Dongju memegang perutnya yang terasa sakit sekali. Sialan selera humornya begitu rendah.

Sungguh Dongju tidak bisa membayangkan wajah Geonhak yang minim ekspresi menangis seperti bayi.

Sementara Dongju berusaha untuk berhenti tertawa, Geonhak hanya memandangi dalam. Tentu saja jika Dongju tidak mau kembaki padanya dia akan menangie. Memangnya apa lagi yang bisa dia lakukan?

“Hah… Mulutku kram karena tertawa terlalu banyak.” Dongju mengusap air mata di sudut matanya.

“Pergilah mandi.” Ujar Dongju kepada Geonhak tanpa melihatnya. Dia sibuk bermain dengan Bora yang terlihat sangat senang.

Different World [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang