01

1.6K 88 2
                                    

Anna memandang papan pengumuman untuk mencari namanya.

Tahun baru, kelas baru. Hal ini mulai menjadi wajar untuk Anna kali ini, yang awalnya dia tak mau dan paling tak suka berpindah kelas yang artinya dia akan memiliki teman baru.

Dia takut tak akan sekelas dengan sahabatnya, itu tahun lalu. Kali ini dia menerima dimana pun dia akan ditempatkan.

Anna mengatakan dengan jelas waktu itu, bahwa dia tak akan berkelahi karena seorang lelaki, tapi tidak untuk kembali bercengkrama seolah-olah tak terjadi apapun, dia tak bisa seperti itu.

Setelah menemukan namanya berada di kelas XII IPS 3, Anna melangkah menuju ruang kelas IPS yang berada di sayap kiri gedung sekolah ini.

***

"Hai Anna."

Sapaan pertama yang didapatkan Anna.

"Kita sekelas lagi, lo mungkin ga terlalu tau gue atau ga inget nama gue. Kita sekelas dari kelas satu. Gue Cia."

"Lo mau duduk sama gue ga?"

Anna memandang gadis bernama Cia ini, dia mengingat jika gadis ini dekat dan cukup akrab dengan Felis, karena Felis merupakan gadis yang cukup cepat membangun interaksi dengan orang lain, berbeda dengannya.

"Gue pengen duduk dibelakang aja."

Anna menjawab begitu, karena melihat tempat duduk Cia cukup depan.

Walaupun tempat duduk saat ini memilih sendiri, nantinya pasti akan diacak oleh wali kelas, jadi percuma juga mengiyakan Cia.

Anna memilih bangku paling belakang dan pojok, dekat dengan tembok.

Dia sangat lelah untuk sekedar bercengkrama dengan teman kelasnya yang baru. Sebagian besar nama dipapan itu tak ada yang dikenali Anna, karena Anna memang cukup tertutup.

Sebelum semua itu terjadi, yang penting dihidupnya hanya Arthur dan Felis, sisanya tak terlalu penting. Kali ini dia menyesal hanya mengenal dua orang itu, yang ternyata tak berarti apapun.

Anna yang menelungkupkan kepala dilipatan tangan atas meja, merasakan pergerakan dibangku samping, yang artinya sudah ada orang yang mengisi bangku ini.

Beberapa menit kemudian keributan yang didenger Anna tadi, berubah menjadi keheningan, membuat Anna memejamkan matanya untuk tenggelam kealam mimpi.

***

Anna merasakan goncangan dibangkunya, lebih seperti tendangan kecil.

Membuatnya bangun dari mimpi indah.

Samar-samar Anna melihat kelas sudah sepi.

"Lo gamau balik?"

Anna menoleh kesebelah, melihat si pembicara.

Mencerna ucapan lelaki itu.

Lalu mengecek jam dipergelangan tangannya.

"Ini baru jam sepuluh." gumam Anna.

"Tadi guru cuma ngatur tempet duduk, terus ngebolehin pulang."

"Lo temen sebangku gue?"

Lelaki itu menganggukkan kepalanya.

Anna menganggukkan kepalanya, lalu bangkit dari duduknya, melakukan perenggangan sedikit, dan meraih tas miliknya.

"Btw, makasi. Udah bangunin gue. Gue Anna."

Anna menjulurkan tangannya untuk perkenalan.

"Arkan." Lelaki itu tak menyambut uluran tangan Anna, dia malah berjalan pergi setelah mengenalkan namanya.

"Apa sekarang orang kalo kenalan gaperlu jabat tangan ya." Anna bergumam sembari melihat tangannya.

"Tangan gue ga kotor."

"Ah, apa tadi gue ileran ya, kelap ditangan." Anna bermonolog pada dirinya sendiri, lalu melangkah keluar dari ruang kelas ini.

Masih dengan melihat tangannya itu, Anna berpikir apa dirinya memiliki salah atau zaman sudah berubah hingga tak harus menjabat tangan untuk berkenalan.

Anna merasa dirinya sangat bodoh tadi.

Dia tak tau harus bagaimana jika bertemu dengan teman sebangkunya besok.

Hari pertama dia tak mendengarkan guru, dan tak berkenalan secara baik dengan teman sebangkunya.

Apa seperti ini rasanya memulai hal baru?

Anna takut akan memulai semua dari awal, karena sudah terlalu nyaman dengan apa yang dimiliki waktu itu.

Pacar yang cukup pengertian dan sahabat yang selalu berada disampingnya.

Kini tak memiliki siapapun disampingnya.

Dia harus terbiasa dengan semua ini.

Langkanya terhenti didekat gerbang parkiran. Melihat sahabatnya dan mantan kekasih keluar dari gerbang itu, membuat hatinya cukup sakit.

Dulunya Anna-lah yang memiliki tempat yang kini diisi oleh sahabtanya itu.

Waktu itu Arthur mengemis untuk tak mengakhiri semua tentang mereka, kini Arthur terlihat sangat bahagia bersama dengan Felis.

"Awww." Anna meringis saat jidatnya membentur sesuatu dengan cukup keras.

Anna terdiam ditempat saat seseorang yang ditabraknya, berbalik badan.

"Kalo jalan, selain pake kaki, pake mata juga."

Anna masih terdiam, "Gue minta maaf. Punggung lo sakit ga?" dia tak tau harus bekata apa.

Bukannya menjawab pertanyaan Anna, lelaki yang ditabraknya itu malah melanjutkan jalan, tanpa menghiraukan Anna.

"Dingin banget. Apa gue yang gatau cara kenalan sama orang ya." kembali bermonolog dengan dirinya sendiri, karena tak memiliki siapapun disampingnya.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang