13

832 57 1
                                    

"Veronitzu Felisha, would you be my fiancé."

Rasanya Anna ingin pergi dari tempat ini.

Tiga tahun menjalin kasih dengan Arthur. Dikalahkan oleh seorang gadis yang baru beberapa bulan menjalin kasih dengannya.

Dia tak tau salahnya dimana, kurangnya dimana selama menjalin kasih dengan Arthur.

Begitu cepat tergantikan kenangan tiga tahun itu.

Anna merasakan sebuah lengan bertengger dibahunya.

"Gapapa."

Suara Arkan cukup membuat Anna kembali menarik diri dari pikiran masa lalunya.

Anna menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan Arkan itu.

"Yes I will."

Anna memberikan handclaps, diikuti para tamu lainnya yang bisa dihitung jari.

Anna harus belajar lebih mengikhlaskan apa yang sudah berlalu.

***

Arkan menaikan selimut untuk Anna.

Seusai acara digazebo itu, mereka mengadakan sedikit party dengan meminum alkohol. Arkan tentu saja melarang Anna menyentuh minuman itu.

Setelah merasa suasana sudah tidak kondusif, mereka semua dibawa kedalam kamar masing-masing oleh para staff.

Setidaknya jika mereka tidak bisa minum alkohol, mereka dapat minum soda saja, pikir Arkan saat melihat mereka semua mabuk.

Setelah memastikan Anna tidur dengan nyaman, Arkan meraih rokok dan pematiknya, melangkah keluar dari kamar untuk mencari tempat merokok.

Arkan terhenti dikuris depan pintu masuk utama area hotel mereka.

"Gue boleh ngomong sama lo ga?"

Arkan cukup terkejut, namun dapat dialihkan dengan mudah.

Pembicara itu langsung mengambil duduk dibangku dekat tempat Arkan.

"First at all. Gue yakin lo udah tau gue siapa."

Arkan menghembuskan asap rokoknya, lalu menganggukkan kepala.

"Gue berharap lo ga mikir kalo dia itu cewe gampangan. Karena dia baru putus sama gue dan langsung mau dideketin lo."

Bolehkan Arkan tertawa? Siapa juga yang mengira Anna gadis gampangan.

"Gue ngejaga dia, sama kaya Abangnya ngejaga dia. Dia memang tipe cewe yang feminim banget. Dia gapunya celana formal yang bisa digunain keluar. Dia lebih suka make dress dan rok."

"Gue gaada niatan buat ngelukain dia."

Arkan menyunggingkan senyum remeh, "Terus?"

"Lo taukan, cowo kaya gimana? Jelas gue nyari cewe yang bisa gue ajakin buat hangout, lebih dari dia."

"Gue cuma mau ngasi tau lo. Gue gapernah sama sekali nyentuh dia. Dan gue tau lo kaya gimana, dari cerita tunangan gue."

Arkan terkekeh remeh, "Terus lo mikir lo jauh lebih baik dari gue?"

"Bukan, kita sama-sama brengsek. Abangnya itu posessif banget. Dan jujur gue kaget dia dateng kesini sama lo, bukan Abangnya. Dulu banget, gue pernah ajakin dia kesini, rame-rame. Dan gadibolehin."

"Tunangan lo. Pernah kau nyerahin dirinya ke gue, buat jadi milik gue." Arkan menghembuskan asap rokoknya.

"Gue bukannya mau ngerusak hari bahagia lo. Lo duluan yang mulai."

"Gue suka Anna, saat dia masih jadi cewe lo. Gue ga moving start, karena dia punya orang. Karena hal itu ditau sama sahabatnya Anna, note tunangan lo. Dia tau gue siapa, jadi dia deketin gue dengan cara murahan."

"Kayanya dia ngelakuin itu ke lo."

Arkan dapat memastikan Arthur terkejut walau cahya disini cukup remang-remang.

"Gue waktu itu gasuka main sama anak sekolahan, itu kenapa cewe-cewe yang notabenenya tamu undangan tunangan lo, ngenalin gue."

"Terus."

"Mereka ngelakuin hal yang sama, buat dapetin gue. Ya, gue nolak mereka."

"We are not the same, right?" Arkan tersenyum kemenangan.

"Lo mau digodain dengan cara murahan, sedangkan gue engga. Gue brengsek, tapi gue gamain sama sahabat orang yang gue suka."

"Gue tau apa yang gue lakuin salah. Gue tau, gue udah ngelukain dia. Gue cuma minta lo buat ga lukain dia kaya yang gue laku—"

"I can treat her better. Lo gaperlu sok berpesan kaya gitu. Tanpa lo ngasi tau, gue udah tau mau ngelakuin apa, tapi thanks buat penjelasan. Cuma lo lucu aja, jelas-jelas lo yang nyakitin dan lo gamau orang lain nyakitin juga."

"She's pure heart."

"But you hurt her."

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang