"Na, lo tau ga. Spread rumors, Felis tunangan sama si Arthur."
Anna dan Cia tengah menikmati bekal yang mereka bawa, didalam kelas.
Sudah lebih dari seminggu sejak pesta ulang tahun Felis itu, dan hubungan Anna juga merenggang dengan Arkan, lebih ke Anna menjaga jarak dari lelaki itu.
Benar kata Geralt, dia bisa mempercayai Arkan untuk segala hal itu. Karena selama pesta, Arkan benar-benar menjaga Anna, dari semua hal.
"Biarin aja, berarti jodohnya itu Felis."
"Hmm, tapi curiga gasih? Anak SMA udah main tunang-tunangan."
"Hii, lo julid juga yaa." Anna mengejek Cia.
Entah kapan dimulai, tapi Anna sedikit merasa nyaman berada didekat Cia, gadis ini cukup enak untuk diajak berbincang.
"Ih bukan julid. Lebih ke, aneh aja gitu."
"Ya biarin aja urusan mereka kan, bukan urusan kita."
"Ya juga sih. Lo tiga tahun sama Arthur, dia yang baru tiga bulanan aja udah di lamar."
"Tiga? Enam bulan kali."
"Ha?"
"Ho."
"Kita kan baru masuk kurang lebih mau tiga bulan. Dan hubungan mereka kan baru pas masuk."
"Diem-diem aja ya lo. Dia itu selingkuhan Arthur, pas masih sama gue."
Cia langsung menutup mulutnya dengan sigap sebelum nantinya berteriak.
"Murahan banget. Dulu dia tuh suka julidin cewe-cewe yang jadi selingkuha—"
"Minggir."
Perkataan Cia terhenti saat pemilik bangku sudah selesai dengan urusannya dikantin.
Arkan dengan sikap dingin yang masih melekat erat.
"Ck, belum juga selesai Kan."
"Ming-gir."
Cia dengan cepat meraih kotak bekalnya lalu berdiri dari duduknya.
"Silahkan tuan Arkan."
"Lain kali. Jangan ajakin Anna ngejulid bareng lo." ucapnya setelah duduk dibangku.
"Cih, iyaa." Cia melambaikan tangan kepada Anna lalu melangkah kebangkunya.
"Emang rumor tunangan mereka udah kesebar ya?" Anna bertanya pada Arkan yang sudah akan menelungkupkan kepala dilipatan lengan.
"Ga tau."
"Ko dingin banget sih." gerutu Anna, Arkan ini bagaikan bunglon, tiap pindah tempat pindah sikap.
"Terus lo mau gue bersikap lemah lembut, sementara lo aja ngejauhin gue gajelas."
Anna menyunggingkan senyumnya, lalu mencari hal lain untuk dikerjakan, agar tidak perlu membalas perkataan Arkan.
"Gamau jawab kan lo?"
"Sibukkin aja diri, sekalian itu sapuin kelas." ejek Arkan saat melihat Anna mengelap meja dengan tissue.
"Random banget."
***
"Arkan!"
Langkah Anna terhenti saat mendengar seruan nama Arkan.
Mereka tengah berada di basecamp, Anna hendak menuju parkiran untuk meraih mobilnya dan pulang kerumah.
Arkan yang sudah berada diluar rumah, menghentikan langkahnya.
Pandangan Anna tertuju pada gadis yang menyerukan nama Arkan itu, cukup asing untuk Anna yang sering melihat wanita-wanita Arkan.
"Long time no see."
Anna terdiam ditempatnya, seperti ada sesuatu didalam dirinya yang terluka, saat melihat gadis itu berlari dan terhenti dipelukkan Arkan.
Anna dapat melihat, Arkan membalas perlukkan gadis itu. Gadis dengan penampilan cukup tomboy, berbeda seratus delapan puluh derajat darinya.
Pandangan Anna dan gadis itu bertemu.
"Siapa?"
Anna dapat mendengar jelas perkataan gadis itu.
Arkan membalikkan badannya, "Temen kelompok gue." jawab Arkan cukup dingin.
Sial, itu lebih menyakitkan dari melihat Arkan bergonta-ganti wanita.
"Gamau lo kenalin ke gue?"
"Gaperlu. Lo masuk aja, gue mau anterin dia dulu." Arkan melanjutkan langkahnya menuju parkiran.
"Hai." sapaan gadis itu pada Anna yang melewatinya.
Anna hanya tersenyum sembari merunduk sopan, lalu mengikuti Arkan.
Untuk apa juga dia bersusah payah ingin memperkenalkan diri, kalau Arkan saja tak ingin memperkenalkannya.
"Nanti gue kirimin sisa rangkumannya."
Anna hanya menganggukkan kepalanya, saat mendengar perkataan Arkan itu.
Sialnya lagi, perlakuan Arkan cukup manis.
Lelaki itu membukkan Anna pintu mobil.
"Ah, lo free ga malem minggu besok?"
"Ngga." Jawab Anna, yang berbeda dengan jawaban batinnya, "Sial, jawab aja free."
Batin dan otak Anna tidak singkron.
Membuatnya ingin mengutuk dirinya saat ini juga.
"Oh, oke."
"Kenapa?"
"Gaada, mau gue ajakin nonton, berhubung lo sibuk. Gue ajakin yang tadi aja."
Anna mengeluh dalam hati, "Cepet banget dapetin pengganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
Teen FictionLaryssa Griselda Hanna, harus merasakan pahitnya pengkhianatan dari orang yang sangat ia percaya. Dunianya yang sudah begitu nyaman, hancur seketika saat dua orang yang menjadi pilar kenyamanannya melakukan pengkhianatan. Anna sapaan akrabnya, gadis...