15

1K 63 2
                                    

"Wah, lo cepet banget putus sama Arkan."

Anna terdiam ditempat saat melihat Felis muncul dihadapannya, dengan beberapa teman yang ada di Party Felis.

"Gue curiga, lo cuma dipake aja sama si Arkan."

Anna memejamkan matanya, omongan mereka ini sangat dewasa.

Hei, mereka masih anak SMA.

"Bisa minggir ga? Gue mau balik."

"Oh silahkan." ucap Felis dengan nada mengejek.

"Ah iya. Apasih bedanya lo sama gue? Sampe Arkan mau sama lo dan gamau sama gue?" salah satu gadis didekat Felis membuka suara.

"Gue gatau apa yang kalian omongin, tapi gue baik-baik aja sama Arkan."

Anna terdiam saat seorang gadis memberikan dirinya sebuah screenshootan dari account instagram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna terdiam saat seorang gadis memberikan dirinya sebuah screenshootan dari account instagram.

"See?"

Apa ini yang dimaksud Arkan tempo hari?

Saat lelaki itu bertanya apakah Anna memiliki waktu luang saat malam minggu.

"Gamungkin lo baik-baik aja sama Arkan. Orang ini fotonya udah sama cewe lain."

"Ah, atau jangan-jangan lo diselingkuhin lagi?"

Anna memandang Felis yang baru saja bersuara.

"Gue gapeduli apapun yang lo omongin Lish."

"Really? Mangkanya jadi cewe jangan terlalu feminin, ga semua cowo suka itu."

"Yuk gais cabut."

Anna terdiam ditempatnya, merunduk dan memandangi sepasang sepatu yang dikenakannya.

Bagaimana bisa kisah percintaannya tak berjalan mulus?

***

Anna melihat tumpukkan sendal dan sepatu didepan rumahnya. Dia baru saja balik dari minimarket dan rumahnya kini sudah dipenuhi oleh teman-teman Geralt.

Rasanya Anna tak ingin masuk kedalam.

Dia memutar badannya, dan melangkah menuju taman komplek.

Anna hanya merunduk disepanjang jalan.

Dia takut jika didalam ada Arkan dan parahnya lagi jika lelaki itu membawa perempuan lagi didalam sana, Anna belum siap untuk membuka hati, namun perasaannya tak bisa di tahan.

Semakin dia menjauh dari Arkan, semakin ingin dirinya memiliki Arkan.

Anna terhenti disebuah bangku yang berada tempat dibawah pohon rindang.

Ia membuka tas belanjaan yang berisi sekotak ice cream, sebotol air mineral dan beberapa snack kesukaannya.

Anna keluar dengan daster panjang yang dibalur cardigan.

"Gimana cara makan ni eskrim, gue gabeli sendok juga." Anna menggerutu, pasalnya kalau es krim ini tak masuk freezers nantinya akan mencari, dan kalau tidak dimakan sekarang, dia akan menyesal.

Anna melirik pedagang bakso disebrang jalan, dia memasukkan lagi barang yang dibawanya, lalu bangkit dan hendak menyebrang untuk mencoba menyewa sendok dari tukang bakso itu.

Langkah Anna terhenti saat melihat sebuah motor terhenti didekat pedagang bakso itu, seperti tak asing, pikir Anna.

Seseorang yang dibonceng oleh pengemudi itu, turun dari motor sepertinya akan membeli bakso.

"Dunia gue kayanya sempit banget. Kesana ketemu Arthur, kesitu ketemu Arkan." gumam Anna lalu membalikkan badannya, mengurungkan niatan untuk menyebrang jalan.

Orang-orang ditaman ini melihat Anna seperti melihat seorang asisten rumah tangga yang sedang keluar untuk menikmati jam istirahat mereka.

Daster panjang di balut Cardigan dengan rambut yang tercepol asal.

"Anna!"

Langkah Anna terhenti mendegar seruan namanya.

Anna mencoba untuk mencari siapa orang yang mengenalinya, sembari merapalkan doa, jika itu bukan Arkan.

"Ah akhirnya gue bener. Ada yang mau gue omongin, dan lurusin masalah kita. Masalah lo sama gue."

"Tapi masalah kita udah selesai, Thur."

"Please."

***

Anna berakhir di bangku yang sebelumnya ia duduki, kini dengan Arthur.

"Gua mau jujur buat semuanya."

"Silahkan." Anna menjawab sembari membuka snack yang ada di tas belanjanya.

"Alasan gue milih Felis, dan ninggalin lo."

Anna hanya terdiam mendengarkan dengan seksama, sembari memakan camilan yang dibukanya.

"Orang tua gue, jodohin gue sama Felis. Dan gue gabisa apa-apa selain ngejalaninnya, itu tepat tujuh bulan yang lalu, dan selama itu hubungan gue sama Felis berlangsung."

"Jodohin?"

Arthur menganggukkan kepalanya.

"Gue minta lo, buat ga naruh dendam atau apalah itu sama gue dan Felis. Ini kemauan orang tua kita."

Anna terkekeh mengejek, "Orang tua lo, jelas tau gue sama lo pacaran. Kenapa bisa jodohin lo sama Felis?"

"Dan, lo ngelarang gue buat naruh dendam sama lo berdua? Lucu sih."

"Ga masuk akal."

"Teserah lo mau nganggepnya kaya gimana. Gue cuma mau hubungan gue sama lo berakhir baik-baik aja, gue gamau sampe gue dicap selingkuh atau Felis di cap selingkuhan."

"Ha?"

"Itu aja yang mau gue sampein ke lo."

Anna benar-benar tak habis pikir, "Lo berdua bener-bener lucu. Pelawak aja kalah banget. Gamau disalahin? Terus nasib gue gimana? Rumor tentang gue gimana? Lo mau lurusin itu? Cewe yang dicampakin?"

"Kenapa lo gamikir dulu sih sebelum ngelurusin sesuatu yang salah?"

"Gue minta maaf, atas semua yang nimpa lo, semua rumor tentang lo. Gue gatau harus ngelurusinnya kaya gimana, karena rumor itu nyebar tanpa sepengetahuan gue."

Anna memejamkan matanya, dia tak tau harus melakukan apa kali ini.

Disaat dia sudah mulai menerima semuanya, kenapa Arthur bisa datang dengan semua kebasa-basian yang tak masuk akal ini? Mengapa tak bisa jujur jika mereka benar-benar selingkuh dibelakang Anna.

"Gue harap. Ini terakhir kali gue liat lo." ucap Anna lalu meraih kasar tas belanjaanya dengan sebelah tangan.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang