25

800 46 0
                                    

Anna cukup bahagia dengan hubungan tanpa status yang dijalaninya dengan Arkan.

Dia melangkah menuju kelas dengan senyum bahagia, dia akan bertemu dengan calon kekasihnya jika cepat berada dikelas.

Anna memejamkan matanya, dia lupa jika bangkunya sudah ditempati murid baru.

Dengan ragu, Anna memasukki kelas.

Dia melihat Cia kembali duduk dengan Budi, lalu dirinya?

Mata Anna tertuju pada bangku kosong disamping Arkan, dan murid baru yang duduk dengan Agus, teman duduk Budi kemarin.

Dengan hati kembali bahagia, Anna melangkah kebangkunya disamping Arkan.

"Lain kali, jangan sok mau pindah-pindah." omel Arkan saat Anna sudah duduk dibangkunya.

"Gue gasuka punya temen sebangku, seharusnya lo udah bersyukur ga gue usir."

Anna memandang sinis Arkan, apa tidak bisa dia berperilaku baik padanya?

"Iyaiya, maap."

"Lo Reval kan?"

Pandangan Anna dan Arkan terpusat pada seseorang yang datang kemeja mereka dan bertanya yang tentunya pada Arkan.

Arkan tak menjawab apapun.

"Gue Zeva, masa lo lupa?"

Anna sudah tak memberikan perhatian pada kedua orang itu, dia merogoh kantung roknya untuk meraih ponsel.

"Ga kenal."

Jawab Arkan tegas dan lugas, membuat gadis itu kikuk dan melangkah kembali kebangkunya.

Arkan melirik Anna yang sudah terjun didunianya sendiri.

***

"Gabisa gitu dong, kalo rumusnya salah ya hasilnya juga salah, Arkan."

Anna dan Arkan kembali berkutat dengan tugas kelompok mereka, pusing jika tugas itu dikerjakan dengan berkelompok.

"Yang suruh lo pake rumus salah siapa? Gue cuma ngasi rumus yang lebih sederhana."

"Tapi rumus lo beda Arkan."

"Coba deh lo itung pake rumus biasa. Sama ko hasilnya."

Perdebatan mereka menjadi tontonan para anggota perkumpulan yang sedang berada diruangan yang sama dengan mereka.

"Awas ya kalo ngga."

Anna mengancam lalu menulis rumus yang ia tau dari guru dan mencoba menghitung hasilnya.

Sedangkan Arkan hanya memandangi Anna yang menghitung dengan rumus asli.

"Sama kan?" ujar Arkan saat Anna sudah selesai dengan rumusannya.

"Ko bisa sih."

"Udah gue bilang."

Pltakk...

Arkan mengayunkan pulpennya ke kepala Anna, "Itu rumus sederhana, sedangkan yang guru kasi itu rumus aslinya."

"Sakit ih."

Apakah love language Arkan physical attack?

"Kirain pala lo keras, ternyata sakit juga."

Bukkk...

Anna langsung memukul Arkan dengan buku tulisnya.

"Palalo tuh."

"Lo gatau ya? Gue ini peringat satu umum disekolah."

Anna memicingkan matanya pada Arkan, "Boong kan lo?"

Arkan terlihat mengutak-atik handphonenya, dan memberikannya pada Anna.

Peringkat Umum
1. R Altezza Arkana
2. Abimanyu Saputra
3. Laryssa G Hanna

Anna melihat foto yang diberikkan oleh Arkan, "Ternyata lo punya otak juga ya?"

"Serah lo, gue mau ngerokok dulu."

"Cih taik banget."

Anna kembali berkutat dengan tugasnya, yang sebenarnya itu tugas mereka berdua.

"Sel."

Anna menaikkan pandangannya dari buku tugas, dan melihat salah satu anak perkumpulan tengah duduk disofa yang berhadapan dengannya.

"Iya?"

"Boleh minta nomer lo ga?"

Anna memandang aneh orang ini, dia pikir Anna akan cuma-cuma memberikan nomernya.

"Minta aja di Reval."

"Lo gapacaran kan sama tu anak?"

Anna mengerenyitkan dahinya, dia memang tak menjalin hubungan apapun dengan Arkan.

"Ngga."

"Oke."

Lelaki itu langsung berdiri dan sepertinya keluar untuk menemui Reval yang tengah merokok.

Tak berselang lama, Arkan datang.

"Lo ngasi nomer ke anak sini?"

"Ngga."

Anna langsung menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tugas mereka.

"Tadi, ada yang minta nomer lo."

"Iya gue suruh minta sama lo, ga lo kasikan?"

Arkan terdiam, membuat Anna menaikkan pandangannya dari buku.

"Lo kasi?"

Arkan menganggukkan kepalanya, "Iya tadi gue kasiin."

Anna memejamkan matanya, dia kesal.

Bisa-bisanya Arkan memberikan nomornya ke cowo lain, gila memang.

"Yaudah sih, gausah dibales nanti kalo dia nelfon atau chat lo."

"Bacot."

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang