07

999 65 1
                                    

Kerja kelompok lagi, Anna menjadi bosan untuk terus-terusan bekerja dengan partner kelompoknya.

"Apa gabisa gitu ngerjain tugasnya diluar?" Anna berkata pada Arkan yang tentunya tengah bermain ponsel.

Arkan meletakkan ponselnya diatas meja, "Lo mau ngerjain di cafe?" ucap Arkan sembari memusatkan pandangannya pada Anna, tanpa Anna sadari ada hal yang berubah dari Arkan sejak kejadian dia memergoki Arkan dirumahnya itu.

"Emang lo mau?"

"Nanti gue jemput kerumah." Arkan langsung bangkit dari duduknya untuk keluar dari kelas ini.

"Nanti gue jemput?"

Anna mencerna perkataan Arkan itu, "Dia mau jemput gue?"

Sejak kejadian memergoki Arkan itu, Anna sering melakukan kerja kelompok di rumah tua, dan Arkan masih dengan gonta-ganti wanitanya, Anna selalu menunggu Arkan selesai dengan urusannya lalu mengerjakan tugas dengan Anna.

***

Anna membuka ponselnya, dan melihat pesan masuk dari kontak Reval yang sudah diubahnya menjadi Arkan.

Lelaki itu mengirimkan pesan pemberitahuan apabila dia sudah berada didepan rumah Anna.

"Mami, Anna kerja kelompok dulu."

"Iya, hati-hati."

Anna keluar dari rumahnya.

Arkan memandang Anna yang keluar dari rumahnya, dia tak pernah melihat Anna mengenakan celana, selalu dress ataupun rok, barang yang sangat menunjukkan sisi ke feminims.

Arkan memandang Anna yang keluar dari rumahnya, dia tak pernah melihat Anna mengenakan celana, selalu dress ataupun rok, barang yang sangat menunjukkan sisi ke feminims

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sorry, tadi pamit mami dulu."

Anna sudah masuk kedalam mobil Arkan.

Tadinya Arkan ingin membawa motornya, agar udara lebih segar, namun Geralt menyuruhnya untuk tidak menggunakan motor, karena Anna akan menggunakan rok atau dress.

Arkan tak menjawab atau berkata sepatah katapun, ia melajukan mobilnya menuju cafe yang akan dijadikannya tempat untuk mengerjakan tugas.

"Mobil lo bersih banget, kaya gapernah dipake."

"Emang."

Anna memandang Arkan yang baru saja menjawabnya, "Beneran? Ko bisa lo gapernah pake mobil?"

"Bukan gapernah, tapi lebih ke jarang gue pake."

"Pasti lo sering make motor kaya Abang kan?"

Anna melihat Arkan menganggukkan kepalanya, "Kenapa sih cowo lebih suka make motor ketimbang mobil? Kan enakan gitu make mobil, ga kepanasan, ga kehujanan juga."

"Kenapa cewe sukanya make rok sama dress? Padahalkan make celana lebih enak."

Anna bingung dengan jawaban Arkan, "Kalo yang lo maksud gue, itu karena gue gapunya celana. Lebih ke, gapunya celana buat keluar."

"Kemarin lo dirumah make celana."

"Yakali gue keluar rumah make celana pendek."

"Lo kemarinan kerja kelompok make dress pendek."

Anna terdiam, "Yaa, tapikan beda."

***

Anna terduduk ditempat yang dipilih Arkan, sembari menunggu Arkan memesan makanan.

"Eh ada sahabat."

Anna menaikkan pandangannya dari ponsel.

Sial, dia bertemu Felis dan Arthur. Kota ini sepertinya sangat sempit.

"Thur, kita duduk disini aja, mumpung ada Anna."

Anna merasa sangat ingin marah, karena kedua orang dihadapannya ini tak tau malu, duduk begitu saja dihadapannya.

"Lo udah mesen? Pacar gue mau mesenin buat gue, lo mau nitip juga ga?"

Anna mendengar dengan jelas penekanan yang Felis lakukan pada kata 'pacar'.

"Ga, makasi."

Tak berselang lama, Arthur pergi untuk memesan, menyisakan Felis dan Anna didalam keheningan.

"Gimana rasanya gapunya siapa-siapa?"

"Biasa aja." Anna menjawab tanpa mau memandang Felis.

"Ternyata enak juga pacaran sama Arthur, dia nurut banget, kalo dikasiin jatah."

Anna terdiam, jelas dia mengerti maksud Felis ini.

"Lo juga ngasi kedia? Mangkanya dia bisa nurut juga ke-lo?"

Anna memejamkan matanya, "Gue ga semurahan itu."

Belum sempat Felis menjawab Anna, seorang lelaki yang Felis kenal, duduk disebelah Anna. Membuat Felis terkesima, bagaimana bisa Anna dekat dengan,

"Arkan?"

Anna memandang Arkan dan Felis bergantian.

Arkan tak menjawab Felis, dia hanya terdiam sembari memandang aneh pada Felis.

"Lo udah permisi belum duduk disini?"

Felis terdiam mendengar perkataan Arkan.

"Pacar gue gamungkin ngasi lo buat duduk disini, right babe?"

Anna terdiam, apa yang baru saja dikatakan Arkan, pacar?

Arkan memandang Anna cukup dalam, membuat Anna mengerti dan menganggukkan kepalanya.

Belum sempat Felis membuka suara, Arthur sudah datang dengan senampan makanan yang dibawanya.

Arthur duduk lalu memberikan makanan kesukaan Anna, terlebih dahulu. Baru memberikan makanan pesanan Felis.

"Ko kamu pesenin Anna juga, kan dia ga mesen." perkataan Felis membuat Arthur tersadar.

"Ah! Kebiasaan, sorry banget."

Arkan meraih makanan yang ditaruh Arthur, memberikannya ke Felis.

"Lo kapan dateng?" Arthur memandang Arkan, "Lo berdua dateng samaan?"

"Lo pikir?" Arkan menjawab dengan nada ketus.

"Lo ganggu gue,-" Arkan meraih Anna mendekat padanya, syukurnya kursi dicafe ini itu bukan kursi satuan, jadi Arkan hanya perlu meraih Anna untuk mendekat. "-ngedate."

Anna hanya terdiam, dia tak tau harus berekspresi seperti apa, tapi yang ia tau, dirinya harus berterimakasi sebesar-besarnya pada Arkan setelah ini, walaupun lelaki ini juga mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan merangkul pinggangnya.

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang