"Gue ngerasa kita gabakalan bisa sejalan."
Perkataan Arkan itu masih menggema di telinganya, bahkan sampai dia kini sudah selesai berberes dan hendak tidur.
Kata Arkan, tak ada yang bisa di harapkan dari lelaki seperti dia, apa Arkan tak mau berubah? Dan mempertahankan Anna saja dari pada mantannya itu?
Anna juga bingung dengan dirinya, bagaimana bisa memiliki perasaan secepat ini pada seseorang setelah di sakiti?
Mengapa dia malah jatuh ke kubangan yang sama, karena perbedaan bentuk kubangan itu.
"Bahkan kita belum memulai apapun, tapi sudah selesai?"
Anna terdiam di ujung kasurnya menghadap balkon.
Apa yang bisa diharapkan untuk kisah cinta semu ini?
Tidak ada.
Bagaimana dengan dia yang sudah mencoba membuka hati untuk Arkan? Apa lelaki itu tak mau bertanggung jawab atas hati Anna?
***
"Kenapa?" Geralt memandang Arkan yang baru memasuki kamar di Basecamp.
Geralt sudah akan pulang karena Anna sendirian dirumah.
"Maaf banget bang."
"Gapapa, lebih baik gini dari pada nantinya lo nyakitinnya serius."
"Gue ngerasa waktunya belum tepat."
"Kadang emang ga harus memiliki."
Arkan memandang Geralt dalam, "Makasi udah ngasi gue kesempatan."
Sekitar satu minggu yang lalu, Geralt sempat berbicara dengan Arkan tentang Anna.
Dia tak mau adiknya itu dipertemukan dengan orang yang mungkin tepat, tapi di waktu yang salah, jadi tak ada gunanya.
"Kalo lo pacaran juga gabakal worth it, ldr itu susah."
Arkan hanya menganggukkan kepalanya.
"Kalo waktunya udah tepat, dan memang lo orangnya, gue yakin nanti bakal ketemu lagi."
Arkan sejujurnya tidak berpacaran dengan siapapun, tentang postingan itu, Arkan yang meminta Lexa untuk mempostingnya, dan Arkan tak tau kalau postingan itu secepat ini sampai kepada Anna.
Arkan berada di posisi yang serba salah untuk saat ini, tapi dia masih memikirkan perasaan Anna, gadis itu pasti terluka apapun pilihan Arkan.
"Kapan rencana bakal kesana?"
"Setelah pertandingan, maybe seminggu setelahnya."
Geralt menganggukkan kepalanya, "Gue mau balik dulu, Anna pasti sendiri dirumah."
"Makasi bang, hati-hati." ucap Arkan saat Geralt melangkah menuju pintu.
***
Anna tersenyum pada Cia yang baru saya dibukakannya pintu.
"Lo kenapa ga bilang pas masih sorean sih."
"Baru megang hape."
"Yuk masuk." Ajak Anna.
Sudah lama sejak terakhir kali dia membawa teman satu-satunya kerumah.
"Lo emang mau kemana atau darimana?" tanya Anna.
Pasalnya Cia berkata bisa mampir kerumah Anna untuk menemaninya, karena kebetulan sedang berada diluar dan tak bisa mampir lama.
"Gue habis ketemu cowo gue sih."
Langkah Anna terhenti, "Lo punya pacar?"
"Iyalah, lo pikir gue jomblo? Kaya lo?"
Anna tidak tau pasal itu, karena dia merasa belum terlalu dekat untuk bertanya ranah pribadi Cia.
"Ngga, gue lumayan kaget aja, lo keliatan bebas banget bergaulnya."
"Cinta itu semakin diiket semakin cepet lepasnya, biarin aja kalau nantinya emang buat kita, mau dia berkeliaran sejauh apapun, tetep kita rumahnya."
Anna terdian mendengar kata-kata Cia, bermakna sama dengan caption yang di buat oleh mantan Arkan.
"Terus kalau dia mampir-mampir? Itu hotel maksudnya?"
"Oyo sih, lebih murah."
"Sialan."
"Kenapa?" Cia membuka pertanyaan kepada Anna.
Anna memandang Cia dalam.
"Lo tau perasaan gue ke Arkan-kan?"
Cia menganggukkan kepalanya.
"Dia balik lagi kerumahnya, dan gue cuma jadi Oyo."
Cia terdiam, "Bukan gitu maksud gue." ucapnya sedikit tidak enak, ternyata kata-katanya itu relate dengan Anna.
"Ga semua persinggahan sementara gabisa jadi rumah selamanya."
"Ga nutup kemungkinan juga, cowo gua bakal nyari rumah lain, kalo rumahnya udah ga nyaman."
"Tapi gue ga lagi ngomongin rumah."
Anna menganggukkan kepalanya, "Cia, gue rasa bakal susah buat buka hati."
"Kenapa? Bukannya udah nyoba ke Arkan?"
"Iya, tapi Arkan ngerasa gue sama dia ga sejalan. Apa karena gue gabisa diajakin touring naik motor?"
"What the hack? Ngga gitu deh, Arkan ga gitu sih harusnya."
"Dia itu udah suka sama lo, dari baru masuk sekolah, katanya lo childhood crushnya."
Anna tertegun, jadi Arkan mengenalinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
Teen FictionLaryssa Griselda Hanna, harus merasakan pahitnya pengkhianatan dari orang yang sangat ia percaya. Dunianya yang sudah begitu nyaman, hancur seketika saat dua orang yang menjadi pilar kenyamanannya melakukan pengkhianatan. Anna sapaan akrabnya, gadis...