26

718 33 0
                                    

Hari ini olahraga ada di jam terakhir, membuat Ana sedikit bersemangat untuk berolahraga, karena tidak perlu berganti pakaian seragam kembali dan tidak perlu belajar dikelas dengan berkeringat.

Anna dan Cia melangkah bersama menuju lapangan Indoor, hari ini pelajaran olahraga dengan materi sepakbola, dikarenakan lapangan utama sedang digunakan untik latihan para team sepakbola, maka digunakanlah lapangan indoor.

Anna duduk dibelakang Cia, kelas mereka hanya membuat dua barisan memanjang saja.

Anna melirik siswa yang baru datang dan duduk disebelahnya, siapa lagi kalau bukan Arkan.

"Ga olahraga?" Anna bertanya karena melihat Arkan yang mengenakan baju seragam biasa, bukan baju olahraga.

"Ada izin gue. Mau sparing."

Anna menganggukkan kepalanya, jujur dia tak tau Arkan ini sparing apa, hehe.

Anna masih tak tau banyak tentang Arkan, karena dia tak banyak mencari tau.

"Basket?"

Arkan memandang Anna aneh.

"Gue ga main basket, mantan lo baru iya."

"Terus?"

"Cari tau aja sendiri."

Begitu menyelesaikan perkataannya, Arkan berdiri karena namanya dipanggil oleh guru, untuk tanda tangan surat dispensasi.

Anna menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Ci."

Bisiknya pada Cia.

"Apaa?"

"Arkan ikut ekskul apa?"

"Futsal, sama Volly."

Anna menganggukkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Cia.

"Dia mau dispent, sparing apa?"

"Lo ko nanya gue? Ya mana gue tau Anna."

"Ko lo gatau?"

"Lo aja yang lebih deket gatau, apalagi gue yang duduk aja jauh banget."

"Hmm."

"Dia gabilang?"

"Ngga, katanya cari tau aja sendiri."

"Idih sok misterius."

***

Kelas Anna akan melawan kelas lain yang berolahraga tepat di hari ini.

"Lo bisa main bola?"

Anna memandang Cia yang bertanya padanya untuk yang kesekian kalinya.

"Lo pikir gue apaan? Nendang bola aja gabisa?"

"Bukan gitu. Lo jarang ikut olahraga."

"Yaa karena gue kan sibuk."

Anna dari kelas 1 sampai kelas 2 memang jarang mengikuti pelajaran olahraga, karena sering dispensasi olimpiade atau hal lain yang berkaitan dengan akademik.

Kalian pasti bertanya, kenapa bukan Arkan yang diutus untuk olimpiade, padahal Arkan adalah juara umunya, bukan Anna.

Itu karena Arkan lebih fokus dikirimkan untuk bidang non akademik.

Jadi itu membuat keduanya tidak bertemu.

Kelas yang merupakan lawan Anna kali ini berisi kawan-kawan Felish, Anna mengingat salah satunya saja.

"Bu, saya gabisa main." ucap salah satu murid putri kelas Anna, yang akan masuk untuk bermain.

Ibu guru terlihat menimang ucapan muridnya itu dengan menelisik absensi, siapa yang akan ia tunjuk untuk menggantikan murid ini.

"Anna." panggilan itu membuat Anna menaikkan pandangannya dari sepasang sepatu yang dikenakannya.

"Iya Bu."

"Kamu gantiin Gendis."

Anna menyapu debu di celana olahraganya, lalu melangkah mendekati guru tersebut.

"Kamu bisa main kan?"

Alasan guru itu tak memanggil Anna diawal, karena memang Anna terkenal jarang olahraga, dia terlihat seperti gadis rapuh yang apabila terkena angin bisa tertiup jauh.

"Bisa Bu."

Guru itu memberikan sebuah ban untuk dikenakannya, ban captain.

Anna memang sangat jarang berolahraga, yang terlalu berat.

Tapi untuk sekedar berlarian seperti ini, dia bisa melakukannya.

Pak Guru dari kelas lawan bertindah sebagai wasit.

Prrritttt...

Tiupan panjang dari Pak Guru menandakan pertandingan dimulai.

Bola dipegang oleh lawan kelas Anna, karena koin dia yang muncul saat pelemparan.

"Naaa." ucap kawan Anna disaat Anna berhasil mendapatkan bola dari lawan.

"Lo bisa main, tuan putri?"

Anna memandang teman Felish yang berbicara dihadapannya, ingin merebut bola.

"Ssstt, ribut." ucap Anna lalu menendang Bola kepada kawannya yang tadi memanggil.

Pertandingan berlangsung hanya 2x5 menit, karena ada dua team yang turun, yaitu team Laki-laki dan Perempuan.

"Berisik." ucap Anna kembali saat mendengar beberapa musuhnya berceloteh dengan menyebutnya 'Tuan Putri'

Apa mereka gila?

Siapa yang Tuan Putri...

Dia pikira Anna itu kakaknya Elsa.

"Berisik tau ga!" nada Anna meninggi, dia sangat tidak suka dengan panggilan 'Tuan Putri' dari mereka.

Anna menandang bola sangat keras, dan mengenai badan salah satu pemain lawan yang sedari tadi mengatainya 'Tuan Putri'

Tak terima, para kawan-kawannya mendatangi Anna, begitu juga kawan-kawan Anna berusaha membantu.

Tiupan pluit dari Pak Guru, tak diindahkan oleh mereka.

"Lo dari tadi manggil gue tuan putri-tuan putri, maksud lo apa!"

"Biasa dong! Kalo emang bukan tuan putri, harusnya lo itu ga usah emosi."

Benar juga, tapi Anna tak suka dengan sebutan itu, seperti mengejeknya.

"Gue gasuka dipanggil kaya gitu, lo berisik. Main bola itu kaki bukan mulut."

"Mau-mau gue lah, mulut-mulut gue! Kenapa lo? Marah?"

"Biasa dong." ucap Cia, membela Anna, diikuti sorakan teman-temannya yang lain.

"Anna, Virly, Poppy, Cia dan Bianca, ikut saya." ucap Bu Guru membelah kerumbunan.

*******

MAAF BANGET BARU BISA NEXT, KAGET PAS LIAT UDAH 4k, MAKASI BANYAK BUAT KALIAN YANG UDAH BACA❤️
AFTER INI BAKAL RAJIN UPLOAD, dan BEBERAPA PART LAGI BAKAL END❤️

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang