17

830 55 0
                                    

"Ada yang mau gue omongin ke lo."

Anna menaikkan pandangannya dari buku tulisnya.

"Ngomong aja."

"Ngga disini. Di basecamp nanti sore."

Anna memandang aneh Arkan, "Lo jemput gue?"

Arkan menganggukkan kepalanya, "Jam empat."

Anna bolak-balik untuk melihat jam yang melingkar di lengannya. Ini sudah hampir jam enam, yang artinya Anna sudah menunggu hampir dua jam.

"Anna belum pergi?"

Anna melihat Maminya yang sudah siap untuk pergi diner dengan rekan kerja sang Ayah.

"Belum Mi, temen Anna belum ngejemput."

"Mami sama Papi udah mau pergi, kamu gapapa dirumah sendiri?"

"Gapapa, Mami sama Papi pergi aja. Temen Anna bentar lagi dateng kok."

Mami Anna menganggukkan kepalanya, dan berpesan untuk menutup pagar rumah apabila teman Anna sudah datang, dan memberikan duplikat kunci rumah pada anaknya itu.

"Dadah Mamiii, hati hati." Anna berkata sembari melambaikan tangannya.

Anna terdiam di gerbang rumahnya, menunggu siapa tau Arkan akan datang saat ini.

Beberapa menit berlalu.

Arkan masih tidak datang menemui Anna.

Anna meraih ponselnya dari dalam tas, dan menghubungi kontak Arkan.

"Lo dimana sih? Ini udah jam berapa coba." Anna langsung menyerbu Arkan saat telfonnya diangkat.

"Hallo, eng... ini temennya Arkan. Arkannya lagi ditoilet."

Anna terdiam, itu suara seorang gadis. Apa jangan-jangan ini gadis yang beberapa waktu lalu dilihatnya dengan Arkan?

"Ah.. iya."

"Kalo boleh tau ini siapa ya? Biar gue sampein ke Arkan."

"Emang gaada called Id-nya?" Anna menjawab sembari berdoa akan jawaban yang diinginkannya.

"Ngga ada."

Degh...

Jadi Arkan selama ini tak menyimpan nomornya?

Kurangi fantasy-mu untuk mendapatkan Arkan, Anna.

Nomor saja tidak disimpan, apalagi hati akan terbalaskan.

"Eng, bilangin aja temen sekolahnya." Anna langsung mematikan telfonnya setelah menjawab seperti itu.

Sudah tak ada harapan lagi, Anna menutup gerbang rumah, dan melangkah masuk kedalam rumah.

"Bodoh." Anna menggerutu sembari menghapus air mata yang jatuh tanpa diperintahkan.

***

Dilain sisi...

"Ayo balik!" Arkan baru saja balik dari toilet, dia sedari tadi tengah menunggu seseorang yang dimaksud Lexa.

"Ih, lagi bentar. Tungguin yaa..."

"Tapi ini udah lama banget Xa. Udah berapa jam coba kita nungguin."

"Duduk dulu sinii." gadis itu menepuk kursi disebelahnya.

"Apalagi sih?"

"Ih, lo ni marah-marah mulu."

"Hape gue mana?"

Gadis itu meraih ponsel dari dalam tasnya, "Tadi ada Griselanna, nelfon lo."

Arkan langsung meraih ponselnya, "Terus lo angkat?"

"Iyalah. Bising tau."

"Haduh, Xa! Berapa kali gue bilang, jangan ngelewatin bates!"

"Ko lo marah sih?"

Arkan menghembuskan nafasnya kasar.

"Lo bilang apa aja?"

"Gue nanya apa ada yang perlu disampein, biar gue sampein. Dia bilang gaada." bohong Lexa pada Arkan.

"Lo nunggu disini sendiri aja ya. Gue mau pergi."

"Lo mau kemanaa? Tungguin lagi bentar aja please."

"Xa. Stop. Gue punya cewe yang mau gue kejer. Dunia gue bukan lo lagi."

"Tapi Kan—"

"Gue mutusin buat komunikasi dan baik-baik aja, karena gue ngehargain lo sahabat Geralt. Bukan berarti gue mau buat terus-terusan ada disamping lo."

"Gue kira lo tulus sama gue."

"Lo boleh deket sama cowo manapun, karena kita memang udah gaada hubungan lagi Xa. Dan gue juga berhak deket sama cewe yang gue mau."

"Lo taukan, gue nerima lo diawal. Karena lo sahabat dari orang yang gue seganin. Ga lebih. Dan lo tau juga, gua gapernah naruh perasaan lebih ke lo, dari awal pacaran sampai kita putus. Bahkan sampai detik ini."

HANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang