1

1.3K 51 0
                                    

Peringatan!!!
Bijaklah dalam membaca, ada beberapa kata kasar yang mungkin tidak berkenan di hati pembaca dan ada bagian sensitif bagi pembaca.

Sekian, terima kasih

Happy reading guys :)













°°







" Kal, nanti ikut main nggak?"

" Kemana?"

" Biasa, lapangan."

" Nggak dulu."

Remaja berkulit tan itu melangkah kembali menuju kelasnya, dengan senyum terpatri di wajahnya menambah nilai plus pada dirinya. Kakinya jenjangnya terus melangkah melewati lorong-lorong kelas yang sepenuhnya belum ramai. Hanya ada beberapa murid yang duduk dan berdiri di depan kelas.

" Pagi, kal."

" Hai, Kak Haikal."

" Pagi Cel."

Sapaan itu selalu menyapa remaja ini, bisa dilihat seberapa ramah dan cukup terkenal ia dikalangan para murid.

Dia Haikal. Bernama lengkap Haikal Cemal Husein, siswa SMA kelas 11² jurusan IPS. Haikal terkenal bukan hanya pintar tapi juga nakal lebih tepatnya jahil. Ada saja kelakuan Haikal yang membuatnya dihukum membersihkan kelas atau toilet sekolah. Namun dibalik tingkahnya itu, membuat guru-guru salut padanya, karena Haikal hebat bisa menyeimbangkan nakal dan pintar bersamaan.

" Assalamualaikum." Salam Haikal saat masuk ke dalam kelas.

Haikal melangkah masuk, matanya langsung tertuju pada seorang yang duduk di bangkunya.

" Waalaikumussalam, Pak Ustadz gagal tobat." Saut orang itu, teman satu kelas dan satu bangku sekaligus sahabatnya.

Haikal melihat seisi kelas, ada Nabila, Zaky, dan Lintang yang biasa datang pagi. Namun kali ini ada satu makhluk nampak asing dimatanya di pagi hari ini, siapa lagi kalau bukan Renza Reyhan Nur sahabat dari dalam perut.

Haikal dam Renza diperuntukan untuk menjadi sahabat bahkan sebelum lahir. Kedekatan keduanya sudah seperti saudara karena sudah bersama selama masa hidup mereka.

" Kenapa Kal?" Tanya Zaky.

Zaky adalah korban pertama kejahilan Haikal saat awal masuk SMA, bukan kejahilan lebih tepatnya dendam. Alasannya karena Haikal pikir Zaky orang yang pelit hanya karena tidak meminjamkan buku catatan. Besoknya Haikal mengambil buku catatan Zaky diam-diam dan menaruhnya di ruang kepala sekolah dengan susah payah. Semenjak itu juga namanya dikenal seisi sekolah, karena kenakalannya itu di beritahukan pada semua murid saat upacara.

" Tumben banget loh Nza udah di kelas pagi-pagi gini."

Renza berdiri dari bangku lalu duduk diatas meja. " Ogah gue dihukum lagi sama Pak Jinja." Saut Renza.

Dari raut wajahnya terlihat jelas kesal dengan guru tersebut.

" Pak Jingga! Jangan ganti nama orang seenaknya." Haikal menepuk kepala Renza pelan karena asal menyebut nama, apa lagi itu guru.

" Anak Pak Jinja loe, sensi amat. Perasaan gue ngomongin bapak orang, bukan bapak loe." Balas Renza menatap Haikal curiga.

" Bapak gue lagi kerja nggak usah dibawa-bawa." Saut Haikal.

" Sombong bener, mentang-mentang anak pengusaha batu bara. Perasaan tadi nggak nanyain kerjaan orang tua loe apaan, jauh banget sama jawabannya." Saut Renza sengaja menyulut emosi Haikal di pagi hari sebagai bentuk pemanasan hati untuk menghadapi dunia yang penuh drama ini.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang