32

232 39 0
                                    

Selamat membaca ~~~



°°



Renza melangkah malas ke halaman rumah lamanya, rumah tempat sebelum dirinya tinggal bersama keluarga barunya, rumah ayah kandung dan sang pelakor.

Setelah sebelumnya berdiskusi panjang, akhirnya Renza bisa menerima setiap bujukan Faisal padanya hingga ia mau menginap walau dalam hatinya saat ini masih enggan. 

Karena kakinya sakit Renza punya alasan untuk melangkah lebih lambat dan untungnya juga tidak ada Bela berdiri di depan menunggu kedatangannya karena itu sangat menjengkelkan. Bisa-bisa alat bantunya ini melayang ke arah Bela jika orang itu menunggunya.

" Assalamualaikum." Salam Renza beriringan dengan suara ketukan yang ia buat, dirinya sudah merasa tamu jadi tidak berhak masuk-masuk saja ke rumah ini.

Klek... Pintu terbuka, Bela menampakkan diri. Setelah dua bulan mereka tidak bertemu ini menjadi pertemuan pertama mereka setelah Renza pindah.

" Kenapa tidak langsung masuk?"

Tidak ada yang berbeda dari Bela, masih setia dengan alis melengkung tajam berwarna hitam tebal dan tatapan datar nya saat melihat Renza.

" Papa dimana?" Tanya Renza langsung, tidak menggubris pertanyaan Bela, tidak ingin berbasah basi.

" Di kamar, udah dari tadi nungguin kamu."

Renza melangkah masuk, ada satu hal yang membuatnya terkejut. Bela tiba-tiba memegangnya berniat membantu.

Renza spontan menghempas tangan Bela. " Apa-apaan, lepas! Ngga sudi gue disentuh sama lo." Renza sedikit menjauh.

Bela menangkup bibirnya melihat Renza lalu menghela nafas panjang. " Gak ada perubahan sama sekali, ternyata kamu sama aja dengan yang kemarin." Sahut Bela dengan santainya, melihat Renza dari atas sampai bawah.

" Lo ngarep apa dari gue? Baik sama lo? Mimpi!" Balas Renza, ingin sekali rasanya menyingkirkan orang di depannya ini.

Bela tersenyum mendengarnya. " Ayah sambung kamu nggak salah pilih anak kan? Kamu yakin mereka mau nerima kamu sepenuh hati?" Bela menaikan satu alisnya. " Jangan naif jadi orang. Kamu aja nggak aku terima, apa lagi mereka coba. Dia udah punya anak sendiri, nanti kalau udah ada anak dari mama kamu, kamu itu bakal di lupain." Bela tersenyum meremehkan setelah mengatakan hal barusan.

Renza menghela nafas, sudah lama mulutnya tidak melakukan pemanasan. Sepertinya Bela begitu merindukan beradu argumen dengannya. " Gue ingetin lagi sama Lo, jangan samain semua orang sama kayak lo, lagian yang jelek dan jahat cuma Lo doang!" Renza terkekeh setelah mengatakan hal barusan untuk merendahkan Bela.

Bela ikut terkekeh mendengarnya. " Iya, iya. Sana masuk, papa kamu udah nungguin."

Renza berjalan cepat meninggalkan Bela menuju kamar ayahnya dan cukup merasa heran Bela tidak menyahuti perkataanya barusan, biasanya Bela selalu membalas jika itu menyangkut harga dirinya.

Tok... Renza memberi ketukan terlebih dulu agar yang didalam tau ada tamu datang.

" Pa..." Panggil Renza melangkah masuk.

Rudi yang sedang berbaring langsung berdiri membantu Renza untuk duduk di tepi ranjang.

" Syukur lah kamu mau main ke rumah papa." Ucap Rudi senang, lalu memeluk sesaat putranya itu.

Renza mengerut kening bingung, alasannya kesini karena ayahnya sedang sakit. Namun begitu bergairah saat dirinya datang, apa ini jenis penipuan terbaru?

" Katanya sakit?"

" Iya, tapi udah sembuh karena kamu udah mau datang jenguk papa."

' Terpaksa pak, jangan pedean ah.' ucap Renza di dalam benaknya.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang