Peringatan!!!
Bijaklah dalam membaca, ada beberapa kata kasar yang mungkin tidak berkenan di hati pembaca dan bagian sensitif bagi pembaca.Sekian, terima kasih
Happy reading guys :)
°°
BRAk... Suara meja yang baru saja menjadi tempat pelampiasan Jeon dari kekesalannya terdengar memenuhi kantin. Untunglah Kantin tidak terlalu ramai karena masih pagi dan semua sibuk dengan kegiatan masing-masing dan lainnya. Namun ada beberapa murid yang ada di kantin menoleh melihat ke arah mereka dengan rasa penasaran.
" Anjimm, gue dimarahi oleh Cepati kemarin, Bangsat!" Kata-kata Joen bisa menjelaskan seberapa kesal dirinya saat ini. " Tau gitu mana mau gue nganterin Renza pulang!" Joen memasang wajah kesal dengan tangan yang mengepal.
Hal yang harus kalian tau bahwa Cepati itu panggilan untuk Bela ibu sambung Renza. Cepati punya singkatan dari Cepat Cepat Mati yang Renza sendiri memberikan panggilan itu.
" Kok bisa loe dimarahin sama tuh orang?" Tanya Mahen heran.
" Iya gimana ceritanya?" Tanya Jeri ikut penasaran.
" Gue kemarin lihat Renza mojok di pohon deket parkiran. Gue samperin, ternyata dia lupa tadi pagi diantar bukan bawa motor sendiri, karena gue kasihan hari udah mau magrib jadi gue anterin pulang berhubung gue bawa motor juga. Sampe di rumah dia, itu Cepati langsung nongol dengan wajah judes udah mau maki-maki kita." Jelas Joen penuh dengan emosi.
" Terus...?" Mahen dan Jeri masih penasaran dengan cerita selanjutnya.
" Gue bingung, ini tante mau ngapain. Eh ternyata, dia ngatain gue nggak tau diri ngajak anak orang main sampe magrib! Ngga waras... Tau menau enggak sama kegiatan Renza di sekolah ngebacot aja dia."
Mahen ingin tertawa mendengarnya namun ia tahan. " Dia bilang apa lagi?"
" Hei, anak nggak tau diri ini udah sore baru pulang. Satu lagi temen kamu ini, udah banyak gaya, nggak tau diri juga. Ngajak anak orang keluyuran sampe magrib. Kamu nggak ada orang tua ya? Nggak di didik ya... Bla..bla...bla..." Jelas Joen dengan nafas yang cukup memburu terlalu kesal mengingat kejadian kemarin. " Untung nggak ada tetangganya di luar, coba ada, malu gue gila! Udah pasti tetangganya berpikir gue yang salah."
" Hahaha... Kenapa nggak loe gampar mukanya." Ucap Mahen lalu tertawa dan ikut kesal mendengarnya.
" Mau aja gue gampar, tapi gue masih sadar diri dia lebih tua."
" Dia tua di umur aja, otak nggak ada! Apalagi sopan santun dan etika nggak ada sedikitpun." Saut Jeri yang juga kesal mendengarnya.
" Terus Renza?" Tanya Mahen.
" Dikatain sama Renza dia." Jawab Joen.
" Pasti itu dilaporin sama bokap Renza langsung. Bilangnya anaknya kurang ajar, nggak sopan santun, anak durhaka, halah basi!" Ucap Jeri lama-lama jijik dengan tingkah laku ibu sambung yang tidak tau diri itu. Tenang, tapi tidak semua ibu sambung seperti ini. Jeri hanya tidak tahan mendengarnya cerita dari ibu sambung Renza yang tidak ada bagus-bagusnya sedikitpun.
" Lagian Renza kenapa sih nggak mau tinggal sama nyokap nya aja?" Tanya Mahen.
" Enggak tau, Renza nggak terbuka masalah itu." Joen mengajar bahunya.
" Padahal, nyokap Renza cantik, pinter, baik, kurang apa coba?" Tanya Mahen.
" Nggak ada yang kurang, cuma bokap nya aja kurang bersyukur dan kurang tau diri. Semoga kembali ke tanah secepatnya!" Saut Joen kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertunjukan Terakhir
Teen FictionBercerita tentang Renza dan Haikal, dua sahabat yang sama-sama menyembunyikan rahasia besar demi tidak mengkhawatirkan orang-orang terdekat mereka. Bagiamana kisah mereka? Yuk dibaca:)