9

315 27 0
                                    

Happy reading gaes ~~~





°°




Di bawah beringin yang rimbun, Renza memejamkan mata. Seperti hal biasanya ia lakukan, tidur di bawah pohon beringin di tempat perkumpulan mereka biasa lakukan. Di dekatnya ada Haikal duduk di atas tumpukan kursi dan Joen berdiri sambil memperhatikan dua orang berjalan mendekati.

" Dari mana, kok lama banget?" Tanya Joen langsung pada Mahen dan Jeri.

" Hari ini kan Jibran masuk sekolah, jadi sempetin mampir dulu ke kelasnya." Jawab Jeri.

" Eh, kok nggak ngajak-ngajak?" Tanya Haikal, karena tidak sekalipun menjenguk Jibran di rumah sakit hingga sekarang.

" Bukan nggak ngajak, dadakan kok ini." Jawab Mahen. " Lu nanti lihat aja sendiri." Lanjut Mahen.

" Nggak ah males kalau sendiri, nanti juga muncul sendiri." Jawab Haikal. " Lagian kenapa sekalian nggak diajak?"

" Dia baru pulang dari rumah sakit Kal, biarin dulu dia istirahat di kelasnya." Jelas Jeri agar Haikal mengerti.

" Chandra nggak di ajak ngumpul?" Tanya Joen.

" Nggak tau kemana? Udah di cari nggak ketemu, tadi aja cuma Jibran doang. Ditanyain Chandra dimana juga dia nggak tau." Jawab Mahen.

" Kenapa?"Jeri bertanya pada Haikal, menunjuk Renza yang menutup mata.

" Tidurlah, ditanya lagi." Saut Haikal kesal.

" Ini gue nanya serius, emang nggak ketindihan setan tidur di sana?" Tanya Joen ikut melihat Renza yang masih terpejam tidak memperdulikan mereka.

" Selagi nggak ganggu, mungkin enggak." Jawab Mahen.

" Oh, wajar nggak mau ikut Renza, takut setan ternyata." Haikal mengangguk-anggukkan kepala melihat Joen dengan tatapan meremehkan. " Badan aja gede, sama setan takut."

" Bukan takut gila, gue emang nggak mau tidur di sana nanti baju gue kotor, ilang kegantengan gue nanti." Jelas Joen penuh kenarsisan.

" Najis." Jawab Haikal cepat.

" Udah-udah, nggak ada Renza, Joen pun jadi ya Kal." Ucap Mahen melihat Haikal

Haikal tersenyum lebar menjawabnya. " Bangunin Renza." Suruh Haikal pada siapa saja.

Jeri langsung mendekati Renza, lalu menggoyangkan tubuh Renza dengan tangannya. " Nza... Bangun."

Renza membuka mata, melihat semua sudah berkumpul. Lalu membenarkan posisinya duduk masih bersandar pada pohon beringin.

" Mulai aja keburu masuk. Jadi ada apa ngajak kita kumpul?" Tanya Mahen langsung ke intinya.

" My lovely lil sister Sabrina, Minggu ini Birthday." Joen tersenyum penuh bahagia saat mengatakannya.

" Joe, Joe, ngomong aja masih nggak becus sok banget pake bahasa Inggris." Oceh Renza.

" Orang modelan loe gini Nza yang suka menjatuhkan mental anak bangsa, ngejek aja bisanya. Loe belum tentu bisa, minimal dipuji biar mereka tambah semangat belajar." Marah Haikal pada Renza.

" Gue ngomongin Joen kenapa lu yang marah?" Tanya Renza tidak terima Haikal memarahinya.

" Ngaku salah aja apa susahnya." Sahut Haikal.

" Lah, Joen aja kagak protes."

" Emang dia ga protes, tapi nanti lu kebiasaan Nza ngeremehin orang." Haikal mengingatkan.

" Lu rese banget anjir, lagian gue ngga gila juga. Kalau ngga deket sama Joen juga mana mau gue gitu!" Sahut Renza membela diri.

" Heleh..." Sahut Haikal mengejek Renza.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang