21

240 35 0
                                    

Happy reading gaes ~~~

Sekali lagi terima kasih untuk yang udah mau baca🙏




°°






" Geser bego, ngapain pada ngumpul disini!"

Di hari pertama masuk ke sekolah setelah kecelakaan, Renza sudah dibuat kesal oleh teman-teman kelasnya yang mengerumuninya. Bukannya menyingkir teman-teman ini malah semakin tidak tau diri.

" Dibilang geser nggak ada yang denger! CK! Panas bego!" Lagi dan lagi, Renza mengumpat tidak tahan menerima hawa tubuh dari teman-teman ini. Meski di ruang ber-AC dirinya merasa kepanasan.

" Kita cuma mau ngelihat keadaan kamu, Renza." Ucap Lintang." Kayaknya juga nggak sakit-sakit banget, mulut Lo aja lancar gitu." Lanjut Lintang. 

" Idih, kemarin gue lama di rumah sakit nggak ada yang mau jenguk. Nggak usah sok perhatian kalian!" Renza memutar mata malas melihat Lintang.

" Haikal bilang nggak boleh di jenguk! Mana bisa kita ngebantah omongan Haikal." Saut Lintang cepat. " Tau sendiri Haikal orangnya gimana, bisa-bisa kita semua di amuk dia kalau nggak denger apa kata dia."

" Bener tuh, Haikal ngomong gitu. Ngga sejahat itu kita nggak mau jenguk Luh, Ren. Gimanapun tingkah lo, lo tetap temen kita." Tambah Zaky.

" Percaya sama omongan Haikal, percaya sama Tuhan di atas." Sahut Renza malas.

Haikal, nama yang disebut. Hanya bisa tersenyum lebar tanpa menjelaskan sesuatu pada semuanya.

" Ngga butuh senyuman loe, kal." Ucap Lintang kesal melihat Haikal karena sudah dibohongi.

Haikal cekikikan melihat Lintang yang marah padanya, tidak hanya itu Zaky tidak mau kalah malah melihatnya lebih malas lagi.

Renza menghela nafas, menggaruk kepala tidak gatal. " Ngumpul aja, kalian pikir lagi arisan? Kalian ngumpul di meja gue enak juga bawa sesuatu?" Oceh Renza semakin merasa gerah.

" Wait, mulutnya kalau ngomong nggak disaring dulu." Ucap Jack. " Santai bro, kita bawa sesuatu kok."

" Kalian punya konsep ngomong bergilir apa gimana? Lintang, Zaky balik lagi Jack. Apaan anjir, tuh yang lain juga kasih kesempatan." Oceh Renza.

" Lo pikir anak kelas ini isinya kek lo semua? Kagak Ren, mikir jadi orang. Hancur yang ada kelas kita isinya modelan Lo sama Haikal aja!" Sahut Lintang. " Lagian kenapa juga kaki Lo yang patah, kenapa nggak mulut lu aja biar diperban biar nggak banyak omong."

" Monyet lo! Nyumpahin gue bisu, ha?" Sahut Renza tidak terima.

" Sia-sia banget kita nyedehin nih anak. Orang dia sehat gini, sakit gini aja nggak ada yang bisa ngelawan omongan dia. Sekarang diajak gelut aja pasti masih sanggup." Zaky geleng kepala melihat Renza tidak sama sekali terlihat seperti orang sakit, kecuali melihat perban dikakinya. " Udah, nab ambil aja." Zaky menoleh pada Nabila yang diam menyaksikan perdebatan ini.

" Iya, mana Nabila ambil coba." Ucap Litang pada Nabila sang bendahara.

Nabila ke kursinya mengambil dua kantong putih di bawah meja lalu memberikannya pada Lintang.

" Nih, dari kita. Cepat sembuh ya jagoan kelas." Lintang memberikan dua kantong itu pada Renza.

" Kayak habis dapet bantuan banjir loe, Nza." Haikal terkekeh melihatnya. 

" Awas aja isinya nggak sesuai ekspektasi." Ucap Renza mengambil kantong pemberian teman-teman kelasnya.

" Emang loe berekspektasi apaan?" Tanya Zaky.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang