4

401 34 0
                                    

Happy reading guys ~~~




°°




Di malam selasa, Dream and the Genk mengadakan rapat untuk pertandingan basket yang akan dilakukan tim basket dari SMA mereka dengan tim SMA lain. Diantara ketujuh nya, ada tiga dari mereka ikut berpatisipasi dalam tim basket sekolah. Yaitu, Mahen sebagai kapten tim, Joen dan Chandra. 

" Deg-degan nggak mau tanding besok?" Tanya Jeri pada Chandra, karena ini pertandingan pertama Chandra selama masuk SMA.

" Lumayan kak." Jawab Chandra.

" Tenang aja, kalo udah main lupa sama gugupnya." Sahut Mahen agar Chandra lebih santai.

" Luh enak ngomong gitu karena udah sering tanding." Sahut Renza.

" Dari pada loe mulai ngebacot lebih baik simpen suara loe untuk nyanyi besok." Jawab Mahen tidak membiarkan Renza lebih banyak berbicara.

" Ha? jadi panitia juga ternyata." Joen terkejut melihat Renza dengan tidak percaya.

" Kata Bu Marni biar nggak buat masalah." Saut Haikal agar Joen mengerti. 

" Nggak segila itu gue Kal mau buat masalah waktu ada acara di sekolah." Jawab Renza tidak terima, dirinya memang nakal namun tidak senakal di pikiran orang-orang.

" Siapa tau aja, kan kita nggak tau kapan loe kerasukan setan beringin di belakang sekolah." Saut Haikal.

" Kamu sama aja sama Renza, Kal. Sama-sama gila. Nggak ada tuh murid sesering kalian ditegur wali kelas, untung wali kelas itu sayang karena kalian ada nilai jualnya. Coba enggak, udah di daftar hitam nama kalian berdua." Ucap Jeri agar keduanya sadar diri.

" Jer, Jer, kalau ngomong kayak nggak pernah buat salah aja. Wajar dong umur kita segini masih nakal-nakalnya." Haikal membela diri, tidak ingin disalahkan. Karena kenakalan remaja itu normal-normal saja menurut Haikal. 

" Wajar? Nggak wajar lagi! Kalian berdua udah tua!" Balas Joen penuh emosi. " Sadar diri jadi orang."

" Joe, luh juga suka ngerokok di belakang kelas, bolos ke kantin juga, selain anak basket nggak ada nilai bagusnya." Renza mengeluarkan fakta buruk tentang Joen untuk menutup mulut Joen. 

Joen yang mendengarnya, ingin rasanya melempar sepatu yang ia pakai ke wajah Renza. " Jeri juga ngerokok!" Joen membela diri.

" Sembarang aja! Jangan asal nuduh!" Jeri membantah, kenyataan memang dirinya tidak pernah merokok di lingkungan sekolah bahkan diluar sekolah. " Aku cuma nemenin kamu ngerokok disana! Nggak lebih. Awas aja ngomong itu sekali lagi!" Ancam Jeri serius, tidak ingin terlihat dalam kenakalan mereka.

" Owh, kelakuannya kalau nggak ada yang ngawasin." Ucap Mahen menyadarkan mereka sudah membuka rahasia masing-masing. " Cukup tau."

" Aelah, Kak Mahen Kek nggak pernah nakal aja." Ucap Haikal tidak percaya dengan Mahen.

" Bisa dilihat di buku BK, nggak ada nama gue di sana." Jawab Mahen dengan bangga.

" Kak, loe kan pernah diciduk sama guru nyimpen video mesum." Ucap Joen tidak berdosa. Joen tau itu juga dari teman kelas Mahen.

" Ketua nggak bener nih." Jeri geleng kepala tidak percaya melihat melihat Mahen melakukan hal itu.

" Itu punya temen gue, udah nggak dipermasalahkan lagi sama guru juga." Mahen menjelaskan sesingkat mungkin agar tidak di perpanjang, karena itu termasuk hal yang memalukan jika diingat karena seisi kelasnya menyaksikan nya. Untungnya berita itu tidak menyebar ke seluruh sekolah, mungkin nilai minus pada diri Mahen bisa bertambah.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang