30

219 35 3
                                    

Selamat membaca ~~


°°


Satu Minggu sudah berlalu.... Latihan teater sudah memperlihatkan hasilnya walau hanya sedikit.

Disaat semua datang untuk latihan bersama di hari Sabtu ini namun tidak dengan Haikal yang sejak pagi hingga sore berkegiatan di rumah.

Haikal saat ini tengah duduk di taman belakang rumahnya. Tidak ada kegiatan yang bisa ia lakukan. Akhir-akhir ini tanpa diberitahukan pun dirinya sadar, tubuhnya tidak fit seperti hari-hari sebelumnya. Dirinya lebih sering merasa sakit, pusing yang tiba-tiba datang tanpa diminta, dan lebam yang tiba-tiba muncul.

Saat sendiri seperti ini, Haikal berubah menjadi sosok yang rapuh. Seakan siapa saja menyenggolnya tiba-tiba, bisa membuatnya roboh.

Stt.....

Haikal menepis semua pikiran buruknya barusan, itu hanya khayalan semata. Dirinya tidak punya waktu untuk diam memikirkan hal negatif yang bisa memperburuk keadaanya.

" Meow..." Suara mengeong dari Arthur membuat Haikal berpaling melihatnya dari teras belakang duduk tanpa berniat menghampiri.

Haikal tersenyum lebar. Saat-saat seperti ini hanya Arthur menjadi penyemangat untuk berpikir bahwa hari esok pasti akan datang menyambutnya. Kalau bukan dirinya, mungkin tidak akan ada yang menyayangi Arthur melebihi kasih sayangnya. Karena itu Haikal masih menginginkan hidup lebih panjang.

" Adek bukannya berenang malah duduk-duduk aja." Ucap Hana menghampiri putranya, karena hari ini jadwal untuk Haikal olahraga,

" Sabar bun, pemanas dulu." Sahut Haikal berdiri dari duduknya.

Olahraga berenang hari ini dipilih Haikal sendiri karena dirinya malas melakukan gerakan yang membuat dirinya berkeringat.

" Baru mau pemanasan kalau gak bunda bilangin."

" Hehe..." Haikal terkekeh mendengarnya.

" Bunda masuk mau masak makanan malam. Adek berenang yang bener awas aja bunda lihat duduk-duduk lagi."

" Iya bunda." Haikal melihat sang ibu kembali masuk ke dalam rumah. Kini dirinya sendiri lagi, biasanya saat akan berolahraga seperti ini ia akan mengirim pesan pada kakaknya. Dan kakaknya akan memberikan semangat untuk menyemangatinya. Karena itu ia sedikit malas olahraga kali ini, karena terasa berbeda.

_




_

Jibran melihat dengan ragu pagar rumah Haikal. Tapi kalau dirinya memutuskan pulang, maka akan sia-sia ia jauh-jauh kesini.

Setelah beberapa menit berkutat dengan pikirannya, akhirnya Jibran memilih menekan bel agar seorang membukakan nya pagar. Tanpa berlama menunggu, ia masuk ke dalam setelah dibukakan oleh pekerja rumah tangga di kediaman Haikal. Saat masuk, ibu temannya ini sudah menyambut kedatangannya.

" Loh, bunda kira siapa." Hana menghampiri Jibran karena sebelumnya sudah diberitahu ada tamu yang datang.

" Assalamualaikum, bun." Jibran langsung menyalami Hana.

" Waalaikumussalam." Balas Hana menyambut salam Jibran. " Sendiri aja? Tumben banget."

" Iya sendiri bun, yang lain nyusul malem nanti. Tadi Jibran udah chat Kak Haikal tapi gak dibales, jadi Jibran kesini duluan aja tanpa izin." Jelas Jibran alasannya mengapa datang ke rumah Haikal.

" Heum, kenapa harus ada izin. Gak mungkin bunda gak buka pintu sama temen anak bunda." Jawab Hana, tangannya bergerak mempersilahkan Jibran untuk duduk.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang