15

238 31 2
                                    

Happy reading gaes ~~~



°°




" Orang kaya melarat, buruan." Panggil Joen pada Renza.

Keduanya saat ini berada di taman kantor milik ayah dari Chandra. Sebelumnya Joen sempat menghubungi Chandra dan bertanya dimana keberadaan Candra, hingga percakapan itu membawa dia kesini tanpa memberitahu Renza lebih dulu.

Di hari yang terik di hari Minggu, keduanya tidak ada rencana yang membuat keduanya seperti kehilangan arah. Hingga berakhir tanpa ada tujuan.

" Es krim gue belum habis, tunggu kenapa?" Kesal Renza, ia duduk di kursi bawah pohon rindang di taman Kantor. " Lagian mau kemana? Kita duduk disini aja udah aneh!" Ucap Renza. Ia sungguh menyesal membiarkan Joen membawa motornya.

" Bener banget kata loh, Nza." Setuju Joen. " Tapi Nza, gue kesini karena Chandra mau kesini."

" Hah?" Renza mengerut kening bingung.

" Mungkin mau nge-gep bokap-nya." Dua alis Joen naik turun bersamaan dengan ucapannya.

Renza geleng kepala mendengarnya, ingin rasanya melempar es krim ditangannya ke wajah Joen.

" Kalau dipikir-pikir mana ada orang selingkuh terang-terangan di kantor." Saut Joen duduk kembali.

" Dih lupa loe? Bokap gue!" Jawab Renza cepat, Joen tertawa mendengarnya.

" Kacau banget bokap loh, Nza. Bisa-bisanya selingkuh di kantor kayak gak ada tempat lain aja, udah gak beda jauh sama di sinetron." Ucap Joen terkekeh.

" Kapan dia bener? Emang gitu orangnya, engga ada bagusnya " Sahut Renza masih fokus menghabiskan es krim di tangannya.

Joen geleng kepala mencoba menghilangkan rasa ingin tertawanya demi menghargai Renza. " Kalau seandainya Tante Audi nikah, lo ikut mama lo kan?" Tanya Joen penasaran.

" Iyalah, ngapain juga ikut bokap gue. Cepati lama-lama udah kayak orang gila di rumah, ngajak debat aja kerjaan nya, dipikir orang kayak dia pengangguran." Saut Renza santai, karena Joen sudah tau semua.

" Semoga Chandra bisa menerima keadaannya sama kayak loe sih, sampai sekarang pun gue salut sama Lu Nza bisa sesantai ini bahas masalah bokap lu." Ucap Joen menepuk pundak Renza merasa bangga.

Renza melihat kearah Joen dengan wajah datar. " Gue cuma berharap semoga kedua orangtuanya punya keputusan yang baik untuk Chandra pastinya. Karena, ah, udahlah kenapa sok bijak banget gue." Renza berdiri setelah menghabiskan es krimnya. " Tuh, ada Chandra." Renza memberitahu Joen dengan menggerakkan alis nya.

" Mana?" Joen segera berdiri dan benar saja ada Chandra berjalan sendiri menuju kantor. " Susul, Nza." Joen berlari mengejar Chandra.

" Tunggu gila!" Renza ikut berlari. Keduanya berlari sebisa mungkin mengejar Joen yang mulai menjauh.

" Chandra!" Panggil Joen dengan kencang.

Chandra merasa terpanggil menoleh ke ke kanan-kiri dan menemukan Joen berlari mendekatinya. " Loh?" Garis kening Chandra tercetak jelas tidak menduga dengan kehadiran Joen.

" Bener kesini ternyata, mau ketemu siapa?" Tanya Joen.

" Papa ku kak." Jawab Chandra jujur.

" Ikut!" Jawab Renza cepat.

" Eh, kok gitu Nza?" Tanya Joen bingung, ia memang kesini sengaja, tapi bukan untuk ikut permasalahan orang.

" Biarin, apapun yang ada di depan. Hadapi, Chan. Ayo kita ikut!" Renza seperti mengetahui apa yang akan Chandra lakukan dengan membara menarik tangan Chandra seolah akan berperang.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang