35

244 43 1
                                    

I hope you enjoy every part~~~





°°°°




Hari berlalu begitu cepat, hingga bulan terkahir latihan untuk teater tiba. Semua semakin gencar menyiapkan semuanya supaya terselesaikan tepat pada waktunya.

Dua Minggu terakhir mereka lakukan semakin banyak, hingga semua murid yang ikut serta di peringatkan untuk menjaga kesehatan terus menerus jangan sampai tumbang di hari teater nanti.

Selama latihan itu juga, sudah seminggu  Joen dan Sharani resmi berpacaran. Wajar jika Joen terlihat antusias dan begitu semangat karena kekasihnya ada di dekatnya. Senyumnya bahkan tidak pernah pudar, hal itu juga menjadi bahan olok-olokan teman-temannya.

Saat ini, Haikal, Renza, dan Joen duduk di belakang sekolah tempat perkumpulan mereka yang sekarang jarang didatangi karena kesibukan mereka yang tidak memungkinkan untuk berkumpul di sini. Waktu mereka terlalu berharga untuk di sia-sia disini, namun saat ini sedikit berbeda karena Haikal yang memintanya.

Joen duduk di kursi rusak yang selalu menjadi tempat favoritnya. Entah mengapa Joen merasa adrenalinnya terpacu jika duduk di kursi itu. Salah sedikit gerakan yang ia lakukan, kursi itu akan roboh.

Sedangkan Haikal berdiri sambil memegang wadah bekalnya, dan Renza seperti biasa bersandar di pohon beringin.

" Ada apa, tumben banget ngajak duluan kesini?" Tanya Renza, matanya terpejam tidak melihat kearah Haikal. Renza saat ini sedang menikmati hembusan angin menerpa wajahnya. Suasana seperti ini sudah lama tidak ia rasakan lagi.

" Udah lama ngga kesini, mungkin aja jadi terakhir kita kumpul disini."

Renza membuka matanya melihat Haikal. Begitupun Joen menaik alis bingung melihat Haikal.

" Kita ngga tau nanti Kak Mahen sibuk apa engga sesudah teater ini. Sekarang aja kita ngga pernah kumpul disini, lebih sering ketemu di kantin." Jelas Haikal.

Renza membenarkan posisi duduknya. " Kal, Bu Margaretha bilang jaga kesehatan, terus kenapa lo makin hari makin kurus?"

Pertanyaan ini sudah lama ingin Renza tanyakan. Mungkin orang tidak menyadarinya tapi tidak dengan dirinya. Nafsu makan Haikal berkurang, pipinya sedikit tirus. Hal itu jadi perhatian untuk Renza.

" Ha?" Joen terbengong, meneliti tubuh Haikal. " Lah iya." Ucap Joen tersadar.

" Gue ngga nyangka aja ternyata latihan teater itu capek banget tapi seru." Jawab Haikal lalu tersenyum lebar.

" Iya tau, tapi kesehatan itu penting." Renza memperingati, Haikal mengangguk mengiyakan.

" Oh iya, Nza. " Joen bersuara, ada hal mengganjal dihatinya yang harus ditanyakan.

Renza melihat Joen, mengangkat alis bertanya. " Lo kok sekarang sering tinggal di rumah bokap lo, kenapa?"

" Kenapa?" Tanya Renza balik. " Ada yang salah dari itu?"

" Kita semua tau lo dulu paling males pulang ke rumah, tapi sekarang lo malah sering nginep di rumah bokap lo. Ada apa?"

" Ngga ada apa-apa, wajar-wajar aja gue nginep rumah bokap gue. Gue bukan anak nyokap gue aja."

" Tapi jujur ya Nza, lo risih kan sebenarnya tinggal disana."

" Ngga." Bantah Renza. " Kalau risih pun Joe, gue udah pulang ke rumah nyokap gue."

" Terus apa alasan lo ngejauh dari Jeri?" Pertanyaan ini mungkin akan sedikit membuat suasana hati Renza buruk lagi. Kalau tidak dipertanyakan, Joen merasa hubungan keduanya akan semakin menjauh. 

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang