36

323 39 3
                                    

Wihhh.... Ketemu lagi~~~




°°





Haikal perlahan membuka mata, cahaya matahari dari luar sedikit menyilaukan penglihatannya, bukan karena dirinya berada di luar rumah namun sinar matahari itu masuk menembus kaca jendela kamarnya.

Pagi telah datang. Malam sudah ia lalui dengan tidur panjangnya, dan ternyata dirinya masih diberi kesempatan untuk membuka mata lagi dan lagi.

Tak seorang diri, ada sang kakak yang segera memeriksanya. Sungguh dirinya sangat bangga dengan kakaknya ini. Jika harus ditukar, tentu dirinya tidak akan menukar dengan apapun di bumi itu walau itu sesuatu yang sangat dia inginkan.

" Senyum-senyum terus, senyumin apa?" Tanya Hafiz mencoba menggoda adiknya.

" Abang kalau serius ganteng juga ternyata." Puji Haikal sungguh-sungguh.

" Adek mau ngasih pujian atau gimana?" Hafiz meletakkan handphone di tangannya ke atas nakas. Sebelum itu dirinya melaporkan kondisi Haikal pada pusat ( Kakak ayahnya/ om/ papa tercinta). Kalau tidak mungkin ada kultum lebih panjang dari sebelumnya langsung tertuju pada adik kecilnya. Hari itu, sejujurnya Hafiz tidak tega dan ingin membela. Namun apa yang dikatakan saat itu ada benarnya dan semua demi kebaikan adiknya ini.

" Bunda mana?"

" Abang disini, masih nanyain bunda?" Hafiz merubah raut wajahnya dramatis. " Gak adil banget, Abang yang jagain padahal."

Haikal tertawa melihatnya, tentu bukan karena lucu tapi karena kasihan melihat Kakaknya sudah tua tapi harus melucu didepannya.

" Lagi ambil sarapan untuk adek." Ucap Hafiz akhirnya menjawab pertanyaan adiknya karena lelah sediri dengan aktingnya.

" Ayah?"

" Ayah juga? Lagi bantuin bunda, bentar lagi pasti muncul..." Selesai Hafiz berucap terdengar suara pedal pintu. " Tuh.." 

" Selamat pagi adek." Hana menghampiri putra bungsu yang terbaring di atas ranjang. " Gimana keadaan adek?"

Haikal memposisikan diri duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Lalu tersenyum pada ketiga orang tersayang.

" Baik-baik aja karena Abang yang jagain."



_



Jam menuju pukul sepuluh, Hafiz menuruti permintaan sang adik untuk tiduran bersama. Hafiz berharap adiknya tidak merasa bosan dan meminta kesana-kesini hari ini. Dengan ini, Hafiz bisa memantau kondisi adiknya agar cepat pulih.

" Udah lama banget Abang gak tidur bareng adek. Kapan ya terakhir?" Hafiz berpikir sejenak, matanya menatap langit-langit kamar, dimana ada
Sticker bintang-bintang yang bersinar-sinar terkena pantulan cahaya.

" Terus, kalau gak di turutin adek nangis ngadu ayah sama bunda. Abang jadi gak bisa nolak langsung iyain."

" Heum..." Haikal berdehem tersenyum mengingat hal itu.

" Adek sekarang udah besar, tapi dimata Abang adek tetap anak kecil bandel yang selalu ngerengek." Hafiz menoleh kearah sang adik, dan melihat jika adiknya tersenyum dengan perkataannya.

" Adek jangan pernah merasa Abang, bunda sama ayah gak sayang sama adek."

" Adek tau kok."

" Adek tau gak? Dulu Abang seneng banget adek lahir ke dunia ini. Sampai sekarang gak ada sedikitpun Abang nyesel dengan kehadiran adek. Abang bangga bisa jadi Abang untuk adek. Makasih ya udah mau jadi adek untuk Abang."

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang