14

285 25 0
                                    

Happy reading gaes ~~~





°°




" Chan, ayolah fokus." Ucap Jibran kesal dengan Candra yang terus menerus tidak menangkap bola basket yang ia lempar.

Keduanya saat ini berada di lapangan basket sekolah, berhubungan ini hari Jumat. Jadi sedikit jam pelajaran hanya sampai jam 8 dan akan lanjut jam 01:20 siang nanti hingga selesai.

" Istirahat dulu ya, Ji." Ucap Chandra mengangkat tangan kanannya memberi tanda untuk istirahat.

" Baru main loh ini, kamu kenapa? Sakit?" Jibran menangkap bola basket. Dan meletakkannya sembarang lalu menghampiri Chandra.

" Nggak kok, cuma capek aja." Chandra akhirnya memilih duduk di salah satu kursi panjang di pinggir lapangan.

Jibran terdiam sejenak memperhatikan wajah Chandra yang sedikit berbeda dari biasanya, seperti melihat seorang yang berbeda." Ada masalah apa? Cerita aja, Chan. Kita kan temen, siapa tau aja aku bisa bantu." Ucap Jibran mencoba mencari tau.

Chandra menghembus nafas panjang. " Kalaupun kamu tau, Ji. Aku rasa nggak bakal bisa membantu."

Dugaan Jibran benar dan tenyata Chandra sedang memiliki masalah. " Pertanyaan nya satu, masalahnya apa dulu?"

" Keluarga." Satu kata keluar dari mulut Chandra yang melihat Jibran dengan wajah lesunya.

Jibran terdiam sejenak, memikirkan apa yang dikatakan Chandra ada benarnya." Ada apa?"

" Akhir-akhir ini, papa ku jarang pulang. Setiap malam aku sering denger suara nangis mama dari kamar. Aku bingung Ji ada apa, harus apa, mau gimana?" Jelas Chandra dengan nada frustasi.

Masalah keluarga memang menjadi salah satu faktor yang dapat menggangu tumbuh kembang anak dalam rumah tangga dan tidak sedikit anak menjadi korban dari orang tua mereka, seperti anak tersebut menjadi pendiam, stres dan bahkan menyimpan dari norma yang ada.

" Gak coba tanya sama papa kamu kenapa jarang pulang?" Tanya Jibran.

" Gimana mau nanya kalau hapenya aja jarang aktif."

" Susul aja ke kantor papamu, aku temenin. Kamu minta kejelasan sama papa kamu, biar hati kamu tenang." Saran Jibran.

" Nggak bisa gitu Ji, aku itu dipandang  kecil sama keluargaku sendiri. Jadi nggak bisa ikut campur masalah orang dewasa." Jelas Chandra.

" Kamu coba tanya mama kamu, mungkin aja..." Ucapan Jibran terpotong.

" Nggak mungkin mau cerita." Ucap Chandra sudah hafal dengan sifat ibunya.

" Yaudah, gini aja. Hem..." Jibran terlihat sedang sibuk dengan pikiran sendiri, sedangkan Chandra terus melihat Jibran berharap ada pencerahan yang mungkin bisa memberinya sedikit saran masuk akal padanya saat ini.

" Lagi ngapain kalian?" Suara Jeri terdengar menyapa keduanya. Chandra dan Jibran spontan menoleh ke sumber suara. Jeri berjalan mendekat dan ikut duduk dengan keduanya.

" Eh, Kak. Sendiri?" Tanya Jibran.

" Iya, yang lain pada sibuk. Kebetulan lewat ada kalian jadi di mampir." Jelas Jeri duduk di sebelah Chandra. " Ada apa?"

" Nggak ada apa-apa." Jawab Jibran cepat.

" Yakin? Wajahnya nggak meyakinkan kalau nggak ada apa-apa." Jeri memperhatikan keduanya dengan seksama.

" Perasaan aja itu, ya nggak Chan?" Jibran menyenggol Chandra.

" Iya, kita capek habis main basket." Jawab Chandra sebaik mungkin.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang