7

308 29 0
                                    

Happy reading guys ~~~


°°


Pagi datang, terik matahari semakin bersinar. Berhubungan hari ini hari libur sudah seharusnya aktifitas biasanya berhenti sejenak untuk mengistirahatkan diri dan pikiran. Namun tidak untuk Jeri, pagi hari ia sudah kedatangan tamu, tak lain ialah Joen.

.

Selamat pagi
Selamat pagi duhai temanku
Bagaimana pagimu?

.

Joen melantunkan lagu yang diciptakannya secara spontan saat melihat Jeri membukakan pintu.

" Mimpi apaan kamu semalam pagi-pagi gini udah nyanyi di depan rumah orang?" Tanya Jeri pada Joen yang masih memetik gitar. Tidak ada pesan sebelumnya dari Joen jika akan ke rumahnya.

" Buruan siap-siap, kita mau ke rumah sakit."

" Siapa yang sakit?" Jeri mengerut kening bertanya karena tidak ada omongan Joen sebelumnya soal ini.

" Jibran semalam jatuh dari motor. Untung masih hidup coba enggak, gue rasa nggak di sini lagi, mungkin udah di penjara." Jelas Joen, karena semalam Jibran kecelakaan bersamanya menggunakan motor yang berbeda.

" Ngawur aja kalau ngomong, polisi gila mana mau nangkap kamu? Itu kecelakaan bukan disengaja, nggak direncanain juga mana bisa polisi penjarain kamu." Saut Jeri.

" Kan nggak tau kita, Jer. Manusia lagi gila-gilanya sekarang." Balas Joen dengan wajah serius.

" Termasuk kamu." Jawab Jeri. " Udah, masuk dulu."

Jeri berjalan masuk bersama Joen dengan gitarnya. Ia lalu mempersilakan Joen duduk di sofa lebih dulu.

" Mana tuh anak?" Tanya Joen pada Jeri karena tidak melihat kemunculan Renza.

" Di dapur sama ayah lagi nyiapin sarapan."

" Wow, udah akrab aja. Udah, fix sih ini." Saut Joen senang, lalu meletakkan gitar ditangannya ke atas meja.

" Bacot loe, Joe." Saut Jeri kesal. 

" Om... Om Faisal, Jeri ngomong kasar." Teriak Joen mengadu. Ini satu kelemahan Jeri yang diketahui semuanya. Jeri tidak boleh bicara loe-gue dengan orang lain dan teman-temannya. Menurut ayah Jeri, kata loe gue itu bahasa yang kurang baik, karena itu Jeri lebih sopan dari pada yang lain.

" Joe!" Segak Jeri, menatap tajam Joen.

" Lagian, udah nggak ada kuasa di rumah sok juga." Sahut Joen. " Buruan ambilin gue minum." Suruh Joen dengan tampang belagu.

Jeri menghela nafas, berjalan menuju dapur menurut perkataan Joen.

_


_

-Rumah sakit kota

Clek... Pintu ruangan terbuka. Renza, Jeri dan Joen masuk bergilir ke dalam kamar rawat inap Jibran. Jibran yang terbaring di ranjang menoleh ke sumber suara.

" Elit bener loh Ji, kecelakaan doang mau ruangan sendiri!" Ucap Renza masuk paling pertama, lalu Jeri, dan Joen.

" Maklum aja bram, dia anak broken home wajar nggak ngerasain." Ucap Joen bercanda tanpa batas, lalu duduk di sofa.

Renza tertawa mendengarnya. " Tau aja loh, Joe." Renza menepuk pundak Joen.

" Joe, mulut dijaga." Tegur Jeri entah mengapa tidak senang mendengarnya.

" Santai aja kali Jer, kayak baru pertama kali aja dengernya." Ucap Renza tidak tersinggung sedikitpun, kemudian berdiri di tepi ranjang.

" Mentang-mentang bakal jadi saudaranya, ngga inget apa loe aja semalem adu argumen sama Renza?" Ucap Joen heran. " Hati-hati sama Jeri Bram dia lagi sensi. " lanjut Joen memperingati Jibran.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang