17

217 28 0
                                    

Happy reading gaes ~~~

°°

Dua hari berlalu, Joen sudah dipersilakan pulang setelah menjalani rawat inap. Sedangkan Renza masih dirawat di rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang belum membaik.

" Jer, kangen nggak lu sama gue?" Tanya Joen duduk di atas meja Jeri.

Jeri melihat Joen dengan wajah datar duduk di atas mejanya, pertanyaan Joen terlalu berlebihan karena Jeri setiap hari menjenguk Joen. " Jo, aku saranin periksa bagian saraf deh."

" Hahaha." Joen tertawa senang menggoda Jeri di pagi hari ini.

" Wihhh,  kapten kita udah masuk nih." Ucap Syawal, teman kelas. Ia menepuk pundak joen pelan. " Sehat, bro?"

" Sehat lah nanya lagi, kalau sakit masih di rumah sakit." Saut Joen cetus.

Syawal terkekeh mendengar jawaban Joen. " Sorry nggak sempet jenguk lu du rumah sakit."

" Loe nggak dateng juga gue bersyukur, lagian gue males denger bacot loe." Saut Joen.

" Hahaha... Bagus kalau gitu. Gue juga lebih ke males sih jenguk lo sebenernya." Syawal berjalan menuju bangkunya meninggalkan Joen.

Joen mengalihkan pandanganya melihat Jeri kembali. " Haikal sama Chacha, pacaran?" Tanya Joen penasaran, setelah satu Minggu tidak masuk sudah ada gosip menyebar di sekolah ini tentang temannya.

" Mana aku tau, Joe." Saut Jeri terdengar acuh. " Owh iya, berhubungan kamu udah sehat. Ada yang mau aku tanyain."

" Apa?"

" Nanti aja, nunggu istirahat."
_

_

Di rumah sakit, ruang rawat Renza berada. Audi tidak terlihat disana, hanya ada Renza dan Hana. Audi harus bekerja dengan terpaksa harus meninggalkan Renza. Untungnya ada orang baik disisinya dengan baik hati mau menunggu putranya menggantinya.

" Udah enakan?" Tanya Hana, baru selesai membersihkan tubuh Renza yang bisa di bersihkan dengan kain basah.

" Udah, Bun. Makasih ya, Bun." Jawab Renza masih merasa ngilu jika menggerakkan tubuh yang masih sangat terbatas untuk bergerak bebas.

Renza sangat bersyukur dengan hadirnya Hana dan Haris dalam hidupnya dan merupakan Sosok pahlawan baginya dan sang ibu.

" Sama-sama, sayang." Jawab Hana lembut lalu tersenyum.

" Bunda kalau cape istirahat ya, jangan sampai sakit."

" Bawelnya nurun mama banget, pusing kepala bunda kalau udah bawel." Ucap Hana di sela membereskan ruangan.

" Hahaha, bunda ada-ada aja." Renza tertawa senang.

" Ayah Jeri sering kesini?" Tanya Hana telah selesai beberes, ia lalu duduk di kursi samping ranjang.

" Setiap malem aja waktu pulang kerja."

" Oh, terus ngapain?"

" Jenguk, terus nanyain keadaaan Renza gimana." Jawab Renza lalu menatap Hana curiga. " Ih, bunda kepo ya." Ucap Renza iseng.

" Kepo dong bunda sama orang yang mau dijodohin sama mama kamu. Baik apa enggak, gimana keluarganya, bobot, bibit, bebet, semuanya harus dilihat." Jelas Hana dengan serius.

" Makasih ya bunda udah baik sama mama. Renza janji bakal jagain Haikal kalau udah sembuh." Ucap Renza walau sebenarnya ia masih tidak ingat siapa itu Haikal.

Renza lalu memalingkan wajah karena ingin menangis karena terharu.

" Uhhh, soft banget jadi cowok. Kalau bunda ada anak cewek, pasti bunda jodohin sama kamu."

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang