11

221 26 0
                                    

Happy reading gaes ~~~




°°




Joen dan Jeri duduk sambil menunggu Mahen yang entah akan mengatakan apa sampai harus mengajak kumpul di belakang sekolah, keduanya harus bersabar menunggu yang lainnya lebih dulu. Jadi sudah dipastikan ini hal penting.

" Buruan!" Teriak Joen melihat Haikal, Renza, Chandra dan Jibran berjalan mendekati.

" Sabar!" Teriak Haikal tidak mau kalah.

Jibran disebelah Haikal sampai mengernyit mendengar teriakannya.

" APA, BURUAN!" Teriak Haikal lagi, saat berada di depan Joen.

" Harus banget teriak?" Tanya Jeri heran dan merasa terganggu dengan teriakan Joen dan Haikal.

" Temen Luh yang mulai." Jawab Haikal. " Buruan, gue masih ada kerjaan lain."

" Nggak loe doang sibuk." Sahut Joen.

Haikal memutar mata malas melihat Joen. " Jelasin aja buruan!"

" Malam ini ikut futsal gimana?" Ucap Mahen langsung memberitahu tujuannya ketimbang mendengar teriakan Joen dan Haikal. 

" Gini dong main ngajak-ngajak, jangan main sendiri aja." Ucap Joen senang. " Gue ikut."

" Kenapa harus ngumpul? Kan bisa kasih tau lewat hp?" Tanya Jeri bingung, karena apa yang didengar tidak sesuai apa yang ia duga. Apa yang Mahen katakan hanyalah basa basi tidak penting yang tidak harus diberitahukan dengan cara ini.

" Biar santai aja, Jer. Sekali-kali juga kalau ga gini ngga ngumpul disini." Jawab Mahen agar Jeri mengerti. Lalu beralih ke Haikal. " Kal gimana?"

" Ikut, ikut semua." Ucap Haikal tanpa meminta persetujuan yang lain.

" Gue ngga." Tolak Renza beda sendiri. " Lagian Kal, loe baru sembuh udah jangan banyak aktivitas dulu yang ada nanti sakit lagi."

" Nza, Loe ikut ngga ada penolakan." Ucap Haikal memaksa.

" Gue ngga ikut, terserah kalian."

" Ikut!"

" Gue ngga mau Kal jangan dipaksa!"

" Ikut!"

" Gua ngga mau jangan dipaksa! Kalian masih bisa main tanpa gue!"

" Oh ya udah." Sahut Haikal santai, tidak memaksa Renza lagi. " Luh juga rugi kalau ngga ikut, ini futsal terkahir gue." Ucap Haikal tanpa melihat lawan bicaranya, Renza.

" Mau ini futsal terakhir loe atau enggak, gue ngga perduli Kal. Ini pilihan gue mau ikut apa enggak." Sahut Renza tidak tergoyahkan oleh ucapan Haikal.

" Ok, luh ngga ikut."

Mahen menepuk kening melihat Renza dan Haikal yang tidak pernah lupa untuk berdebat di setiap obrolan apapun. " Udah debatnya?" Tanya Mahen pada keduanya.

" Siapa aja?" Tanya Haikal.

" Kal, Luh serius ada kerjaan lain? Bisa ngga santai aja, jangan buru-buru." Tanya Joen.

" Udah di bilang gue ada kerjaan lain masih aja nanya." Jawab Haikal cepat.

" Apaan?"

" Gue harus beli pensil Lintang yang gue patahin."

" Hah? Luh ngapain sih anjir, badan luh  meriang apa kalau ngga ganggu orang sehari aja?" Oceh Joen ingin sekali mengikat kaki dan tangan Haikal agar tidak bertingkah untuk sesaat.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang