27

220 35 0
                                    

Selamat membaca ~~~





°°





Hari Sabtu telah tiba, Haikal sudah bangun dari Subuh dan tidak kembali tidur setelah sholat subuh seperti biasa ia lakukan. Kali ini dirinya sudah siap dan sedang menunggu jam menuju setengah tujuh untuk ke pasar bersama teman-temannya.

" Adek, sarapan dulu." Panggil Hana pada putra bungsunya yang datang menghampiri.

" Enggak bunda, ini kegiatan yang salah. Kita mau ke pasar, di pasar sudah pasti banyak yang jualan sarapan. Bunda tenang aja, adek perhatiin apa yang adek makan dan apa yang masuk ke dalam mulut nanti adek laporin." Tolak Haikal, salah satu tujuan mereka ke pasar juga ingin mencicipi bubur ayam dengan taburan timun kalau ia lapar makan rasa enaknya akan berkurang karena sudah merasa kenyang duluan.

" Makan dulu sedikit." Bujuk Hana. Haikal menggeleng cepat.

" Sarapan dulu atau Abang ikut?" Hafiz mengeluarkan jurus manjurnya.

" CK! Abang!" Haikal berdecak kesal pada Hafiz yang hanya bisa mengancam sejak awal tau dirinya ingin ke pasar.

Haikal ikut duduk untuk sarapan dengan wajah kesal melihat Hafiz.

" Nah gitu dong, good boy." Puji Hafiz ingin tertawa. " Setelahnya minum obat jangan lupa." Lanjut Hafiz.

" Obatnya habis."

" Hah? Gak mustahil, gak usah ngebohongi Abang kamu ya. Setiap saat Abang ngecek obat kamu, kemarin malam aja masih ada kok." Ucap Hafiz melihat Haikal dengan tidak percaya.

" Sumpah adek gak bohong." Haikal mengacungkan jari berbetuk V pada Hafiz menunjuk keseriusan ucapannya.

" Kamu kemanain obatnya?"

" Jatuh semua. Kata abang kalau obatnya jatuh jangan diambil ada kumannya, yasudah adek buang semua sekalian karena waktu itu adek reflek masukin obat jatuh ke wadahnya jadi ke campur sama yang lain karena adek bingung yasudah buang aja semuanya."Jelas Haikal dengan santainya tanpa ada rasa bersalah terdengar darinya.

Hafiz memejam mata menahan diri agar tidak marah di pagi hari ini.

" Abang, tenangkan diri Abang..." Hana mengingatkan, tau jika putranya ini sedang dongkol.

" Adek tau kan harga obatnya?" Tanya Hafiz.

" Gak tau." Jawab Haikal jujur, karena dirinya hanya menerima tanpa diberitahu.  " Oh, jadi Abang perhitungan sama adek? Yasudah, adek bisa ganti sama tabungan adek walau gak banyak." Haikal berdiri dari duduknya dengan wajah kecewa melihat Hafiz.

" Kenapa malah adek yang marah sama bang? Apa Abang bilang perhitungan?"

" Bunda adek mau pergi." Haikal tidak meladeni Hafiz, dirinya pamit terlebih dahulu pada ibunya dan melupakan untuk sarapan. " Assalamualaikum."

" Waalaikumussalam, hati-hati dek." Hana membalas salam putranya.

" Adek!" Panggil Hafiz namun tidak digubris sedikit oleh adiknya.


_



Dream and the Genk sudah berada di depan pasar tradisional yang dijanjikan. Jeri, Renza, Haikal, dan Chandra mengenakan pakaian santai. Namun tidak dengan Joen, Mahen dan Jibran mengenakan pakaian yang terlalu bagus dan rapi hanya untuk ke pasar.

" Kalian mau shoping ke mall atau ke pasar?" Tanya Renza saat melihat fashion Mahen, Joen dan Jibran.

" Emang kenapa baju kita? Nggak ganggu kan?" Tanya Mahen bingung.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang