33

221 34 1
                                    

Selamat membaca ~~~


°°



Haikal duduk di sofa di dalam kamarnya menghadap jendela, matanya menatap keluar melihat hujan turun begitu deras di siang hari ini diiringi alunan lagu. Mulutnya mengikuti setiap lirik yang mengalun memenuhi kamarnya.

mama, ooo,
didn’t mean to make you cry
if i’m not back again this time tomorrow...

Haikal tidak melanjutkan nyanyian selajutnya, ia diam menyimak setiap bait lagu yang ia putar. Dengan mata yang tak lepas melihat genangan memercik karena tetesan air hujan.

carry on, carry on, as if nothing really matters...
too late, my time has come,
sends shivers down my spine
body’s aching all the time,

goodbye everybody – i’ve got to go –
gotta leave you all behind and face the truth
mama, ooo –
i don’t want to die

Cklek... Pintu kamar terbuka. Haikal spontan menoleh kebelakang mencari tau siapa yang membuka pintu kamarnya tanpa permisi.

" Adek..." Hafiz muncul dari balik pintu.

" Kebiasaan, udah dibilang ketik dulu kalau mau masuk." Haikal berdiri lalu mengambil handphone nya untuk mematikan lagu yang masih berputar.

" Iya-iya, maaf."

" Ada apa?" Kedua alis Haikal terangkat.

" Abang disuruh ayah manggil adek biar duduk dibawah sama-sama."

" Ya udah ayok."

Belum Haikal melangkah, Hafiz lebih dulu mencegat langkah adiknya.

" Ada apa bang?"

" Naik ke atas kasur sana, Abang mau gendong adek."

" Gak usah banyak tingkah, bang. Kalau ada apa-apa adek duluan disalahin sama bunda." Tolak Haikal.

" Enggak akan, percuma otot Abang ada kalau gendong adek aja gak sanggup." Hafiz masih memaksa, lalu menarik Haikal naik ke atas ranjang. " Buruan." Hafiz membelakangi Haikal, bersiap menunggu menggendong dari belakang.

Haikal menghela nafas, lalu menuruti permintaan Hafiz. " Yakin gak? Kalau gak yakin adek turun aja."

" Iya."

" Serius ini gak akan jatuh?"

" Percaya aja sama Abang, lagian Abang gak akan buat adek jatuh."

Haikal mengangguk, menuruti permintaan Hafiz lalu memeluk erat agar aman. Dirinya percaya jika sang kakak tidak akan membuatnya terjatuh.

" Berat gak bang?" 

" Gak." Jawab Hafiz singkat, terus melanjutkan langkah kakinya mendekati tangga.

" Iya, soalnya berat badan adek turun enam kilo." Jelas Haikal.

Saat berada di tengah tangga menuju bawah, tiba-tiba Haris muncul dan melihat kedua putra.

" Nanti jatuh!" Haris mengingatkan.

" Abang sendiri yang minta, yah." Sahut Haikal cepat. " Sumpah adek gak minta."

" Gak akan." Jawab Hafiz percaya diri.

" Barusan abang ngeluh sakit punggung sama bunda, ini udah ngangkat beban berat."

Haikal terkejut mendengar perkataan ayahnya barusan. " Turunin bang!"

Haikal memaksa turun, membuat Hafiz hilang keseimbangan dan untungnya Haikal cepat merespon menarik tangan Hafiz agar kembali seimbang.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang