28

265 34 5
                                    

Selamat membaca ~~~



°°




Hari Senin yang indah, sudah seharusnya di awali senyum yang paling manis para murid. Di depan papan pengumuman semua murid nampak berkerumum mengerumuni Pak Jingga yang tengah menempelkan satu pengumuman penting.

" Kok teater-nya lebih cepat dilaksanakan pak?" Tanya salah satu murid setelah melihat apa yang barusan Pak Jingga tempel di papan pengumuman.

Teater ini memang dilaksanakan tiap tahunnya di sekolah, sebagai bentuk hiburan, motivasi dan apresiasi untuk murid yang sudah berjuang dalam belajar.

" Ya karena waktu kita ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sudah di pertimbangkan kalau kemarin-kemarin itu mendekati jadwal ulangan, bisa mengganggu jam belajar murid."

" Oh..." Semua murid mendengarnya mengangguk mengeri dengan kompak.

" Bentar lagi upacara, jangan ngumpul disini." Pak Jingga mengingat, ia melihat jam bertengger di tangannya.

" Siap, pak." Saut semua murid.

_


_

Bu Margaretha, guru kesenian di sekolah. Berjalan menghampiri meja Mahen di baris ke dua, dari depan. Mahen sendiri tengah menyelesaikan ringkasan tugasnya yang hampir selesai.

" Mahen udah lihat papan pengumuman, belum?" Tanya Bu Margaretha pada Mahen.

Mahen mendongak, berpikir lalu menggeleng kepala pelan. " Emang ada apa, Bu?"

" Teater udah dibuka."

" Ha? Lebih awal ya Bu dari biasanya?"

" Iya." Jawab Bu Margaretha. " Janji kamu kemarin sama ibu, di tepati nggak?" Tanya Bu Margaretha, ia menaikan alis beberapa kali.

" Janji?" Mahen mengerut kening bingung, mencoba mengingat janji apa yang ia buat untuk Ibu Margaretha.

" Hayo loh, lupa kamu ya?" Bu Margaretha menatap Mahen menyipit menyelidik.

Mahen terkekeh, tersenyum lebar merasa bersalah. " Iya Bu."

" Yaudah ibu kasih tau aja." Bu Margaretha mengalah. " Kamu kan janji sama ibu bakal ikut teater untuk pertunjukan terakhir kamu di sekolah ini sebelum kamu lulus." Jelas Bu Margaretha.

Mahen ternganga, baru mengingat janji itu. Ia baru ingat janji itu ia buat tahun lalu saat baru masuk kelas 11. " Astaga, bisa-bisanya aku yang buat aku yang lupa." Mahen geleng kepala dengan kesalahan sendiri. " Maaf ya Bu, lupa tadi. Untung ibu ingetin, nanti jadi hutang kalau nggak di tepati."

" Betul itu." Setuju Bu Margaretha. " Jadi gimana?"

" Pengurusnya siapa Bu?"

" Ibu dong." Jawab Bu Margaretha bangga.

" Wah, hebat ya ibu." Mahen bertepuk tangan sebagai bentuk apresiasi. " Kalau judul teater nya?"

" Lagi nunggu murid yang mengajukan cerita, nanti kamu pilih mau yang mana, terus kita revisi sama-sama."

Mahen mengangguk mengerti.

" Nanti setelah itu kita cari talent di luar anak teater karena ini teater spesial beda dari sebelumnya." Jelas Bu Margaretha.

" Loh kok gitu Bu?" Tanya Mahen bingung.

" Saran Bapak kepala sekolah, katanya mau menunjukan bakat-bakat terpendam murid lain. Sekaligus pertunjukan terakhir untuk guru-guru yang pensiun tahun ini." Jelas Bu Margaretha.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang