18

324 31 0
                                    

Happy reading gaes ~~~





°°





" Hahahaha......" Suara tawa dari Mahen, Jibran dan Joen serempak memenuhi belakang sekolah. Ketiganya sedang menertawakan Haikal di depan mereka saat ini.

Haikal yang ditertawakan hanya menatap datar ketiganya. " Jer, gue ke kelas ajalah." Ucap Haikal pada Jeri yang hanya diam tidak ikut serta menertawakannya.

" Eh, eh. Ngambek kayak perempuan aja Lo, kal." Joen menarik tangan Haikal yang hendak pergi, namun ucapannya barusan tambah membuat Haikal jengkel.

" Apaan sih, nggak jelas banget!" Saut Haikal mendorong Joen agar menjauh darinya.

" Sorry-sorry nih, Kal. Ini terlalu lucu untuk nggak ketawa." Ucap Mahen mencoba meredakan tawanya.

" Hahaha, Kak Haikal. Sumpah deh, aku kemarin udah ngasih bocoran dikit masih aja nggak dapet orangnya ternyata." Ucap Jibran masih tidak bisa menahan tawanya. " Kurang pinter berarti cara mainnya."

Saat ini, ketiga orang ini sedang menertawakan Haikal karena kalah cepat menyatakan cinta pada Vanderica yang ternyata sudah berpacaran dengan ketua OSIS kemarin karena itu ketiganya menertawai Haikal yang kini punya nasib yang sama soal percintaan dengan Jeri.

Jeri berdehem memberi kode agar ketiganya berhenti tertawa. " Kenapa bisa cewek jalan sama cowok lain disaat di lagi dekat sama cowok lain?" Tanya Jeri dengan serius. Persoalan ini menjadi pertanyaan yang terus mengusik dirinya sejak tadi.

" Nggak tau, Jer. Kita bukan cewek jadi enggak bisa jawab pertanyaan Lo." Saut Joen.

Mahen menggeleng-geleng kepala. " Itu namanya seleksi, Jer." Saut mahen. " Lo seleksinya beruntung nggak jadi sama Nabila, yang kasihan Haikal udah ngajak jalan malah nggak dianggap." Mahen kembali tertawa menertawai Haikal.

Haikal memutar mata malas mendengarnya. " Udah lah, kayak nggak ada bahan lucuan aja."

" Tapi ini terlalu lucu Kal untuk nggak diketawain." Sahut Joen tertawa semakin menjadi.

" Tapi paling enggaknya udah menghabiskan waktu berdua walau cuma jalan doang." Ucap Haikal lalu kembali duduk.

" Loe ngomong gitu padahal hati loe lagi nangis." Sahut Mahen tambah tertawa.
Jibran dan Joen semakin tertawa hingga salah dari mereka tersedak.

" Mampus, mati tuh sekalian!" Haikal melihat keduanya dengan rasa puas.   " Ya mau gimana lagi namanya nasib, setidaknya udah berusaha nggak kayak kalian berdua jomblo." Saut Haikal dengan wajah di buat sedih lalu berubah menatap tajam Joen dan Jibran.

" Tau gitu kan gue nggak dulu ngadu sama bunda Hana, kasian kalau tau Lo nggak jadian." Ucap Mahen.

Haikal bergeming saat mendengar ucapan Mahen dan mengerti asal usul dirinya tertuduh waktu itu.

" Bener banget, kan kasihan kak Haikal." Saut Jibran.

" Oh kalian biang keroknya." Haikal mengangguk mengerti. " Kurang ajar, udah kek mulut cewek mulut kalian berdua. Karena kalian gue dimarahin orang tua gue!"

" Hah?" Mahen melongo mendengarnya. " Kenapa?"

" Bunda sama ayah nggak nggak bolehin gue pacaran dulu."

" Hahaha, kasihan banget loe Kal. Udah nggak jadi jadian, eh dimarahin juga." Joen menepuk pundak Haikal.

Ketiganya malah semakin menjadi menertawakan Haikal yang bernasib buruk melebihi Jeri.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang