♔: Semalam Itu...

1K 81 11
                                    

Sorry for typo
.
.

Yibo tergesa memasuki kantor. Melewati ruangan besar dengan banyak meja kursi karyawan dikanan kirinya tanpa ambil pusing. Dia membiarkan hampir seluruh bawahannya memandang heran. Dia juga cuma mengeluarkan deheman saja kalau disapa.

Jam dinding memperlihatkan dua jarum, pendek diangka 11 dan jarum panjang diangka 01. Lima menit lepas pukul sebelas, sedangkan kantornya buka jam 8 pagi. Yibo terlambat lebih dari 3 jam dan itu rekor paling buruk selama hidupnya. Terakhir kali dan satu-satunya keterlambatan adalah ketika dia masih duduk dibangku SMP. Saat itu terjadi macet mendadak karena kecelakaan lalu lintas. Dia tak bisa masuk sekolahnya setelah gerbang ditutup oleh satpam setelah 15 menit bel masuk. Semenjak itu Yibo selalu ada dibangku kelasnya 30 menit sebelum pelajaran pertama mulai.

Hari ini rekor keterlambatan tunggalnya tergulirkan. Dulu dirinya hanya terlambat 20 menit dengan alasan masuk akal, sekarang dia terlambat 3 jam 5 menit. Harusnya dia bersyukur karena posisinya sebagai anak pemilik TC tak memungkinkan orang lain menegurnya tapi Yibo tetaplah Yibo. Segala bentuk kesalahan sendiri sulit dia tolerir. Dia ingin selalu terlihat sempurna dihadapan orang lain.

"Pagi, Yibo."sapa Haikuan yang akan memasuki ruangannya. Haikuan yang entah dari mana dengan membawa kantung plastik besar, sedikit heran dengan sahabat sekaligus atasannya yang baru datang tengah hari begini. Dia sempat melirik jam tangannya sebelum menyapa Yibo.

"Ini sudah siang, Ge." jawabnya tanpa repot berhenti melangkah dan terus melewati Haikuan.

"Baguslah kalau kau tahu" Haikuan memindahkan kantung belanjaan ke tangan kanannya sebelum melanjutkan. "Jangan katakan kau baru saja ada urusan serius, mendadak dan sangat penting hingga harus datang ke kantor satu jam sebelum istirahat siang"

"Memang ada alasan lain?" balik tanya Yibo yang hampir berbelok ke lorong berikutnya, tapi Haikuan menghentikannya tanpa sengaja. Dengan kata-katnya tentu.

"Kulihat kau tidak berganti dasi" Yibo yang berhenti, berbalik saat itu juga. "Tidak memoles sepatu dan melupakan tas kerja yang setiap pagi selalu tersampir dibahumu" tambahnya sambil mengamati Yibo dari bawah ke atas.

"Akan kujelaskan" Yibo mendekat pada Haikuan. Dia mengabaikan keterlambatannya dan keinginan duduk dikursi dalam rungannya tertunda. "Dasi ini matching dengan kemeja yang kukenakan. Tidakkah kau lihat itu?" Dia diam sejenak memberi waktu Haikuan untuk melihat kemeja dan dasinya. "Pembantuku juga terlupa menggosok sepatu pagi ini. Bukankah aku bos baik hati dengan tidak mempermasalahkan hal sesepele ini?"

Yibo terlihat percaya diri mengucapkan kalimatnya. Dia harap Haikuan mengangkat bahu kemudian melupakan pembicaraan kali ini.

"Semua hal yang kuperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sudah ada di sini, jadi untuk apa membawa tas yang isinya tak terlalu penting. Dompet, handphone, dan kunci mobil saja sudah cukup" terangnya sambil menunjukkan kunci mobil dan menepuk saku bagian belakang celananya.

Jarang ada hal yang meleset dari perhitungan Yibo, karena dia terlanjur mengakui feelingnya selalu tepat. Dia bisa melakukan banyak dengan tampang, otak, dan hartanya termasuk membohongi sahabatnya ini. Tapi kali ini Haikuan hanya tersenyum janggal yang artinya ada sesuatu tertangkap oleh matanya.

"Bagaimana dengan rambut sarang tawonmu itu?" tanya Haikuan datar. "Apa itu model baru yang matching juga dengan kemeja dan dasimu atau pembantumu lupa menyisirnya? Kau memang bos yang baik hati hingga tak mempermasalahkan hal sekecil itu" ejeknya.

Yibo sempat mengernyit sebelum kemudian memposisikan diri di depan kaca jendela ruangan Haikuan. Dan sebenarnya dia amat terkejut tapi apa boleh buat image-nya tak cocok untuk reaksi terkejut seperti berteriak, melonjak atau hal-hal terkejut lainnya. Haikuan paham hingga berakhir mendudukkan Yibo dirungannya.

Contract With The Devil's Son(YiZhan)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang