7 - Puncak

24 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!

7. PUNCAK

Cuaca pagi yang sedikit tidak bersahabat tidak membuat ketiga pasangan itu menggagalkan rencananya untuk pergi liburan di tengah-tengah jadwal sekolah mereka yang cukup padat. Dingin yang menusuk karena suhu cuaca sedang berada pada angka 24° membuat ketiga gadis itu memeluk erat laki-laki di depannya. Jaket tebal yang dipakai tidak cukup menghantarkan hangat pada tubuh ketiganya.

Rasa penasaran ketiga gadis itu terbayar sudah saat telah melihat langsung bagaimana wujud si Berry. Bukan hal yang patut dipertanyakan sebab ketiganya tahu bahwa tiga laki-laki itu berasal dari keluarga berkecukupan dan terpandang. Bukan hal yang aneh jika ketiganya memiliki sesuatu dengan harga yang sangat fantastis.

Jian menarik lengan Ghea, semakin merapatkan gadis itu pada tubuh bagian belakangnya. Jian merasa bahwa Ghea canggung melakukan skin ship dengannya mengingat status mereka yang belum jelas, tidak seperti kedua temannya—Jean dan Juan.

"Nggak usah ragu buat meluk dari pada lo kedinginan. Peluk gue kayak biasanya," Jian sedikit berteriak.

Ghea melakukan apa yang disuruh oleh Jian. Diam-diam bibirnya membentuk kurva senyum tanpa Jian sadari.

"Kamu liat Ay kayaknya Ghea canggung mau meluk Jian."

Ayra menatap lurus, ikut mengamati dua orang di depannya. "Iya, Je. Tapi Jian pasti tau gimana ngusir kecanggungan di antara mereka."

"Kalau Jian nggak mau, biar Ghea buat aku aja. Aku jadiin yang kedua."

"Maksud kamu apa? Mau duain aku? Kenapa nggak sekalian sama Citra juga biar tiga? Bangga kamu punya cewek banyak mentang-mentang ganteng?"

"Loh sayang aku cuma bercanda?" Jean panik, berniat untuk menepi sebentar namun ditahan oleh Ayra.

"Mau ngapain?"

"Minggir bentar, kamu ngambek, kan? Kalau kamu ngambek nggak baik sambil jalan kayak gini."

"Jean kamu bisa nggak sih nggak usah merusak suasana? Kamu tau aku cengeng, malah kayak gitu!"

"Ya Allah iya sayang aku minta maaf, aku cuma bercanda. Mana mungkin aku gituin kamu, Ay. Cuma kamu yang ada di hati— astaga Ay jangan nangis."

Jean menepuk-nepuk paha Ayra yang terbalut celana jeans panjang. Bingung harus melakukan apa sebab keduanya sedang dalam perjalanan.

"Udah ya nangisnya, aku bercanda beneran. Udah ya sayang ya?" bujuk Jean.

Ayra memang tidak menangis hebat, namun air matanya luruh begitu saja. Ayra sudah benar-benar jatuh dengan Jean. Hatinya begitu lembut kadangkala tidak bisa memilah mana candaan dan kenyataan.

"Promise you won't leave me, Je?"

"I promise if you stop crying."

"Tebak apa yang lagi mereka omongin," ujar Juan pada Citra.

3J Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang